[Part 1 - Pengganggu]

320 4 1
                                    

"Ayumi!" panggilan yang sungguh membuat Ayumi rasanya ingin mati saja, tidak bisakah hidupnya bebas satu hari saja.

"Berisik lo," ucap Ayumi tanpa menatap lawan bicaranya.

"Galak amat lo pagi - pagi," tutur Samuel dengan nada bicara yang tak kalah ketus.

Ayumi pergi meninggalkan Samuel begitu saja, berjalan dengan santai. Tentu, Samuel tidak tinggal diam, ia mengikuti Ayumi. Samuel berjalan di samping Ayumi dan mencoba menyamakan langkahnya. Ayumi merasa risih, bagaimana tidak. Pagi - pagi seperti ini ia sudah diganggu oleh Samuel, belum lagi tatapan nyalang dari para penggemar Samuel.

Ketika mereka berjalan bersisian, tiba - tiba ada yang berlari dan menyenggol tubuh Samuel dan tubuh Samuel mendorong tubuh mungil Ayumi dengan tidak sengaja. Hingga punggung Ayumi terbentur dinding, dengan Samuel yang dihadapannya dan kedua tangannya berada di samping kedua kepala Ayumi. Jarak mereka sangat dekat, hingga hidung Samuel hampir menempel dengan kening Ayumi. Samuel semakin mengikis jarak antara mereka, Samuel terus mendekatkan wajahnya pada wajah Ayumi. Dan Ayumi menutup matanya.

Buggghhh

"Aww," ringisan kecil keluar dari mulut Samuel begitu ia merasa ada sesuatu yang menghantam punggungnya.

Dengan kedua lengan yang masih menempel pada dinding dan Ayumi yang masih menutup matanya.

"Eh, sorry," kata seseorang bertubuh jangkung, dengan segera Samuel melepaskan kedua lengannya yang ada pada dinding dan menghadap seseorang bertubuh jangkung yang sedang mengambil bola basketnya. Ayumi mendengar suara orang lain dan ia membuka matanya.

"Ganggu aja lo," kata Samuel ketika siswa tersebut hendak melangkah.

"Lagian lo, mau gituan malah di sini, sono tuh di gudang," katanya sambil menunjuk letak gudang yang tak jauh dari lapangan basket.

"Thank you bro sarannya," ucap Samuel ketika lelaki tadi sudah berjalan.

"Sama - sama," teriaknya.

Samuel menatap wajah Ayumi yang masih melamun. Lama - kelamaan Samuel menatap wajah Ayumi, tiba - tiba semburat merah keluar dari kedua belah pipi Ayumi. Jika sudah begini, ini kesempatan Samuel untuk membuat Ayumi lebih merona, Samuel mengeluarkan senyum miringnya. Ayumi hanya menatapnya tajam.

"Gimana saran cowok jangkung tadi? Mau dicoba?" kata Samuel yang membuat bulu kuduk Ayumi berdiri dan ia bergidik ngeri, lalu dengan langkah yang cepat, Ayumi meninggalkan Samuel.

"Woyy, muka lo lucu kalo lagi merah," ujar Samuel dengan sedikit berteriak karena jarak mereka sudah semakin menjauh.

Akhirnya, Ayumi bisa lepas dari pengganggu itu. Kejadian tadi benar - benar memalukan, bagaimana bisa wajahnya memerah saat bersama Samuel. Ia malu, harus bicara apa jika nanti ia bertemu dengan pria pengacau itu lagi.

"Yum," ucap Syahla sambil melambaikan lengannya di depan wajah Ayumi.

"Kenapa?"

"Lo yang kenapa, dari tadi bengong mulu. Nih gue kasih tau, kemarin ayam tetangga gue bengong terus langsung mati besoknya," kata Syahla.

"Masa iya, gue disamain sama ayam, gak etis banget sih."

"Lagian, emang lo kenapa? Ada masalah? Cerita sama gue," tutur Syahla dengan lembut agar Ayumi tidak salah paham.

"Mungkin dia malu sama gue," ucap seseorang dengan suara yang keras dan muncul begitu saja di hadapan Ayumi.

"Malu? Maksud lo?" Syahla mengerutkan dahinya.

"Barusan Ayumi blushing pas lagi hadap - hadapan sama gue," ujar Samuel dengan penuh percaya diri di hadapan Syahla.

"Gue gak ngerti."

Two Months [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang