Bab 14

245 21 0
                                    

"I really sorry, Miss," ucap pria itu.

"Oh, no problem." Kata Davina sembari menatap wajah pria itu.

Eh, ni orang kok wajahnya Indonesia banget. Gumam Davina.

"This is my name card. As an apology, I'll pay for all your order," ujar pria itu.

Ahmad Raihan Wardhana. Lecture of Singapore Management University. Apa gue iseng tanya dia orang Indo apa bukan ya? Tukas Davina dalam hati.

"Mas, anda orang Indonesia ya?" Celetuknya.

Pria tersebut sontak kaget mendengar celetukan Davina.

"Kok mbak tau? Apa jangan-jangan mbak juga orang Indonesia?"

Kan bener, dia orang Indo. Dah ketebak sama nama dan wajahnya.

"Iya mas. Saya disini lagi liburan semester."

"Wah, saya kira mbak orang sini. Habisnya wajah mbak seperti..." Dia menghentikan ucapannya untuk mencari kata-kata yang tepat.

"Bule? Hahaha," tawa Davina.

"Iya mbak. Oh iya, sebagai permintaan maaf saya biar saya bayarin pesanan mbak."

"Nggak usah, mas. Terima kasih."

"Maasyaa Allah, baiknya mbak. Saya yang terima kasih. Saya permisi ya mbak."

****
Selesai dari kamar mandi, aku menemui Davina.

"Ya Allah, Frey lo lama banget di kamar mandi. Ngapain aja?" Tanya Davina.

"Hehe, maaf Vin. Wah, pesenan kita dah dateng ya." Ujarku.

"Eh, Frey. Selama lo di kamar mandi, gue ketemu cowok ganteng banget. Dan ada kejadian yang nggak terduga juga. Sayang, lo nggak liat," kata Davina.

"Kejadian apa? Cerita dong, Vin," paksaku.

"Ntar aja. Kuy makan dulu. Laper gue."

"Lo pesen apa Vin?" Tanyaku sambil menyantap salad yang sudah ku pesan.

"Oh, gue pesen Chicken Teriyaki Sandwich. Frey, lo yakin bisa kenyang cuma makan salad doang," imbuh Davina.

"Iya. Eh lo mesen yoghurt juga?"

"Iya, ngikut elo. Lumayan kan buat dessert. Frey, abis ini ke Bugis Street yuk. Mengenang tempat ortu gue ketemu untuk pertama kalinya, sekalian kita hunting barang bagus. Abis dari situ baru kita balik hotel," ajak Davina.

"Oke."

Kami menaiki taksi untuk pergi ke Bugis Street. Setelah sampai di tujuan, kami membayar sesuai dengan nominal yang tertera di argo.

"Maasyaa Allah, banyak banget toko oleh-oleh disini. Belanja dulu yuk, Vin." Ajakku.

Aku menuju ke sebuah kios yang menjual berbagai aksesoris khas Singapura.

Aku membeli tiga buah kaos warna putih bergambar patung singa (ikon negara Singapura), dan dua buah gantungan kunci dengan gambar serupa yang bertuliskan "I Love Singapura".

Sementara Davina entah pergi ke mana. Dia seolah hilang di tengah bumi. Ya Allah, jangan-jangan tuh anak kalap belanja, lagi. Duh...

Bersambung...

Freya's Sincere Love - [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang