09

813 131 1
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kembaran Jeno?kok be-"

"Kak Arin jangan mulai deh" potong Haechan cepat secepat kilat. Arin pun tergelak bebas. semenjak mengenal Haechan, Arin rasanya punya hobi baru. Yaitu gangguin Haechan, Arin suka ekspresi lebay Haechan yang selalu bisa memecahkan tawanya.

"Udah Rin. Ga cape apa tiap sama Haechan selalu ketawa, nanti giginya kering" peringat Mark yang masih terlihat sibuk dengan laptopnya.

Iya, Arin sekarang sedang berkunjung ke kamar Taeyong. Dan pas sekali, selain ada Yooa dan Taeyong di sana ada Haechan dan Mark juga. Sementara si Jeno, Arin tebak pasti ngebucin di cafe.

"Emang gigi kakak kering ya Chan?" Arin lebarkan mulutnya untuk memperlihatkan deretan gigi rapinya pada Haechan. "Enggak kan"

"Enggak kok. Bang Mark apasih, sirik mulu kalo kak Arin udah sama gu-"

"aku"

"-iya aku. Sirik kan kamu Bang. Kalah telak sama aku" kata Haechan. Bukannya marah, Mark malah tertawa keras mendengar ucapan Haechan. Rasanya lucu saat Haechan ngomong pake aku-kamu an.

"Rin, Kakak mau keluar kamu tetep mau di sini" alunan suara Yooa mengalihkan pandang mereka bertiga. Arin tak hanya menangkap sosok Yooa, ada Taeyong juga yang duduk manis di atas kursi roda.

Sekilas Arin tersenyum "aku tetep di sini aja"

"Oh oke kakak pergi dulu. Taeyong perlu udara yang lebih segar" kata Yooa berpamitan dan menghilang di balik pintu.

Menyusuri lorong dengan dorongan yang bertempo pelan. Membuat Taeyong dan Yooa hanya menghabiskan waktu dalam diam.

"Dimana dia sekarang?" Pertanyaan mendadak dari Taeyong menghentikan sejenak laju kursi roda nya. Tak lama, saat sadar Yooa tersenyum samar, lalu kembali mendorong kursi roda. "Entahlah. Aku juga tidak tau apa dia masih di dunia atau sudah menjadi penghuni surga"

"Kalau dia di surga. Pasti sudah bertemu jisoo" kata Taeyong tertawa sendu.

Meski mentalnya sudah mulai membaik, tapi masih ada sedikit rasa belum terima ketika mengingat wanitanya sudah tak lagi di dunia.

Yooa tepuk pelan pundak Taeyong "setidaknya kamu harus lebih bahagia, karena kamu tau kalau jisoo baik-baik saja di sana. Berbeda denganku. Aku tidak tau, entah dia hidup di belahan bumi mana, entah dia hidup dengan keadaan yang baik-baik saja. Hufftt... jika mengingat dia aku rasanya ingin menyalahkan takdir" cakap Yooa.

Taeyong bungkam. Perkataan Yooa selalu saja bisa membuat dia menenang, selalu bisa meredam rasa rindunya, selalu bisa membuat Taeyong percaya bahwa bukan hanya dia yang merasakan hal yang sama. Ternyata ada orang lain, yang mungkin ceritanya lebih rumit di banding dia.

[1]Bukan del luna✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang