Bab 27

206 18 0
                                    

"Wa'alaikumussalam. Masuk, Tyara." Rayden mempersilahkan Tyara masuk.

"Ssst, Frey. Ray ngapain sih, pake ngundang Tyara segala?" Bisik Davina cemberut.

"Nggak tau gue Vin." Jujur, mood ku jadi hancur lebur gara-gara kedatangan Tyara. Apa mereka semakin dekat ya? Apa Ray punya perasaan pada dia?

Frey, Frey. Kamu sih, kok bisa jatuh cinta sama sahabat sendiri. Lagian nggak mungkin kan, Ray punya perasaan yang sama denganku.

Lamunanku dibuyarkan oleh Tante Amanda yang membuka percakapan, "Ini teman kelompok PPL-nya Rayden ya?"

"Iya Tante. Salam kenal, saya Tyara. Tadi Rayden chat saya, katanya Papanya dapat promosi dan mau mengadakan syukuran. Makanya dia mengundang saya kemari," ujarnya sambil melirik tajam ke arahku.

"Eh, Diandra, Salsa, Ferdi sama Tama nggak bisa datang ya?" Tanya Rayden.

"Oh, mereka nggak bisa datang karena ada kepentingan masing-masing katanya," jawab Tyara.

Lebih tepatnya aku sengaja nggak ngasih tau mereka. Biar aku bisa lebih dekat sama kamu, Rayden, gumam Tyara.

Terjawab sudah. Ternyata, Rayden tidak mengundang Tyara secara pribadi, melainkan dia mengundang seluruh teman-teman PPL-nya.

"Hahaha, sok kecentilan sih. Ngomongnya seolah-olah dia doang yang diundang, ternyata Ray ngajak temen yang lain juga," bisik Davina.

"Ssst, Vin. Jangan gitu, itu namanya ghibah loh. Kamu mau, pahala kamu ke-transfer ke Tyara gara-gara kamu ghibahin dia?" Ucapku.

"Hah? Nggak mauuu. Frey, gimana dong?" Rengek Davina.

"Segera istighfar, gih." Saranku.

"Oh iya. Astaghfirullahal'adzim. Ampuni Vina ya Allah."

Aku tersenyum melihat Davina. Alhamdulillah, perlahan dia mulai berubah ke arah yang lebih baik.

Tyara berjalan mendekat ke arah Rayden.

"Selamat ya, atas promosi Papa lo. Kalo boleh tau, jabatan barunya apa?" Tanya Tyara.

"Oh, kerjaan Papa itu di divisi kreatif sebuah perusahaan advertising. Dulu jabatan dia desainer karena kinerja Papa selalu baik, sekarang Papa diangkat jadi Art Director. Oh iya, ayahnya Freya juga dapat promosi lho," jelas Rayden panjang lebar.

"Iya, sayangnya Ivander belum pulang. Nanti kalau Ayah kamu pulang, kita kumpul-kumpul lagi ya Frey?" Kata Om Adrian.

"Iya Om. Insyaa Allah sebentar lagi Ayah pulang," ujarku.

Tyara memandangku dengan sinis. Ia lalu mendatangi Tante Amanda. Sebelum ia membuka mulut, Tante Amanda keburu berbicara padaku.

"Ayahnya Freya diangkat di posisi mana?" Ujar Tante Amanda tanpa menghiraukan kehadiran Tyara.

"Alhamdulillah, Ayah diangkat jadi kepala departemen Account Executive Tan," ucapku.

"Oh iya, Freya masih suka bikin kue kan?"

"Iya, Tan. Besok-besok kalau aku bikin kue, Tante Amanda aku kasih deh," jawabku.

"Freya sok akrab banget sih, sama Mamanya Rayden. Gue nggak boleh kalah nih," gumam Tyara.

"Ehem, Tante. Ada yang bisa Tyara bantu?" Kata Tyara mendekati Tante Amanda.

"Oh, nggak usah repot-repot Tyara," Tolak Tante Amanda dengan halus.

"Nggak apa-apa, Tan. Tyara bisa bantu apa?" Kata Tyara.

"Kalau gitu, tolong antarkan nasi kotak ini ke depan ya. Karena nantinya akan Tante bagikan ke tetangga. Frey, bisa bantuin Tyara kan?" Pinta Tante Amanda.

"Oke, Tan." Ujarku mengacungkan jempol.

Dalam hati aku menolak, aku nggak mau berurusan sama cewek itu. Tapi kalau ku tolak, aku nggak enak.

Aku memasuki dapur untuk mengambil beberapa nasi kotak. Saat aku menuju ruang tamu rumah Rayden, mataku melihat sosok Tyara berdiri di ruang tengah. Ya, mau nggak mau aku harus melewati dia.

"Freyaw, cepetan Nak. Para tetangga udah mau pulang nih," teriak Mama dari teras.

Aduh, aku harus cepetan. Aku melangkahkan kaki dengan terburu-buru dan sesaat bola mataku menangkap dengan amat jelas, Tyara dengan sengaja menjulurkan kaki jenjangnya tepat di depanku.

Bruk! Aku mulai kehilangan keseimbangan!

Bersambung...

Freya's Sincere Love - [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang