Bab 28

209 20 0
                                    

Bruk! Aku mulai kehilangan keseimbangan!

"Frey!" Teriak Rayden.

Perlahan aku membuka mata. Aku melihat Rayden menahan nasi kotak yang kubawa. Kupikir aku akan jatuh, ternyata tidak. Rayden datang di saat yang tepat.

"Lo sakit, Frey? Sini biar gue aja." Ia mengambil alih nasi kotak dari tanganku.

"M... Makasih, Ray." Ucapku tergagap. I can't believe it, Tyara tega banget sama aku.

Aku terdiam cukup lama. Aku bingung, aku ingin katakan pada Rayden kalau Tyara-lah yang dengan sengaja menjegal kakiku sehingga aku hampir terjatuh.

Tapi aku nggak punya bukti otentik. Ya Allah, what should I do?

Tanpa sepengetahuanku, Tante Dita datang dan berbisik di telinga Mama. "Aku lihat sendiri lho, Dwi. Kalau temannya Rayden itu sengaja julurin kakinya pas Freya lewat di depan dia. Aku ada feeling kalau dia nggak suka sama anakmu."

"Sepertinya memang ada sesuatu di antara mereka. Entah anakku dulu yang berbuat salah atau memang dia nggak suka sama Freya. Makasih ya Dit, udah kasih tau aku. Nanti aku coba bicara heart to heart sama Freya," ucap Mama.

***
Ting!

Notifikasi di ponselku berbunyi. Rupanya Davina. Aku membuka chat-nya.

"Frey, gue di depan rumah lo", ketiknya.

Apa? Aku melempar ponselku ke kasur dan bergegas menjumpai Davina.

Eh, lupa aku belum pakai hijab! Setelah pakai hijab, aku segera berlari menghampiri Davina.

"Freyaaa! Gue seneng banget!" Pekiknya kegirangan.

"Duh, berisik! Sekarang masih jam 6 pagi tau," omelku.

"Hehe, sorry deh. Gue masuk ya," ujarnya.

Kami pun melanjutkan obrolan di dalam.

"Frey, gue barusan di chat Raihan. Dia bilang minggu depan bakal pulang ke Indonesia!" Pekik Davina.

"Ciyee, ada yang happy banget nih. Hmm, by the way gimana kelanjutan hubungan kalian?" Tanyaku.

"Ya elo tau kan Frey, gue udah naksir sama dia from the first time we meet. Tapi gue nggak tau, apa dia suka sama gue," ujar Davina sedih.

Aku terdiam. Sebenarnya, cinta Davina tidak bertepuk sebelah tangan.

Aku mengatakan hal ini karena beberapa waktu lalu Raihan mengontak aku dan Rayden. Dia banyak menanyakan tentang Davina, bagaimana sifat aslinya, dan masih banyak lagi.

Dan yang terpenting, Raihan mengatakan bahwa ia jatuh hati dengan kepolosan, kejujuran, dan tingkah Davina yang selalu ekspresif.

Terakhir, ia mengabari kami bahwa ia serius ingin segera meminang Davina jika ia pulang ke Indonesia. Tapi, Raihan menyuruh aku dan Rayden untuk merahasiakan semua ini.

"Woy, Frey! Kok lo ngelamun sih," kata Davina ngambek.

"Astaghfirullah, maaf Vin. Gue kepikiran sesuatu soalnya," elakku.

"Kepikiran apa sih? Kepikiran Rayden ya," ejeknya.

"Ih, nggak lah. Oh iya, Vin komunitas gue mau ada charity untuk korban banjir. Bahkan si Roro ngerencanain mau kita terjun langsung juga untuk bantuin. Lo mau ikut lagi kan?" Ajakku.

"Mau banget. Eh, udah jam berapa ini! Kuy, siap-siap ngampus," kata Davina.

"Oke, gue siap-siap ya," kataku.

Bersambung...

Freya's Sincere Love - [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang