"Cinta tidak akan semenyeramkan ini jika kau mengerti. Jadi, jangan lepaskan ikatanku, atau kau tidak akan bisa keluar dari permainan ini."
- TCG [Taehyung] -
_____
Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi. Mereka semua masih terjebak di ruangan itu. Satu-satunya jalan keluar benar-benar tidak bisa mereka buka. Didobrak pun percuma, pintu itu mendadak keras seperti batu.
Dug dug dug
Mereka semua meringis pelan ketika suara itu terdengar lagi dari langit-langit ruangan. Suara itu seperti mempermainkan mereka, menambah ketakutan mereka, sehingga menutup jalan keluar dari permainan tersebut.
Ruangan itu tidak lagi gelap dari biasanya. Mereka mendapatkan pencahayaan dari satu lighter milik Taehyung yang diletakan di tengah ruangan. Ingin menyalakan lampu, tidak bisa. Listrik mendadak mati, dan ini aneh.
Mereka duduk menyebar. Setiap sudut dan pinggiran ruangan sudah terisi. Banyak hal-hal yang mereka pikirkan. Entah itu tentang jalan keluar, sesuatu yang mereka dengar, atau sesuatu yang mereka ... lihat.
Salah satunya Seokjin. Di ujung ruangan sana, ia tengah duduk meringkuk dengan wajah yang sangat pucat. Ia masih mengingat jelas wajah yang tadi dia lihat.
Hanya Seokjin lah yang melihat jelas sosok tersebut, plus kepergiannya setelah membisikkan sesuatu kepada Jin; "Kami tidak akan melepaskan kalian, kecuali ...."
Dan Seokjin tidak bisa mendengar bisikan selanjutnya. Karena setelahnya, sosok itu menghilang. Dan sekarang ia terkadang diam menatap ke depan dengan tatapan kosong.
Yoongi dan Jimin selalu mengajak Seokjin berbicara. Mereka berdua takut jika terjadi sesuatu dengan temannya itu.
"Ada yang bawa hp?" tanya Jungkook di tengah kesunyian.
"Ngga," jawab mereka bergantian.
Tentu. Tidak ada satu pun di antara mereka yang membawa benda pipih tersebut dikarenakan takut mengganggu ritual mereka sebelumnya.
"Yer," panggil Sojung yang berada di samping Yerin. Mereka berdua duduk di lantai, menyenderkan punggung pada ujung badan ranjang di sana, menghadap tembok.
Yerin berada di posisi terpojokan. Depan tembok, kanan tembok, belakang ranjang kasur, dan kirinya Sojung. Ia berdeham pelan menjawab panggilan Sojung dengan kepala yang ia tenggelamkan di antara kedua lutut yang menekuk.
Sojung terdiam sejenak, mengikuti apa yang Yerin lakukan. Tapi, ia gunakan kedua lututnya untuk menopang dagu. "Menurut lo ... kita bisa keluar dari sini kapan?"
Yerin menghela napasnya lelah mendengar pertanyaan Sojung yang entah sudah keberapa kali ia dengar. "Gue gak tau, Jung. Gue bukan Mama Lauren."
Sojung terkekeh mendengar jawaban Yerin. Ia sadar telah membuat temannya yang satu itu kesal.
Pandangan Sojung menyebar ke sekeliling ruangan. Ia memperhatikan teman-temannya yang mulai mencari posisi nyaman untuk tidur--meskipun di lantai yang pastinya dingin.
Pandangannya terhenti pada seorang lelaki yang terbaring tidak nyaman. "Yer, gue ke sana dulu, ya," izinnya tanpa menunggu balasan dari Yerin. Ia berdiri, menghampiri Seokjin.
Yerin semakin memeluk kedua kakinya erat ketika merasa hawa aneh di sampingnya setelah kepergian Sojung. "Gini lagi," gumamnya. Ia cukup mengantuk.
"Gini kenapa?"
Yerin hampir berteriak terkejut karena suara berat itu yang tiba-tiba terdengar dari samping kirinya. Ia mengangkat kepala untuk memastikan perkiraan pemilik suara itu.
Dan ia berdecak kesal setelah mendapatkan kebenaran dari dugaannya bahwa pemilik suara itu adalah Taehyung. Pria yang entah kenapa selalu berada di sekitar radar Yerin.
"Ngapain lo?" tanya Yerin ketus kembali menenggelamkan kepalanya di sana.
Taehyung tertawa pelan, membuat Yerin merinding mendengarnya. "Setiap orang punya cara yang berbeda buat ngungkapin perasaannya, Yerin."
Yerin diam mencermati perkataan Taehyung yang tidak ada sambungan kabelnya. "Gue gak ngerti."
"Lo gak pernah mikirin kenapa kita jadi sering berantem?"
Yerin membisu. Ia kembali mengingat masa-masa saat ia begitu akrab dengan Taehyung. Dan itu sudah beberapa bulan yang lalu, sebelum--
"Gue minta maaf," ucap Taehyung lirih, "bukan karena sikap gue beberapa jam yang lalu. Tapi, karena beberapa minggu yang lalu."
Lagi-lagi Yerin menghela napasnya, dan menghembuskannya dengan keras. "Gue makin gak ngerti, Tae."
Hening. Tidak ada sahutan dari pria yang terlihat mendongakkan kepalanya pada langit-langit ruangan. Tak lama ia mengerutkan dahinya karena melihat sesuatu di sana.
"Gue tau selama ini lo ketakutan tinggal di sini. Sosok seperti apa aja yang lo liat, gue tau," ungkap Taehyung kemudian.
Yerin menggeram kesal. "Terus, kenapa lo selalu nyalahin gue? Memperlakukan gue kek lo emang gak tau kondisi gue. Kenapa?"
Taehyung terkekeh pelan. "Lo yakin nanyain hal itu? Gak yang lainnya? Padahal ... ada hal lainnya yang lo harus tanyain."
"Tentang apa?"
"Tentang gue."
Yerin berusaha memutar otaknya. "Maksudnya?"
Yerin menggerakan kepalanya ke arah Taehyung. Tubuh pria itu menghalangi pencahayaan ruangan. Tapi, Yerin masih bisa melihat wajah Taehyung yang putih pucat. Kedua matanya tidak cukup terlihat jelas--tunggu! Pucat?
Yerin merasa ada yang aneh. Ia mengangkat kepalanya untuk memperhatikan Taehyung lebih jelas. Kerutan di dahinya terlihat lebih dalam melihat pria di hadapannya yang benar-benar pucat.
"Tae, lo ... kenapa?" tanya Yerin pelan tanpa ada respon dari Taehyung selanjutnya.
Taehyung tetap diam, menatap lekat kedua mata Yerin. Yerin pun membalas tatapan Taehyung namun dengan keadaan bingung. Ia juga sepintas melihat sesuatu yang berada di belakang Taehyung, sedang menatapnya juga.
Dan beberapa detik setelahnya ...
Yerin merasakan sesuatu yang menyentuh permukaan bibirnya, dan menyapunya dengan lembut.
...___...
110120 // revisi: 230121
KAMU SEDANG MEMBACA
The Card Game ↬ taerin ft. bangchin | END
Fanfic[HORROR STORY] Taehyung mempunyai satu rahasia, yang berhubungan dengan permainan pemanggil arwah. Dan teman-temannya--khususnya Yerin, menjadi korban dari permainan tersebut. _____ ✨ fanart by: @GfriendFanart on twitter