Jisoo mengedor-edor keras pintu kontrakan Taeyong. Gedoran kelima kali, namun si pemilik rumah belum juga membuka pintunya. Jisoo mengerang frutasi hampir menyerah sebelum gedoran keenamnya terespon oleh si pemilik.
Begitu pintu terbuka lebar, Taeyong tanpa malu menguap lebar sambil berkata, “Masih pagi kok lo di sini?”
Tahu apa maksudnya, Jisoo segera mendorong Taeyong memaksanya masuk kamar mandi lantas mengomel, “Lo lupa, ya! Hari ini lo nemenin gue pernikahannya Pak Jae.”
“Bukannya jam sepuluh?”
“Ini jam berapa, Taeyong?!!!!” geramnya dibikin gemas sama sikap Taeyong yang kepalang bodohnya ini. “Astaga! Lo nggak nyetel alarm, ya?!”
Taeyong dengan polos meringis sambil meraih handuk dan bergegas menutup pintu kamar mandi sebelum Jisoo mengomel marah padanya.
“Mandinya nggak perlu lama-lama. Keburu ditinggal teman sekantor!”
“Iya.”
“Buruan mandi!”
“Iya, Nyai, sabar!!!!”
Sementara Taeyong mandi, Jisoo beralih ke lemari mencarikan pakaian yang pantas dipakai oleh Taeyong nanti. Selama menggeledah isi lemari, ia mengeluhkan pakaian milik Taeyong. Merasa kasihan karena hampir semua pakaian milik Taeyong kaus, jaket, dan kemeja pun bisa dihitung pakai jari. Miris. Untung ada satu kemeja batik sembunyi ditumpukan kausnya. Jisoo menyahut sambil berdecak kemudian mencari pasangan dari pakaian batik satu-satunya milik Taeyong ini.
“Mandinya udah belum?” teriaknya, sengaja mengingatkan agar Taeyong bergegas menyudahi aktivitas mandinya. “Taeyong!”
“Iya, ini selesai!” Begitu pintu terbuka Jisoo langsung menyerahkan pakaian pilihannya, lantas mendorong masuk tubuh Taeyong ke dalam. “Buruan ganti!”
“Eh, tapi gue mau—”
“Cepetan!”
“Ish, iya, ya!” Balik lagi ke pasal dia harus nurut sama perintah Jisoo daripada kena omelan.
“Taeyong, buruan!”
“Sabar! Astaghfirullah. Ini baru pakai celananya,” balasnya kebingungan akibat terburu-buru memakai pakaian. Sepertinya Jisoo sengaja tak mau membiarkan dia tenang memakai pakaiannya, buktinya gadis itu mengedor pintu berkali-kali sampai membuat Taeyong mengumpat lalu asal memakai kemeja dan keluar berantakan.
“Ya ampun!” Jisoo berdecak kesal. Lantas menariknya keluar kamar mandi dengan mata mendelik garang. “Lo udah dewasa bukan anak kecil. Pakai pakaian aja nggak becus!” sindirnya tajam.
Taeyong tak mengindahkan ocehan Jisoo, malah menirukan gaya bicaranya dengan ekspresi meledek. Membuat Jisoo mendelik kecil berniat mencubit pinggangnya, tapi langsung dihentikan oleh Taeyong.
“Cubitan lo itu sakit,” akunya.
“Lepasin tangan gue!”
“Gak! Ntar lo nyubitin gue lagi.”
“Enggak, Taeyong.”
“Bohong.”
“Seriusan!”
Taeyong tetap dengan pendiriannya menolak melepaskan tangan Jisoo. Dia takut kena cubitan Jisoo.
“Gue mau bantuin lo ngerapiin pakaian. Lepasin, buruan.”
“Janji?”
“Iya!”
Matanya memicing, menatap Jisoo serius. “Awas ya, kalau bohong. Gue cium lo,” ancamnya.
“Iya, janji!” serunya.
Tangannya pun terlepaskan. Jisoo buru-buru merapikan pakaian Taeyong, terutama bagian kacingnya yang tertata berantakan. “Celananya dibenerin sendiri!” ucapnya yang langsung dibalas dengan gerakan Taeyong membenarkan celananya.
Setelah dirapikan kini penampilan Taeyong tampak lebih bagus daripada sebelumnya. Jisoo menarik kursi bergegas naik ke atas, berdiri di depan Taeyong dengan posisi dia lebih tinggi daripada lelaki di depannya ini.
“Mau ngapain sih?” Taeyong bertanya merasa heran dengan Jisoo yang tiba-tiba naik ke kursi. “Lo nggak ada niatan macem-macem, ‘kan?”
“Ge-er amat sih lo!” balasnya, “gue mqu natain rambut lo. Basah banget.” Lalu menarik handuk, mengoyak rambut setengah basah Taeyong sampai dirasa cukup. Handuk dibuang ke sofa setelah terpakai, kini ganti Jisoo mengusap wajah Taeyong dengan tissue yang barusan dia ambil dari dalam tasnya. “Lain kali sehabis mandi mukanya dikeringin pakai tissue atau nggak kapas.”
“Malas. Ribet.”
“Biar kelihatan bersih, Taeyong,” katanya sembari mengomel tepat di depan wajah Taeyong.
Taeyong terkekeh geli melihat Jisoo mengomel sedekat ini. Dengan sadar ia melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Jisoo sengaja membuat tubuh gadis ini menempel padanya.
“Mau apa?!” Jisoo memprotes, “Taeyong!”
“Jangan salahin gue. Salahin lo, pagi-pagi udah kek istri ngerawat suami.”
“Dih! Ngimpi lo, ya?”
Ia tersenyum sambil mengangkat bahu. “Nggak tuh. Ini nyata. Lo bisa gue sentuh.”
“Yong...”
“Udah selesai bersihinnya?”
“Udah! Buruan lepasin gue nya.”
“Bentar.“
“Taeyong!”
Namun langsung teredam oleh ciuman singkat Taeyong yang mendarat manis sekaligus mengejutkan di bibir Jisoo.
Taeyong semakin hari, semakin membuatku bucin 😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Boyforent | Taesoo [✔]
أدب الهواةDari mantan jadi pacar sewaan ©2019 by Hippoyeaa