Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•
“kok tumben pake kacamata” seruan Mark menghentikan langkah Arin.
Gadis yang berbalut hoodie merah muda itu tersenyum “pengen aja. Emang cuma kamu yang punya kacamata Aku juga punya kali. Btw, cantik ga Mark” tanya Arin antusias.
Wajah cantik yang mengembangkan senyum merekah itu sedikit membuat Mark curiga “kamu enggak lagi sembunyiin sesuatu kan Rin? Tolong kasih tau aku mana yang sakit,hm?” tutur kata Mark penuh dengan permohonan. Senyuman Arin luntur, ia menggeleng.
“aku gapapa kok” jawabnya cepat, kembali melanjutkan langkah.
Mark mengejar, ia tahan pergelangan Arin “kasih tau aku Rin, tolong!” mohon Mark
Dan, sepertinya Arin benar-benar tidak bisa menyembunyikan semuanya dari Mark. Apapun itu, sepertinya Mark memang harus tau.
“penglihatan kamu mulai bermasalah kan” lanjut Mark. Dada Arin benar-benar sesak,Mark sangat peka akannya. Apa yang harus ia lakukan sekarang tuhan.
Arin diam untuk sesaat, sedetik kemudian ia peluk erat raga Mark.
“jangan khawatir aku baik-baik aja mark. Masih ada tiga tahun lagi buat jadi wanita lemah. Aku masih sehat” bohongnya lagi. Arin tepuk punggung Mark pelan, berharap dengan itu menyingkirkan kegelisahan Mark.
Arin benar-benar tidak bisa mengatakannya pada Mark. Arin tidak bisa mengeluh kesakitan pada Mark. Arin tidak ingin mark nya khawatir. Dalam sisa hidupnya, Arin hanya ingin melihat senyum Mark. Hanya ingin Mark bahagia. Setidaknya sebelum pergi, Arin harus membahagiakan orang yang ia cinta kan.
Bodoh.
“sekarang ayo ke kamar 101. Di sana ada seseorang yang lagi butuh bantuan kita. Yuk”
“tunggu rin”
“kenapa lagi?”
“kamu harus janji sama aku. Kalau ada yang sakit kamu wajib kasih tau aku”
“baik tuan Mark Lee” “oeh seperti nya aku kesakitan”
“yang mana? Perut—”
“ini” Arin tunjuk bibirnya. Ia berhasil mengerjai Mark. Ah, lelaki baik ini Arin benar-benar sangat amat menyukainya.
Mark menghela nafas lega. Ia pikir perut Arin benar-benar sakit. “yaudah sini aku obatin” Mark beri satu kecupan tepat di bibir merah muda Arin.
Arin tergelak, ia suka.
“mana lagi yang sakit? Ini” kecupan lainnya mendarat pada pipi,kening, hidung, dagu dan kembali ke bibir.
Arin makin tertawa, rasanya geli.
Mark memang paling pintar mencuri kesempatan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.