[Part 29 - Akhir]

44 2 0
                                    

Ayumi menatap jam dinding, ia terus bergerak. Ayumi ingin segera keluar dari ruangan kelas yang sesak oleh ribuan angka. Ia juga ingin segera bertemu dengan Samuel.

Mengingat Samuel, Ayumi kembali menerbitkan senyumnya. Ketika dua orang yang saling mencintai dan dalam dunia yang sama, semuanya tentu saja terasa sangat indah bukan?

Hingga bel berbunyi sangat nyaring, lamunan Ayumi buyar dan senyum kembali merekah di wajah cantiknya, dengan kecepatan kilat Ayumi memasukkan semua bukunya dalam tas dan segera berdiri.

Sebelum suara deheman terdengar sangat mengerikan di telinganya.

"Mau kemana kamu?" Ayumi menampilkan senyum masamnya dan kembali terduduk, lalu setelahnya seisi ruangan kelas ini menertawakan Ayumi.

"Ayumi, kamu mau pulang duluan? Pintu terbuka lebar!" ujar seorang guru yang masih terduduk manis di depan sana.

"E-engga bu," jawab Ayumi dengan terbata.

Matanya bergerak ke arah pintu, dan tanpa sengaja menangkap sosok yang membuatnya bertingkah memalukan seperti tadi. Disana ia sedang tertawa, sambil memandang dirinya. Ayumi menepuk jidatnya kemudian memalingkan wajahnya. Rasanya, sangat, sangat malu.

***

"Kamu mau ngapain barusan?" tanya Samuel yang diakhari tawa nyaring.

Ayumi diam, ia masih malu dengan kejadian itu. Tangan Samuel bergerak mengusap puncak kepala Ayumi, Ayumi menatap ke arah Samuel yang berjalan di sampingnya.

Kedua membeku dalam tatapan satu sama lain, tidak ada yang membuka suara, seakan ini adalah hari terakhir mereka.

"Biasa aja dong natap akunya," ujar Samuel sambil tertawa. Ayumi langsung memalingkan wajahnya.

"Aku malu dilihatin kaya tadi." Ayumi langsung menatap tajam ke arah Samuel.

"Dulu aku ini, pengganggu kamu, ternyata sekarang, aku ini pacar kamu yah?"

Ayumi menghentikan langkahnya, "Siapa yang pacar aku?"

"Aku lah, siapa lagi?"

Ayumi meninggalkan Samuel begitu saja, ia berjalan cepat di depan Samuel sambil menggerutu.

"Pacar? Cih! Nyatain cinta aja engga."

Sampai Ayumi tidak fokus pada jalan yang dipijaknya, hingga Ayumi menabrak tubuh seseorang. Samuel yang melihatnya langsung berlari dan menghampiri Ayumi.

Mereka belum melihat sosok yang baru saja bertabrakan dengan Ayumi.

"Maaf yah, pacar saya gak sengaja," kata Samuel, sosok dengan perawakan tinggi itu mengangkat kepalanya hingga wajahnya terlihat. Dan betapa terkejutnya Samuel saat itu.

Ayumi melihat Samuel dengan seksama, kenapa Samuel seterkejut itu saat melihat sosok yang ada dihadapannya. Ayumi melihat objek tatapan yang sama dengan Samuel, Ayumi juga tak kalah terkejutnya.

"Ekhem, mungkin kalian butuh ruang untuk ngobrol berdua, gue pergi dulu." Samuel melangkahkan kakinya, tatapan kecewa dari seorang Ayumi jelas sangat terpancar dari sorot matanya yang indah.

Hingga, "Sam, tunggu!" Samuel berbalik dan menatapnya, lalu menatap Ayumi yang tengah tertunduk.

"Lo nyerahin cewek lu gitu aja ke gue?" Samuel menarik salah satu sudut bibirnya ke atas.

"Siapa yang nyerahin cewek gue ke lu? Gue cuma pengen kalian berdua itu ngomong baik-baik dan selesaiin masalah kalian, kalo gue ada disitu gue cuma akan jadi pengacau di antara masalah kalian," ucap Samuel dalam satu tarikan napas.

Samuel menghampiri Ayumi, menyentuh kedua pundaknya hingga Ayumi mengangkat kepalanya. "Yum, gue mohon selesaiin masalah lo sama dia, oke?"

Ayumi mengangguk lemah.

Samuel kembali melangkahkan kakinya, meninggal kedua insan yang pernah berjalan bersama dalam perasaan yang sama, hatinya tak rela harus melepas Ayumi dengannya. Meski hanya untuk sementara.

Ia hanya tak ingin, kedepannya Ayumi masih memikirkannya dan membuat hubungan keduanya hancur.

***

Ayumi dan Raka berjalan beriringan, dengan suasana yang tampak canggung.

"Lo tau Yum? Akhir-akhir ini gue selalu menyalahkan keadaan." Perkataannya sukses membuat Ayumi menghentikan langkahnya dan berjalan ke arah kursi taman.

Raka mengikutinya dan duduk disampingnya.

"Kenapa lo harus nyalahin keadaan disaat lo sebenernya sadar kalo keadaan lo kaya gini, yah karena dosa masa lalu lo!" ucap Ayumi penuh penekanan.

"Dosa gue apa Yum? Sampai gue harus jadi kaya buronan polisi gini."

"Lo masih nanya dosa lo apaan? Use your brain!" Setelahnya Ayumi meninggalkan Raka sendiri dengan pikirannya.

Ayumi masih bingung, ternyata di dunia ini masih banyak manusia yang tidak menyadari dosa dan kesalahannya sendiri.

Ponselnya bergetar, pertanda ada seseorang yang mengirim pesan padanya. Setelah membaca dua baris pesan tersebut, senyum yang semula hilang terbawa oleh langit yang akan segera berganti warna, kini kembali lagi.

Matanya menatap ke sekeliling, Samuel yang mengajaknya bertemu di sini tapi dia yang tidak ada.

Tiba-tiba seseorang menutup matanya dari belakang, Ayumi diam, karena ia tau siapa yang menutup matanya dari belakang.

"Sam!"

"Ssttt... Diem, aku ada hadiah buat kamu. Tutup mata kamu, oke?" Ayumi hanya mengangguk patuh.

Samuel mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, lalu berlutut tepat di hadapan Ayumi yang masih menutup matanya.

"Kapan aku boleh buka matanya?" tanya Ayumi.

"Sekarang," jawab Samuel.

Ayumi menutup mulutnya dengan sebelah lengannya. Ia tidak percaya bahwa Samuel berlutut sambil menyerahkan sebuah kotak padanya.

"Ambil." Tanpa ragu Ayumi mengambil kotak tersebut.

Samuel bangkit dan menggenggam lengan Ayumi menuju sebuah kursi di bawah pohon rindang.

"Buka deh," kata Samuel, bukannya membuka Ayumi malah mengocok kotaknya, menebak apa isinya.

Ketika kotak berwarna merah hati itu terbuka, Ayumi menatapnya tak percaya, bagaimana bisa buku itu ternyata ada di Samuel.

Ayumi menatap Samuel yang tersenyum, "Kamu baca semuanya?" Samuel hanya mengangguk sambil tersenyum. Lagi-lagi Ayumi menepuk jidatnya.

Ia membuka lembaran pertama, matanya semakin membulat ketika melihat namanya yang dulu terukir bersama Raka kini berganti menjadi namanya dan juga nama Samuel.

Ia menutup bukunya dengan kencang, lalu duduk menyamping, berniat membelakangi Samuel.

Lalu, sebuah bunga mawar berwarna merah muncul tepat di depan matanya. Ayumi langsung berbalik dan menatap Samuel.

"Mau, 'kan jadi teman aku untuk selamanya?"

"Teman?"

"Teman hidup, yang saling berbagi cerita, menjaga kepercayaan, dan memperkuat rasa cinta." Ayumi nampak tersenyum manis.

"Mau?" Ayumi mengangguk antusias dan mengambil setangkai bunga itu.

***

Cerita zaman purba ini, baru sempet untuk up lagi!

Terimakasih yang udah mau baca, yang udah vote dan komen

Sampai bertemu di cerita berikutnya

Two Months [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang