13. Latarnya.

2.9K 626 58
                                    

Sebenarnya dia malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya dia malu. Malu dengan diri sendiri, juga malu sama Jisoo. Ia sendiri lebih bingung, kenapa di saat sedang sedih larinya ke Jisoo? Biasanya juga menyendiri di kontrakan. Atau minimal berdiam menyepi di pojokkan Mcdonals selama berjam-jam. Taeyong pusing memikirkannya. Ia sampai mengutuk dalam hati sebelum meminta maaf ke Jisoo lalu pamit pulang.

Jisoo? Lebih pusing lagi melihat perubahan sikap Taeyong. Aneh, pikirnya setelah ditinggal pulang sosoknya. Tak dapat dipungkiri bahwa Jisoo masih terpikirkan Taeyong yang bersedih. Jujur saja, ini pertama kalinya ia melihat sosoknya dengan ekspresi muram.

Selain perempuan susah ditebak, lelaki juga begitu. Sama-sama susah ditebak.

...

“Eh, Jae!” Jisoo menyapa ketika  Jaehyun menghampirinya. Lelaki tampan sang pemilik lesung pipi yang menawan ini pun membalas sapaannya dengan seulas senyum manis.

Jaehyun meletakkan sepiring makan siang dan sebotol aqua dingin di atas meja. Bersebelahan dengan milik Jisoo. Mata Jisoo mengamati aktivitas kecil yang dilakukan lelaki ini, mulai dari menarik kursinya agar lebih dekat ke meja lalu jemarinya mengatur letak piring dan sendok garpu. Membuat Jisoo tersenyum kecil sembari menggeleng. Ia terhibur dengan aktivitas Jaehyun yang menurutnya ‘untuk apa sih’.

“Gue temanin, ya,” kata Jaehyun pamer senyum tepat setelah kepalanya menoleh kanan, menghadap Jisoo.

Jisoo pun membalas dengan anggukan kepala. Sambil melahap sesuap nasi dan lauk pauk ke mulut. Menikmati rasa yang berasal dari bumbu-bumbu rempah sehingga menciptakan rasa sedap dan gurih. Membuatnya nyaman setiap kali mengunyah makanannya. Rasa enak itu saling melebur terasakan oleh indera perasanya. Pak Ecul memang chef yang dapat dihandalkan. Beliau selalu menghasilkan hidangan super nikmat dan enak.

“Pulang kerja sama siapa?”

“Hm? Apa Jae?”

Jaehyun memaklumi balasan Jisoo. Ia tahu gadis ini sedang menikmati makanannya, jadi tak terlalu fokus mendengarkan. “Pulang kerja nebeng siapa?”

“Oh ... Taeyong.”

Pagi tadi berangkat bareng Taeyong. Kok bisa? Ya, bisalah! Orang dia nyamperin Jisoo ke kontrakan. Tak ada hujan, tak ada angin, tak ada petir, tiba-tiba sosoknya muncul di kontrakan. Mengejutkan Jisoo yang tak menyangka Taeyong bisa bangun pagi. Bayangkan! Jam setengah enam dia bertamu sekalian menawarkan tebengan. Ia juga menawari tebengan pulang nanti sore. Jisoo sempat menolak, tapi Taeyong memaksa. Dia bilang akan tetap menjemput meskipun Jisoo menolak.

“Cowoknya?”

“Oh, bukan.”

“Terus?”

Mantan! Maunya begitu mengakui Taeyong sebagai mantan. Hm, kalau dipikir-pikir aneh juga menyebutnya mantan. Lucu saja begitu, mereka pacaran hanya lima hari. Itu pun sekadar antar-jemput kampus dan kost. Selama lima hari pacaran, seingat Jisoo, mereka lebih banyak bertemu di kampus daripada di luar kampus. Pedekate mereka juga ala kadarnya lebih banyak via chat dan suara. Kalau diingat-ingat lagi, Jisoo mulai kenal dan dekat Taeyong itu gara-gara seminar umum. Mereka tak sengaja bertemu dan duduk bersebelahan. Yang mulanya Jisoo bertanya soal kursi dekat Taeyong kosong atau dihuni, lalu berakhir mereka berkenalan lalu begitulah super klise sekali.

“Kok ngalamun?”

“Hah?”

Jisoo terbuyarkan dari lamunannya. Ya ampun! Malu-maluin. Kok jadi flashback sama Taeyong, sih! Gerutunya dibikin heran sama diri sendiri.

“Oh, nggak apa-apa,” balas Jisoo seadanya. Mendadak pikirannya terbuyarkan oleh Taeyong.

Fokus, Jisoo, fokus!!!

...

“Emang nggak ada klien, kok jemput gue?” Jisoo bertanya setibanya Taeyong menjemput ia pulang kerja.

“Barusan siang tadi nemenin klien.”

“Terus ngapain kemari?”

“Jemput lo pulanglah!”

Jisoo masih belum mengerti kenapa Taeyong mendadak peduli sama dia.

“Iya tau. Tapi, ‘kan ....” Ucapannya terpotong begitu Taeyong memasangkan helm ke kepalanya. “Gue bisa pakai sendiri!”

Taeyong tetap memaksa memakaikan helm ke Jisoo sembari menepis tangan gadis ini, menjauhkan dari jangkauan helm. Selama memakaikan helm, ia mengomel kecil yang tertangkap oleh kedua indra pendengar Jisoo. Kini Jisoo mendongakkan kepala menatap serius rahang tajam Taeyong yang bergerak-gerak penuh irama, mengikuti setiap gerakan mulut Taeyong saat mengomel.

“Lo ngomel-ngomel kayak Emak-emak!” sindirnya.

Sang pemilik rahang sempurna kini menurunkan pandangan membalas tatapan Jisoo sambil berkata, “Anggap aja gue Emak-emak ganteng.” Yang mana membuat Jisoo mendengus bete, lalu tanpa ampun ia mendorong dada Taeyong agar menjauh darinya.

“Pasti motor minjem,” kata Jisoo menebak. Tak tahunya Taeyong mengiyakan sambil tertawa dan mengitari motor yang sebenarnya milik Jonghyun.

Taeyong punya kendaraan, cuma kendaraannya sudah tak berdaya di kontrakan selama dua bulan ini. Dia terlanjur malas membawanya ke bengkel. Selagi masih ada jasa ojek dan taksi online, Taeyong masih bisa pergi ke mana pun dia mau.

“Lo nggak mau cari kerja lagi apa?”

“Kalau enggak ada pertanyaan nggak perlu bertanya. Mending lo bonceng anteng di belakang, jangan lupa pegangan.”

“Iya!” sahut Jisoo sambil naik dan menduduki jok belakang.

“Pegangan, Jisoo.”

“Udah! Lo aja yang nggak ngelihat.”

“Maksud gue ...,” kedua tangannya tertarik ke depan melingkari sempurna pinggang Taeyong, atas kehendaknya bukan kehendak Jisoo, “... sini.”

“Apa nggak terlalu romantis kalau begini?” Jisoo bertanya sambil menengok kanan-kiri, memastikan tidak ada teman yang melihat. Bisa-bisa besok dia jadi hot news gosip kantor. Apalagi Jisoo yang dikenal jomblo abadinya kantor. “Dilepas aja, ya?”

“Gue enggak mau jalan kalau dilepas.”

“Gue diancem nih?”

Kepalanya mengangguk sambil tersenyum-senyum seorang diri. Sementara Jisoo mendengus lalu mencubit perut Taeyong karena jengkel.

“Buruan jalan! Keburu teman kantor ngelihat.”

“Bagus dong. Sekalian—Akhhhhh iya, ya! Ini jalan!” Jisoo ini barbar sekali. Mainnya cubit pinggang sama perut, siapa yang nggak kesakitan coba?

“Buruan, Taeyong!”

“Iya, Nyai, iya... galak amat, sih!”

“Cubit, nih?”

“Iya, ya!”

Menolak dicubit, Taeyong pun mulai melajukan motor pelan-pelan meninggalkan area kantor tempat Jisoo bekerja. Antar-jemput bukanlah yang pertama untuk mereka. Sebelumnya mereka sudah sering seperti ini. Hanya waktu, tempat, dan suasana saja yang berbeda.

 Hanya waktu, tempat, dan suasana saja yang berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hiya hiya hiya gak usah flashback lapak lama😌

[2] Boyforent | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang