"Enter the game and prepare to die"
-Erebos-
(a novel by Ursula P)...___...
Hari ini--tepatnya nanti malam, hari di mana kesebelas manusia itu akan mulai bermain. Tidak perlu dijelaskan lagi, karena kalian pasti mengerti permainan apa yang akan mereka lakukan.
Mereka semua terlihat santai saja dengan kesibukannya masing-masing karena tidak mengetahui apa yang akan mereka hadapi nanti. Termasuk Yerin. Dia sudah tidak peduli lagi terhadap hal-hal yang ia alami sebelumnya atau pun selanjutnya.
Sebagian dari dirinya mulai mengerti. Semakin ia merasa ketakutan, maka makhluk--entah apa--itu akan semakin gencar menampakan dirinya.
Mereka menyukai sesuatu yang terlihat lemah. Mereka akan menyombongkan diri bahwa mereka itu adalah makhluk terkuat yang dengan mudahnya menguasai kita--manusia.
Namun, meskipun Yerin sedikit mengerti, tapi tetap saja hal itu tidak bisa sepenuhnya menghilangkan kerisauannya.
Yerin memperhatikan Sinbi yang tengah fokus membaca buku. Pagi ini Yerin habiskan waktunya di teras rumah ditemani segelas susu hangat bersama Sinbi di sampingnya.
"Baca apa, Bi? Serius amat."
"Erebos," jawab Sinbi singkat dengan setelahnya menyuapkan satu kue ke dalam mulutnya.
"Rame?" Yerin mulai sedikit penasaran. Pasalnya, ia sedikit ngeri dengan sampul buku tersebut. Tangan kurus yang jumlahnya tidak sedikit, seperti menariknya ke alam yang tidak terbayang olehnya.
"Rame." Sinbi mengangguk, tidak sedetik pun menoleh ke lawan bicara. "Banget," tambahnya begitu yakin.
Yerin hanya mengangguk pelan meskipun di lubuk hatinya yang paling dalam, ia sangat ingin mengetahui apa isi buku tersebut.
Tapi, melihat Sinbi yang membacanya dengan sangat serius, itu melunturkan niatannya untuk lebih mengorek buku tersebut.
Lebih baik ia memikirkan hal-hal yang tidak berbau mistis, karena akan sangat mengganggu ketenangannya. Apalagi, mengingat bahwa malam ini mereka akan melakukan sesuatu yang menurut Yerin berbahaya.
***
Sungguh! Yerin tidak tahan dengan suasana malam ini. Jam sudah menunjukan angka sepuluh tepat. Dan dengan santainya, Taehyung mematikan satu persatu lampu di setiap ruangan rumah tersebut.
Di mulai dari kamar atas, lorong, kamar mandi, kemudian berlanjut ke daerah bawah. Dan baru saja lampu dapur Taehyung matikan. Mereka mengikuti Taehyung yang berada di paling depan dengan Jin juga Jungkook.
Yerin memilih berjalan di paling belakang sendirian dengan jemarinya yang mengamit belakang baju Yuju yang berada di hadapannya.
Ruang tengah sudah dimatikan. Dan semuanya menjadi gelap sempurna.
Ketidaknyamanannya membuat ia lebih mengeratkan pegangannya pada baju Yuju. Tapi kemudian ia hampir berteriak ketika ada seseorang yang melepaskan kaitannya kemudian menggenggamnya.
"Ssstt ... ini gue."
Yerin mengerjap tidak percaya mendengar bisikan itu. Ia sangat hafal dengan suara menyebalkan ini.
"Ngapain, Tae?" Yerin bertanya dengan nada sedikit gemetar. Entah kenapa, perasaannya mulai tidak karuan ketika Taehyung lebih mengeratkan lagi genggamannya dengan lighter yang berada di tangan yang lain.
"Nggak ngapa-ngapain," jawabnya datar tidak mengakui.
Akhirnya Yerin pasrah saja dengan apa yang laki-laki itu lakukan. Sebenarnya, ada untungnya juga bagi Yerin karena ia sudah sedikit tenang karena hangatnya sentuhan itu.
Mereka sedang berjalan menuju ruangan yang berada di paling pojok. Kata Jin, ruangan tersebut dulunya adalah kamar pembantu. Makanya ada satu ranjang berukuran single di sana.
"Hahhh ... gue gak pernah bayangin ini sebelumnya kalo gue bakalan ngelakuin hal-hal kek gini," ungkap Suga yang ikut duduk melingkar di lantai dingin tersebut.
Jimin mengangguk ikut duduk di antara Suga dan Taehyung.
Kira-kira, posisi lingkaran mereka seperti ini; Jin, Jungkook, Taehyung, Jimin, Suga, Umji, Yuju, Sinb, Yerin, Eunha, lalu Sowon (bersebelahan dengan Jin).
Taehyung mematikan lighter dan menyalakan satu lilin. Kemudian ia simpan lilin tersebut di hadapannya tapi sedikit jauh, yang berarti lebih dekat pada Yerin yang berada di hadapannya.
Kemudian Jin ikut mematikan lighter yang membantu pencahayaan Taehyung ketika menyalakan lilin.
Ctek
Ruangan pun terasa lebih mencekam dengan penerangan yang bersumber dari satu lilin. Udara dingin yang entah dari mana asalnya, mulai menyambut, menyapu tengkuk masing-masing dari mereka.
"Gila! Belum mulai aja udah kek gini rasanya," seru Sinbi sembari mengusap-usap tengkuknya.
Umji mengangguk. "Merinding banget. Gimana ntar kalo udah manggil arwahnya."
"Kata gue juga apa, siang aja maennya," ujar Eunha yang direspon decakan kesal dari kaum Adam dan kekehan gemas dari kaum Hawa.
Jin hanya terkekeh karena para perempuan yang sudah bawel mengungkapkan isi hati mereka. "Kalo gak gini gak rame, dong," ucapnya kepada mereka.
"Yerin, jangan ngelamun!" tambah Jin memperingati Yerin yang tertangkap tengah diam memperhatikan lilin di hadapannya.
Yerin sedikit tersentak. "H-Hah? Ng-Nggak kok," sanggahnya dengan menggaruk pelipisnya seperti membenarkan ucapan Jin.
"Oke." Taehyung mulai bersuara. "Inget baik-baik peringatan gue waktu itu, ya."
Semua mengangguk mengerti.
Taehyung menghela napasnya pelan, menenangkan dirinya, lalu ia menyimpan gundukan kartu yang sedari tadi berada di genggamannya ke tengah lingkaran. Setelahnya, ia menjumput garam yang berada dekat dengannya.
"Let's play the game," ucapnya pelan sebelum menaburkan garam pada kartu tersebut.
Dan, permainan pun ... dimulai.
...___...
040120 // revisi: 210121
KAMU SEDANG MEMBACA
The Card Game ↬ taerin ft. bangchin | END
Fanfiction[HORROR STORY] Taehyung mempunyai satu rahasia, yang berhubungan dengan permainan pemanggil arwah. Dan teman-temannya--khususnya Yerin, menjadi korban dari permainan tersebut. _____ ✨ fanart by: @GfriendFanart on twitter