Bab 10

323 24 0
                                    

"Oh, Freya mau balik dulu ya. Hati-hati ya," ucap Tyara dengan mimik muka senang.

"Yah, jangan gitu dong Frey. Tante Dwi nitipin lo ke gue. Tunggu bentar ya," pinta Rayden.

"Emang mereka sedeket itu kah sampe orang tuanya Freya nitipin anaknya ke Rayden," gumam Tyara.

"Frey, gue dah kelar makan. Lo tunggu aja di depan, ntar lagi gue nyusul. Sorry ya, Ray. Gue balik dulu, gue nggak mood jadi pengen muntah," ujar Davina sembari menatap Tyara tajam.

"Sebenernya males juga kalo nggak ada Freya sama Vina. Tapi gue nggak enak sama Tyara yang barusan gabung. Gue temenin bentar aja kali ya," batin Rayden.

🌾🌾🌾

Di perjalanan pulang, aku dan Vina banyak terdiam. Walau akhirnya Rayden menyusul kami pulang setelah menemani Tyara makan.

Sesampainya di rumah, Davina dan Rayden berkumpul bersama keluargaku.

"Ma, ini kue-kuenya. Freya ijin masuk ke kamar ya, nggak enak badan," ujarku.

"Tante Dwi, Vina juga beli buah-buahan nih. Bisa buat kita makan sama-sama," kata Vina.

"Wah, makasi ya. Yuk kita makan sama-sama," kata Mama.

"Ehm, Ma. Freya mana? Kok nggak gabung?" Tanya Ayah.

"Freya nggak enak badan, darl. Nggak apa-apa, biarin dia istirahat." Ujar Mama.

Di kamar, aku berpikir. I shouldn't do this. Aku beranjak keluar dari kamar dan berkumpul dengan keluarga dan teman-temanku. I have to be mature.

Hari beranjak siang. Rayden dan Om Adrian berpamitan karena mau pulang.

🌾🌾🌾

Tak terasa sudah enam hari keluarga Uncle menginap di rumah. Mereka bersiap-siap pulang ke Australia.

Davina juga sudah tak menginap di rumah karena orang tuanya sudah kembali. Namun, dia sering ke rumah untuk menengok Maira.

Sebelum Uncle dan Auntie pulang ke Aussie, kami memberikan hadiah untuk si kecil Maira yang telah kami beli waktu itu.

Dan hari ini adalah hari terakhir kami menghadapi ujian akhir semester. Jika kami berhasil, kami akan naik tingkat ke jenjang yang lebih tinggi.

"Gimana, Frey? Lo bisa tadi ujiannya?" Tanya Roro, temanku.

"Jujur soal ujian kali ini rada sulit, Ro. Padahal gue udah belajar. Tapi alhamdulilah masih bisa gue kerjain," balasku.

"Iya, sama. Gue juga agak kesulitan pas ngerjain tadi. Nah, pas tadi gue mau nyontek tiba-tiba gue keinget omongan Abang gue. Dia pernah bilang, setiap perbuatan yang kita lakukan, pasti bakal di hisab di akhirat. Termasuk menyontek, karena nyontek adalah perbuatan curang. Dan kita bakal dimintai pertanggung jawaban atas semua yang kita lakukan," ujar Roro.

"Maasyaa Allah. Bener banget kata Abang lo. Ayah gue juga pernah bilang, sebagus apapun nilai kita, kalo kita ngedapetin dengan cara curang nggak akan berkah," tuturku.

"Yap, that's right Frey. Eh ngomong-ngomong, ntar lagi kita kan liburan semester. Lo ada rencana ke mana?" Tanya Roro.

"Nggak tau mau kemana haha. Lo sendiri kemana?" Tanyaku.

"Ke Tangerang insyaa Allah, mau nengokin eyang," jawab Roro.

"Wah, seru tuh." Kataku.

Saat kami sedang bercakap-cakap, Davina dan Rayden memanggilku. Akhirnya, aku berpisah dengan Roro dan berjalan menuju mereka.

"Kenapa gais? Manggil-manggil gue?" Tanyaku.

"Gini, Frey. Papa ngajak keluarga kita bertiga pergi ke Singapura pas liburan semester," kata Rayden.

"Waaah, Alhamdulillah," pekik aku dan Vina bersamaan.

Yeay, pergi liburan!

Bersambung...

Freya's Sincere Love - [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang