Taeyong bodoh, menyatakan sesuatu sepihak hingga menyebabkan warga desa heboh. Dari sore sampai malam ucapan selamat berdatangan, yang harusnya mereka ke rumah Jaka dibatalkan, rumah kini penuh tamu.
Pak Amin dan Bu Yuna pun banjir ucapan “selamat” dari warga. Sepasang suami-istri tersebut sempat bingung dan bertanya-tanya. Pasalnya mereka belum ada bayangan Taeyong menikah. Lalu tiba-tiba, berita datang dari warga bahwa anak laki-lakinya hendak menikah. Begitu balik, rumah penuh tamu tak diundang.
Jisoo lebih kena dampaknya—shock attack. Dia belum ada rencana menikah dalam waktu dekat. Menikah? Jodoh saja dia masih simpang siur. Apa kata orangtuanya nanti saat mendengar kabar anaknya “menikah” dengan lelaki yang bahkan belum pernah bertandang ke rumahnya.
Memikirkan hal itu saja sudah membuatnya pusing kepalang. Apalagi melihat pemuda yang tampak senang di atas pernyataan sepihaknya itu. Rasanya Jisoo ingin menebas kepala Taeyong kemudian membuangnya ke Antartika. Kepalanya makin berdenyut-denyut ketika serbuan pertanyaan datang dari Bu Kades.
Pukul sebelas malam mereka baru terbebaskan dari perayaan “dadakan” dari warga desa. Walaupun Taeyong sempat mengatakan ke semua orang pernikahan mereka “baru rencana” tetap saja warga desa bersorak gembira. Di sela waktu senggangnya, Jisoo memilih menata pakaian ke dalam koper—besok pagi mereka pulang ke kota. Jisoo sempat mengancam Taeyong kalau sampai membatalkan kepulangan mereka ke kota pagi nanti. Yuta bisa-bisa berang sama Jisoo telah membatalkan janji keduanya.
Pemuda yang tadi masih sibuk bercengkrama dengan orangtuanya itu—entah apa yang mereka perbincangkan, karena Jisoo lebih memilih berdiam di kamar, enggan bergabung—kini menyelinap masuk kamar. Seperti biasanya, diam-diam masuk setelah orangtuanya masuk kamar.
“Udah beres-beres aja,” komentarnya.
Ia tak menyahut, lebih fokus dengan pekerjaan—memindahkan pakaian—daripada menanggapinya, karena Jisoo masih marah. Beruntung Taeyong peka terhadap situasi, jadi dia cuma duduk di tepi ranjang sambil mengamati gadis itu yang sibuk mengabaikannya.
“Lo beneran nggak mau nikah sama gue?” tanyanya memecah keheningan.
Gadis itu masih diam, mengepaki koper.
“Jis!”
“Enggak sekarang, ngerti?!” jawabnya lalu.
“Oh, lo mau cuma nggak sekarang,” gumamnya. “Emang gak sekarang nikahnya, Jisoo.”
Membuat bola mata gadis itu berotasi; Taeyong terkekeh geli melihatnya.
“Sini, deh.”
“Sibuk!”
“Pakaian lo udah masuk koper semua,” ujarnya lalu dengan cepat menarik Jisoo dan menjatuhkan gadis itu di pangkuannya.
Kedua tangan Taeyong segera melingkar di pinggangnya, menahan gerakan Jisoo agar tak berontak.
“Nggak usah ngambek. Kan, cuma pengumuman rencana doang.”
“Baru rencana hebohnya udah kayak resepsian aja!” balasnya merenggut sebal.
“Namanya juga warga desa, Jis. Udah tabiatnya mereka begitu.”
Jisoo tak mengindahkan.
“Lagipula mereka baik semua kok, gak ada yang jahat.”
“Termasuk si Kembang Desa?”
Taeyong tersedak oleh tawanya. Baru kali ini dia melihat ekspresi bete Jisoo—tepatnya ekspresi cemburu yang tersurat di wajah ayu-nya tersebut.
“Asri juga baik.”
“Selain baik juga cantik. Iya, ‘kan?”
“Kalau ganteng cowok namanya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Boyforent | Taesoo [✔]
FanfictionDari mantan jadi pacar sewaan ©2019 by Hippoyeaa