Penyakit Chandra 2

68 27 5
                                    

Luna melepas kekhawatirannya, ia menatap Chandra lamat-lamat. Chandra masih tertidur pulas. Kalau saja Luna tahu penyakit yang dialami Chandra, mungkin ia tak sepanik itu.

Tepat di depan sebuah rumah mewah berwarna putih, mereka berhenti. Luna memberikan ongkir jalan kepada sopir itu, tapi, beliau menolak dengan alasan menolong dengan ikhlas. Setidaknya, itu bisa menghemat uang bulanan Luna.

Taksi online langganan Luna itu langsung melaju pergi. Luna membopong tubuh Chandra sendirian. Ia memanggil-manggil orang di depan pagar rumah Chandra, pasalnya pagar itu tengah terkunci.

"Mau nyari siapa, mbak ?" Seorang pria gagah berseragam menghampiri Luna dari balik pagar, dari penampilannya saja, Luna tahu pria itu adalah seorang satpam.

"Saya nggak nyari siapa-siapa, Pak. Saya mau nganterin Chandra." Luna memperlihatkan wajah Chandra yang tertidur itu kepada satpam tersebut, pasalnya tadi wajah Chandra tertutup rambut.

"Mas Chandra ! Kalau gitu, ayo mbak. Saya tolongin, bawa masuk." Pak satpam itu membuka pagar begitu cepat, segera menolong Luna membopong tubuh Chandra. Mereka membawa nya masuk, pergi menuju kamar Chandra. Untung saja kamar Chandra ada di lantai satu, padahal, biasanya kamar seseorang pastilah di lantai dua.

"Mbak, maaf saya nggak bisa nemenin lama-lama. Saya masih punya tugas." Satpam itu pamit kepada Luna, meninggalkannya dengan Chandra.

Kapan Chandra bangun ??

Luna menunggu Chandra, hatinya sudah mulai tenang, tapi, kini ia harus menunggu. Andai saja Luna tahu bahwa Chandra punya cara untuk bangun, tapi, Luna butuh menghubungi teman-teman Chandra, dan masalahnya Luna tak memiliki kontak mereka.

"Luna ?" Chandra menggerak-gerakan tangannya, memanggil Luna. Luna tertegun.

"Chandra !! Kamu udah bangun, syukurlah." Luna melepas hafas, lega.

"Bangun ??" Tanya Chandra heran ia tak tahu apa yang terjadi.

"Tadi, kamu tak sadarkan diri lagi." Luna menunduk sedih. Chandra menutupi wajahnya lagi, ia tak menyangka Luna menolongnya lagi.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Chandra ?? Ceritakan padaku ! Kita itu teman, bukan ?" Tanpa sadar Luna mengeluarkan semua isi hatinya. Chandra terdiam mendengar pertanyaan itu.

"Ini sebuah penyakit yang udah gue punya sejak kecil. Namanya Narkolepsi." Luna menyimak penjelasan Chandra lamat-lamat.

"Ini penyakit yang cukup aneh, nama lainnya Serangan Tidur. Ini semacam penyakit langka, sebuah gangguan tidur kronis yang bikin ngantuk luar biasa di waktu yang nggak nentu. Tapi, gue punya perbedaan." Chandra beranjak duduk, otot-ototo nya pegal.

"Gue bisa bangun, kalau gue ngerasa laper atau haus, sakit, bersin atau batuk. Biasanya Kevin sama Rangga, bakalan bikin gue bersin untuk bangun." Luna malu mendengar penjelasan terakhir Chandra, kalau saja ia tahu hal itu.

"Btw, thanks ya, Na. Lo udah nolongin gue." Chandra tersenyum ramah. Luna mengangguk-ngangguk sebagai balasannya.

"Iya, Chandra." Luna tersenyum senang. Luna memberikan air hangat yang telah tersedia di samping kasur Chandra. Chandra menerima nya dengan senang hati.

"Chandra !! Kamu tidak apa ??" Seorang wanita paruh baya mendobak masuk ke kamar Chandra, ia terlihat familiar.

"Mama ??" Chandra menatap wanita itu heran. Luna baru mengingatnya, wanita itu adalah ibu Chandra. Ia datang bersama Selena, adik Chandra.

"Chandra nya nggak apa-apa kok, Tante." Luna menjawabnya ramah. Selena menatap Luna perlahan.

"Ma ! Ini kakak yang kemarin, kakak yang ngasih aku gaun cantik." Ibu Chandra menatap Luna.

"Terima kasih, nak Luna." Ibu Chandra tersenyum tipis. Ia terlihat merapikan rambut hitamnya yang menutupi mata. Tapi, tunggu. Luna teringat sesuatu.

Rambut coklat ? Bukankah Rambut Chandra pirang ??

Luna menatap Selena, lalu Chandra. Benar dugaannya, Rambut Selena juga hitam dan rambut Chandra berwarna pirang.

"Oi, Na ? Lagi mikirin apa sih ? Gue panggil, kok nggak jawab ??" Chandra menarik tangan Luna, membuyarkan lamunan gadis itu.

"Eh, maaf Chandra." Luna membungkuk meminta maaf.

"Hmm... Chandra, mama tinggal dulu ya. Kayaknya kamu butuh waktu berdua. Yuk, Selena." Ibunya Chandra mendorong Selena keluar. Selena protes, tak mengerti.

Chandra dan Luna saling tatap, heran. Chandra melepas selimut yang menutupi separuh tubuhnya, memindahkan posisi duduknya menghadap Luna.

"Eh, lo mau kemana ??" Luna menatap Chandra yang perlahan-lahan beranjak berdiri.

"Reganggin badan doang." Luna terus menatapnya.

"Btw, Na. Lo nggak pulang ??" Chandra menunjuk jam dindingnya.

"Aku lupa !!"

"Maaf Ya Semuanya, Aku Telat Update Dari Yang Dijanjiin:("

"Ada Aja Hal Yang Nggak Disangka, Yang Bikin Aku Telat Update. Sekali Lagi Maaf, Ya."

"Oh, ya. Sekian Dulu Untuk Chapter Ini. Sebagai Bonus, Pas Tangga 1 Januari. Aku Bakalan Upload Chapter Bonus. Tentang Karakter-karakter Sleeping Boy SPESIAL TAHUN BARU. Janji. Benar-bener janji."

"Kalau Gitu, See U Next Time. Jangan Lupa Tinggalkan Jejak Sebelum Meninggalkam Chapter ini."

Sleeping Boy ( ON-HOLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang