TCG XIX

1.2K 224 10
                                    

"Hati-hati! Malam ini, mereka akan terus mengawasimu dari celah lemarimu."
_______

Namjoon, Hoseok, Tiffany, dan satu orang pria lain yang tiba-tiba ingin ikut bersama mereka, yaitu Baekhyun yang adalah teman satu organisasi Namjoon dan Hoseok, senior Yerin sewaktu SMA, dan yang sudah lama menyukai Yerin--mereka baru saja tiba di lokasi sekitar pukul empat sore.

Baekhyun terlihat antusias melihat rumah dua tingkat di hadapannya.

Sebelumnya, mendengar Namjoon yang akan pergi mengunjungi adik tingkatnya yang tengah berlibur itu, Baekhyun dengan acara paksa-memaksanya ingin ikut dengan maksud menemui Yerin.

"Kok dia ngikut?" tanya Taehyung tajam kepada Namjoon, dengan kedua mata yang memicing tak kalah tajam kepada Baekhyun.

Saat semua orang menyambut kedatangan Baekhyun dengan hangat, Taehyung malah memandangnya tidak suka sembari menyeret Yerin ke belakang tubuhnya saat Yerin hendak menerima uluran tangan Baekhyun.

Tentu! Taehyung sangat hafal gelagat seniornya ini yang selalu mendekati Yerin dari zaman OSPEK. Tidak hanya dirinya, semua temannya pun tahu akan hal itu. Makanya, sekarang Jimin, Sinb, dan yang lainnya hanya cekikikan menahan tawa melihat Taehyung dan Baekhyun yang saling beradu laser lewat tatapan mereka.

"Maaf, Kak." Yerin menampakkan sederetan giginya. Ia masih berdiri di belakang Taehyung, memegang kaus pria tersebut.

Baekhyun tersenyum tebar pesona. "Gapapa, Yerin sayang." Ia kembali menatap pria yang berada tepat di hadapannya. "Di depan rumah, gue gak liat ada papan peringatan 'Yang Bernama Baekhyun, Di Larang Masuk'."

Taehyung berdeham singkat. Ia berbalik, menarik Yerin untuk berjalan mengikutinya.

Baekhyun menatap kepergian mereka, duduk di sofa ruang tamu. "Bener gak, Yerin suka sama gue?" tanyanya dengan tingkat kepercayaan diri selangit.

Hoseok tertawa terbahak, merasa bahwa Baekhyun tengah memberinya sebuah lelucon. Padahal, raut mukanya jelas terlihat serius. Sojung, Sinb, Umji, dan Yuju pun hanya cekikikan. Sedangkan Jimin, Tiffany, dan Namjoon, mereka menggelengkan kepala, merasa sudah biasa.

"Gak mungkin lah, Kak!!!" ceplos Eunha kemudian.

"Kenapa gak mungkin?" tanya Tiffany terdengar tidak terima.

Eunha hanya mengedikkan bahunya.

Bibir Baekhyun mengerucut. "Gue yakin, kalo tu cowok ganteng kagak ada, Yerin pasti nempelnya sama gue," ocehnya lagi.

Namjoon menghiraukan, ia memilih untuk membicarakan hal lain. "Min ... Jungkook, Yoongi, sama Jin mana?" herannya karena tidak mendapatkan mereka bertiga sedari tadi.

"Jin di kamar, dia sakit. Kalo Jungkook ama Yoongi, mereka belom pulang dari kemaren lusa," jelas Jimin, disusul anggukkan singkat dengan raut cemas dari temannya yang lain.

Hoseok mengernyit heran. "Emang mereka pada ke mana? Pulang?"

Yuju menggeleng tegas. "Mereka ke desa deket sini, niatnya mau cari bantuan buat bisa hubungin kalian," jawabnya.

Melihat keheranan Namjoon, Sinbi menjelaskan, "Mobil mogok, sinyal ponsel tiba-tiba aja ilang. Kejadiannya, pas setelah semaleman kita kekurung di ruangan, setelah maen permainan hantu itu."

"PERMAINAN HANTU?!!" teriak Tiffany dan Baekhyun bersamaan, dan semua yang berada di sana mengangguk, termasuk Namjoon dan hoseok yang memang sudah tahu rencana adik tingkatnya itu.

"Kalian gak sayang nyawa?" tanya Tiffany tidak mengerti.

"Sayang banget pastinya," jawab Jimin santai, "tapi, gue gak yakinlah kalo kita bakalan mati di tangan mereka."

Namjoon dan Hoseok terlihat tidak tenang, mengingat suara aneh yang keluar dari panggilannya kepada Taehyung waktu itu, yang terdengar sebaliknya dengan apa yang Jimin yakini. Namun, tidak mungkin mereka memberitahukan sesuatu yang kebenarannya pun belum diketahui, 'kan?

Tunggu! Apa mereka harus melihat salah satu di antara mereka ada yang mati dulu, baru setelahnya akan diberi tahu?

"Sebenernya, kalian ngalamin hal apa aja selama kita gak ada?" tanya Namjoon penasaran.

"Banyak." Sekarang Eunha yang menjawabnya dengan suara pelan yang tidak biasa. "Apalagi, pas maenin permainan kartu itu, kita--"

"Nha!" Jimin menyela.

Seketika Eunha diam menunduk. "Maaf."

"Eh? Kenapa?" Baekhyun bertanya.

Sojung menghela napas pelan. "Kalo Jin dengerin cerita ini, dia pasti teriak ketakutan. Jadi, kita berjanji buat tutup mulut buat sementara waktu."

Namjoon menghempaskan punggungnya ke kepala sofa, ia memijit pelan pangkal hidungnya. "Kalian lagi ngadepin apa, sih?"

Semuanya diam, hening seketika.

Jujur, mereka yang langsung mengalaminya pun merasa tidak menemukan setitik jawaban apa yang mereka hadapi. Hal-hal yang sebelumnya mereka anggap tidak masuk akal pun semakin berdatangan.

Setiap malam, sebenarnya, mereka selalu sempat terjaga. Banyak hal yang menjadi sebabnya.

Mulai dari ketukan pada pintu yang ketika dibuka tidak mendapatkan siapa-siapa di sana, atau ketukan pada jendela yang padahal kamar mereka berada di lantai dua, juga suara langkah kaki dari langit-langit kamar yang padahal tidak ada ruangan lain setelah ruangan di lantai dua, sampai, bayangan-bayangan hitam yang seperti mengawasi mereka dari sudut kamar mereka.

Dan satu lagi, yang hanya pernah dialami oleh Yuju. Lemari kayu di sudut kamarnya selalu berdecit pelan, sedikit terbuka, dan ia selalu merasa bahwa ada sebelah mata yang menatapnya dari sana.

Mereka selalu berpikir, Apa permainan pemanggil arwah itu benar-benar hanya permainan biasa? Atau ... ada sesuatu yang terjadi waktu itu tanpa mereka ketahui?

***

Jam menunjukkan pukul delapan malam. Baekhyun keluar dari kamar, berjalan menuruni tangga menuju dapur untuk menyegarkan tenggorokkannya.

Saat memasuki dapur, ia melihat Yerin yang membelakanginya, tengah mencuci piring. Seketika bibirnya mengembang bahagia, merasa telah mendapatkan ratusan juta rupiah melihat Yerin yang sedang sendirian, tanpa si anjing penjaga.

Baekhyun menghampiri, berdiri di samping Yerin sembari mengambil gelas di rak piring. "Yerin sendiri aja? Kakak rela kok bagi-bagi. Bagi-bagi waktu buat nemenin kamu maksudnya." Baekhyun melihat Yerin yang hanya tersenyum.

"Yerin nanti pulangnya semobil sama kakak, ya. Kita berdua aja," ajaknya tidak menyerah dengan sikap diamnya Yerin.

Tapi, lagi-lagi Yerin hanya tersenyum, tetap melanjutkan pekerjaannya.

"Yer?" Baekhyun mulai tidak nyaman. Mungkin Yerin sedang tidak ingin diganggu. Akhirnya, ia pamit, dengan sebelumnya menuangkan segelas air putih ke dalam gelasnya.

Ia berjalan santai hendak kembali ke kamarnya, sembari meneguk minumannya. Namun, tiba-tiba saja, ia tersedak, hampir menyemburkan minumannya tadi.

Uhuk uhuk.

"Kenapa lo?"

Baekhyun tidak memedulikan Taehyung yang selalu melihatnya tidak suka. Yang Baekhyun pedulikan adalah, perempuan yang berada di depan Taehyung, yang melihatnya sembari tersenyum ramah.

"Malam, Kak," sapa perempuan tersebut.

"Ye-Yerin? Kok lo ada di sana?" tanya Baekhyun yang menatap Yerin tanpa berkedip. Eh, jadi Yerin ini ... ada dua?

--- -- - --

revisi: 290121

The Card Game ↬ taerin ft. bangchin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang