Bab 24

211 21 0
                                    

Aku membuka kotak itu dan isinya adalah jaket bomber berwarna soft pink dengan bordiran namaku di sudut kirinya.

Duh, sweet banget. Dan gara-gara jaket itu, aku terus kepikiran sepanjang malam. Duh, kalo kayak gini aku udah boleh ge-er nggak ya?

Keesokan paginya...

"Freyaw, jangan lupa bawa payung nak. Pake jaket juga ya, sekarang udah masuk musim hujan," teriak Mama dari luar.

"Iya, Ma. Mama mau ke mana pagi-pagi?" Kataku sambil berjalan ke arah Mama.

"Mama ada panggilan photoshoot buat katalog brand sepatunya Tante Laras, sayang."

Aku berjalan keluar menuju Mama dengan mengenakan jaket bomber soft pink pemberian Rayden, yang kupadukan dengan rok plisket warna hot pink dan hijab berwarna putih.

Mama menghentikan kalimatnya lalu melihatku sambil berdecak kagum, "Freya cantik banget pakai outfit serba pink. Mama kan pernah bilang, Freya tuh cocok sama warna ini. Eh jaketnya bagus deh, sayang. Kamu beli di mana?"

"Jaket ini hadiah dari Rayden, Ma." Jawabku.

"Oh, hadiah dari boy next door rupanya," goda Mama.

"Ih, Mama apa sih. Ya udah, Freya ke rumah Vina dulu ya Ma. Nanti pulang kuliah sama Vina juga," pamitku.

****
Selesai kuliah, aku kembali mengikuti rapat untuk menentukan lokasi yang tepat untuk garage sale. Dan lokasi yang kami pilih adalah rumah Kak Dinda, kakak Roro.

"Gue lupa, kalo garasi kakak gue gede banget jadi bisa kita manfaatkan untuk kegiatan kita kali ini. Makasih ya Frey, udah kasih saran yang tepat. Lo masih ingat aja sama rumah kakak gue," ucap Roro.

"Ya iyalah gue ingat, kan gue sering dipanggil kakak lo ke rumahnya untuk jadi model clothing line-nya," jawabku.

Roro menepuk jidat. "Eh, iya ya haha. Nah, guys sekarang kita bagi tugas. Gue dan Zia bagian dekor garasi, Mega bagian kasir, Aurel bagian promosi di media sosial dan bikin brosur untuk dibagikan ke anak-anak kampus."

"Kalo gitu, nanti gue berangkat bareng Davina naik mobil sambil bawa barang-barangnya ya. Dan untuk promosi di medsos, Vina bisa bantu dan gue juga bakal bantu-bantu Aurel untuk nyebarin brosur," kataku.

Setelah pembagian tugas, Aurel langsung membuat brosur dan menggandakannya.

"Makasih banyak Frey, udah mau bantuin gue. Rencananya besok gue mau bagiin brosur di kampus bagian selatan," tukas Aurel.

"Sama-sama, Rel. Kalo lo bagiin di kampus area selatan, gue bagiin di area barat ya," balasku.

Aku berjalan menyusuri kampus sambil membawa tumpukan brosur. Setelah brosur yang kubagikan tinggal sedikit, aku lantas menemui Davina.

"Vin!" Teriakku.

Davina menoleh, "Eh, Frey! Sini!"

Aku menghampiri Davina yang duduk manis sambil memakan pie susu. Dia lalu menyodorkan beberapa kepadaku. Sebelum tanganku mengambilnya, aku kaget melihat Rayden berdiri di depanku.

"Ray, kapan lo kesini? Emang PPL lo udah kelar?" Tanyaku sambil menyomot beberapa pie susu.

"Belum, lah. Gue kesini, karena teman gue mau balikin flashdisk," katanya.

"By the way, pie susu ini dikasih Ray, loh Frey," kata Davina.

"Wow, makasih ya," kataku.

"Eh, gue baru ngeh. Kalian sejak kapan kembaran pakai jaket gini. Ciee, mulai go public nih," ejek Davina.

"Idih, go public apaan sih?" Bantahku. Dalam hati aku malu, nggak nyangka kalau ternyata Rayden punya jaket bomber yang sama.

"Bilang aja lo iri kan Vin, nggak ada yang pake baju couple sama lo. Hahaha," canda Rayden.

"Eh, jangan salah. Liat ya lo pada, ntar gue bakal pakai baju couple sama Raihan," khayal Davina.

Kami berdua tertawa mendengar khayalan Davina.

Tak lama kemudian, tawa kami dihentikan oleh hadirnya sesosok perempuan yang berdiri di depan kami.

Ya. Dia adalah Tyara.

Bersambung...

Freya's Sincere Love - [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang