12. Lainnya.

2.8K 643 54
                                    

“Hallo, selamat sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hallo, selamat sore. Kaget nggak?”

Jisoo mendengus begitu membuka pintu yang muncul malah Taeyong bukan abang ojol. Kebetulan tadi dia pesan go-food. Kirain yang teriak  abang ojol, tahunya Taeyong.

“Mau ngapain sore-sore kemari?”

“Main!”

“Nggak ada kerjaan sampai main ke sini?”

Taeyong cukup tersenyum tipis. Ia main asal masuk tanpa izin ke pemilik. Jisoo mendengus tak bisa menolak selain membiarkan lelaki itu bertamu. Kalau marah-marah nanti para tetangga pada pasang telinga dan mata. Tahu sendiri setiap sore kompleks kontrakan ramai.

“Nggak boleh rebahan!” Jisoo berseru melarang ketika tahu bahwa Taeyong hendak merebahkan punggungnya di kasur. Mau enak-enakan dia, huh! Seprai baru Jisoo ganti dua jam lalu, enak aja mau dipakai rebahan. “Duduk sini aja.” Ditariknya Taeyong mendekat sofa, memaksanya supaya duduk di sofa bersamanya.

“Cewek itu nggak boleh kasar, Jisoo.”

“Emang! Tapi pengecualian buat lo.” Taeyong bergumam kecil sebelum mengangkat bahu enggan mengindahkan perkataan Jisoo. Karena rebahan di kasur telah dilarang, Taeyong yang tidak tahu diri ini asal merebahkan tubuh di sofa dengan memaksa sepasang paha Jisoo sebagai bantalnya. “Bentaran doang, gue capek banget.”

“Gak gini juga, Yong,” desisnya agak panik.

Tetapi Taeyong menolak di usir. Ia tetap bersikukuh menjadikan Jisoo sebagai bantalannya. Beberapa menit saja sebelum ia pulang ke tempatnya sendiri.

“Lo kenapa sih?” Jisoo bertanya merasa aneh dengan sikap Taeyong yang sepertinya sedang banyak pikiran. “Heh! Ditanyain malah diam aja.”

“Hm,” balasnya bergumam kecil.

Taeyong tiba-tiba berbalik menyampingkan tubuh menghadapnya. Mengagetkan Jisoo begitu ia merasakan pinggangnya direngkuh lembut oleh kedua tangannya. Jisoo kian bingung melihat ekspresi sembunyi Taeyong di balik pelukannya.

“Lo kenapa?”

Taeyong enggan menyahut. Wajahnya bersembunyi di balik perut Jisoo, posisinya rebahan dan menjadikan sepasang paha Jisoo sebagai bantalnya. Tampak ambigu dan aneh, ketika seorang laki-laki memeluk dan menyembunyikan wajah darinya seolah enggan memperlihatkan kesedihan yang tersurat di balik seraut wajah cerianya tersebut.

“Taeyong.” Jisoo memanggil sambil menyentuh pundaknya khawatir. Akan jahat apabila Jisoo tidak mengkhawatirkannya. Dia masih manusia normal yang memiliki rasa simpati dan empati. “Yong?”

“Jis, gue tuh capek,” akunya setelah bersembunyi lama. Namun, ia masih enggan melihatkan kesedihannya.

“Kenapa?”

Belum ada sahutan, yang ia dengarkan hanya desahan panjang melolong dari mulutnya. Yang mana membuat bulu roma Jisoo bergidik ngeri. Jisoo bergeming membiarkan lelaki ini berdiam bersembunyi. Sambil menunggu, siapa tahu mungkin Taeyong mau berbagi kesedihannya dengannya.

“Yaudah, istirahat aja,” bisiknya sembari mengusap-usap punggung Taeyong dengan lembut. Menenangkan lelaki yang sedang bersembunyi dari kesedihan. Walau Jisoo tidak tahu penyebab Taeyong sedih, yang pasti untuk sekarang Taeyong sedang membutuhkan seseorang yang dapat mengerti akan kesedihannya. Dan Jisoo adalah pilihan Taeyong.

Jisoo menghela napas pendek sembari mengusap punggung Taeyong, sekaligus berharap Taeyong segera kembali menyebalkan seperti semula.

Sejujurnya, untuk saat ini Taeyong sedang mengalami stress dengan banyaknya pertanyaan yang datang dari keluarganya. Begitulah Taeyong setiap kali sehabis berbincang-bincang lama dengan orangtuanya lewat panggilan suara. Taeyong tak akan seperti ini jika orangtua tidak pernah mengeluhkan mengapa anak laki-lakinya menganggur setelah bertahun-tahun kerja, tak disangka putra tunggalnya kini seorang penganggur. Hingga terbesit keinginan orangtua meminta supaya Taeyong pulang daripada tinggal di kota tanpa pekerjaan yang jelas.

Taeyong merasa sedih. Merasa gagal sebagai anak yang seharusnya dibanggakan oleh orangtuanya, kini telah mengecewakan mereka. Tanpa sadar ia menangis, meski tak sesenggukan, tapi sebagai seorang laki-laki menangis merupakan hal yang memalukan. Ini sebabnya dia menyembunyikan tangisannya, dan sangat berterimakasih kepada Jisoo karena tak mengusik kesedihannya.

 Ini sebabnya dia menyembunyikan tangisannya, dan sangat berterimakasih kepada Jisoo karena tak mengusik kesedihannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini part terpendek, part ter-huhuhu

setelahnya part ini hahahaha.

[2] Boyforent | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang