Bab 6

317 24 0
                                    

"Hai, Rayden. Boleh gabung, nggak?" Tanya perempuan itu.

"Oh, halo Tyara dan Salsa. Qadarullah kita ketemu di sini ya. Mau gabung? Boleh kok," kata Rayden.

Aduh, kok bisa ketemu Tyara sih? Ganggu aja...

"Eh, Frey. Ni cewek siapa sih? Centil amat," gerutu Davina sambil berbisik ke arahku.

"Yang mana? Kan ada dua cewek yang kesini," tanyaku.

"Itu tuh, cewek tinggi yang pake sweat shirt kuning polos sama celana jeans. Yang rambutnya diurai, temennya mbak yang pake hijab," kata Davina.

"Oh, itu Tyara. Kating kita, temennya Rayden. Tau tuh, kecentilan banget sama Ray. Dia juga keknya gasuka sama gue, salah gue apa coba?" Bisikku sewot.

"Cie, cemburu nih. Udah nggak usah elak lu, Frey. Gue sama lo udah bersahabat dari kecil. Gue tau lo suka sama Ray," kata Davina.

Mendengar ucapan sahabatku satu itu, entah kenapa pipiku nge-blush. Tidaaak... Rayden tiba-tiba melihatku dan aku semakin salah tingkah.

Eh, perasaanku udara malam ini dingin banget ya. Tiba-tiba aku kedinginan, padahal aku pake sweater.

"Eh, Frey. Lo kedinginan ya... Pipi lo merah gitu," kata Rayden.

"Nggak kok, Ray. Gue nggak apa-apa," bantahku.

Melihat Rayden mengkhawatirkanku, membuat Tyara cemburu. Tiba-tiba dia mendekati Rayden.

"Duh, kok cuacanya dingin gini ya. Rayden, Lo punya jaket nggak? Pinjemin gue dong," kata Tyara.

"Dasar genit!" Gumam Davina.

Rupanya, Rayden menghiraukan ucapan Tyara. Dia malah memberikan jaketnya kepadaku. Duh, aku maluuu.

"Eh, nggak usah Ray. Aku kan pake sweater, nggak terlalu dingin kok." Kataku malu-malu.

"Iya, mending buat gue aja jaketnya," kata Tyara.

"Apaan sih. Freya lebih butuh jaket daripada kakak. Liat tuh, dia sampe menggigil. Freya tuh nggak tahan dingin," ujar Davina ketus.

Mendengar ucapan Davina, Tyara langsung menatapnya tajam. Teman di sampingnya menepuk pundak Tyara, kode supaya Tyara nggak cari masalah di tempat ini.

"Udah, udah. Mmm, Tyara. Kalo lo mau anget, mending beli Wedang ronde deh, kek kita. Oiya, nih jaketnya Frey. Pake aja, liat tuh lo kedinginan. Apa mau gue pakein?" Canda Rayden.

"Gue bisa pake sendiri. Btw, jazakallah ya Ray. Oiya, gue kan beli Pukis. Yuk makan sama-sama," ucapku.

"Wuih, Pukis. Lo beli dua kotak buat siapa aja, Frey?" Tanya Rayden.

"Oooh, yang satu buat kita makan. Yang satu lagi, buat Ayah sama Mama di rumah," jawabku.

"Wuih, Freya anak yang berbakti dong. Tipe gue banget," canda Rayden.

"Cieee... Tipe istri idaman, ya Ray." Ujar Davina sambil melirik Tyara tajam.

"Udah, Tya. Jangan bikin malu disini," kata teman perempuan Tyara yang bernama Salsa.

Waktu menunjukkan pukul 20.45 WIB. Kami bertiga berpamitan pulang kepada Tyara dan Salsa.

"Kalian mau balik, ya. Ray, lo balik juga? Disini aja sama kita," pinta Tyara.

"Sorry, gue nggak biasa pulang malem. Duluan ya," kata Rayden.

"Lo bertiga rumahnya searah? Kok barengan?" Tanya Salsa.

"Bukan searah lagi. Kami tetanggaan, rumah Freya aja sebelah rumah gue," kata Rayden.

"Pantes mereka deket. Ini nggak bisa dibiarin," gumam Tyara.

Bersambung...

Freya's Sincere Love - [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang