Bab 1

666 39 0
                                    

Setelah jam istirahat selesai, kami kembali ke kelas masing-masing.

Yup, kami bertiga memilih fakultas yang berbeda. Aku di fakultas KIP prodi PGSD, Rayden di fakultas ekonomi prodi manajemen, dan Davina di fakultas filsafat dan sastra prodi sastra Inggris.

Hari ini dosen mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia Kelas Rendah tidak bisa hadir. Jadi aku tidak terburu-buru masuk ke kelas, dan aku bisa pulang cepat karena mata kuliah ini berada di jam terakhir.

Saat aku berjalan menuju kelas, aku melihat Rayden berbicara dengan seorang perempuan. Kelihatannya mereka akrab. Hmm, melihatnya saja aku kesal.

Tunggu... Kulihat Rayden sangat menjaga jarak dengan teman perempuannya. Akupun tersenyum melihatnya. Ternyata Rayden tahu batasan saat berinteraksi dengan non mahram.

Melihatnya seperti itu, entah mengapa aku semakin jatuh hati padanya.

Dan tiba-tiba aku dikejutkan oleh seseorang yang memanggilku. Oh, ternyata Aditya. Dia adalah teman sekelasku.

"Hai Frey. Hari ini kita bisa pulang cepat. Tadi, pak Hardi japri kating katanya berhalangan hadir karena ada rapat," kata Aditya.

"Iya, gue udah tau. Tadi Roro japri gue," balasku.

"Mmm, Frey. Lo pulang sama siapa? Kalau mau, nebeng aja sama gue," tawar Aditya.

Nggak kaget sih Aditya ngomong gitu, karena gosipnya dia suka sama aku. Tapi, sebagai muslimah aku harus ngejaga Izzah dan iffah, jadi kutolak mentah-mentah tawarannya.

"Maaf banget, gue nggak bisa. Lo tau kan alasannya," tolakku.

"Please Frey, sekali aja. Gue bakal jaga jarak kok," pinta Aditya.

Saat ku mau menolak lagi, tiba-tiba aku mendengar suara seseorang dari belakangku.

"Kalo Freya gak mau ngapain lu paksa sih. Lu tau kan lu bukan mahramnya Freya!" Sentak Rayden.

Ya Allah, ternyata Rayden! Alhamdulillah ada yang back up...

Seketika kulihat Aditya kaget dan segera meninggalkan kami. Mungkin dia keder karena Rayden merupakan senior di kampus.

"Freya nggak apa-apa kan?" Tanya Rayden.

"Nggak apa-apa kok, Ray. Makasih ya, kamu datang di saat yang tepat," ucapku.

"Iya sama-sama, Frey. Qadarullah hari ini dosenku nggak masuk, jadi aku free. Eh, lima menit lagi azan Dhuhur. Kuy ke masjid kampus. Eh Vina mana?" Kata Rayden.

"Oh, Vina masih ada kelas sepertinya. Yuk kita ke masjid," ucapku.

Selesai sholat, kami beranjak ke kelas Davina. Sesampainya di sana, rupanya Davina masih ada satu kelas tambahan.

"Maaf ya gais, aku masih ada kelas nih. Kalian berdua pulang aja. Nanti biar papaku yang jemput aku," kata Davina.

"Ya sudah. Ray, aku balik duluan ya. Tar aku SMS ayah, biar di jemput," kataku.

"Eh, Rayden kan bawa mobil. Nggak sekalian bareng aja Frey," tukas Davina.

"Gue sih maunya gitu, tapi kita jangan sampai lupa. Kita berdua kan bukan mahram, bisa berabe tar dosa lho. Lagian Freya tar di jemput Om Ivan kok," kata Rayden.

"Oh iya, lupa gue hehe," jawab Davina.

"Kalo gitu kuy kita ke toko depan kampus, Frey. Gue tungguin deh sampe Om Ivan dateng. Sekalian gue mau beli minum," ajak Rayden.

"Kuy lah kalo gitu. Eh Vin, kita balik dulu ya," ujarku.

Kamipun berjalan keluar dari kampus. Sesampainya di toko depan kampus, aku dikejutkan seorang perempuan yang tadi kulihat berbicara dengan Rayden. Kulihat dia berjalan menuju kami.

"Hai Rayden, mau pulang nih. Gue nebeng dong," kata perempuan itu sambil menatap mata Rayden dengan pandangan sok imut.

Bersambung...

Freya's Sincere Love - [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang