[Part 17 - Runyam]

29 2 0
                                    

Ayumi mengetuk mejanya menggunakan pena yang sedari tadi ia genggam, pikirannya melayang pada sosok yang membuatnya akhir - akhir ini seperti orang gila.

Dentingan ponselnya membuat pikirannya kembali, ia melirik sekilas ponselnya. Matanya membulat ketika ia melihat siapa yang muncul dalam notifikasinya.

Ayumi mencoba mengabaikannya dan kembali fokus pada tugasnya.

Namun, semakin lama dentingan ponselnya terus berbunyi. Ia menghidupkan mode diam pada ponselnya, tapi malah tergantikan oleh nada dering telpon.

Ia mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Halo? Kenapa?"

"Lagi apa?" Mendengar suaranya seperti tidak asing, ia segera melepaskan ponselnya dari telinganya dan melihat siapa yang menelponnya.

Dan tertera jelas di sana 'Cowo Resek'. Ayumi merutuki dirinya, kenapa harus memgangkatnya tanpa melihat?

"Yum?"

"A-apa? Lagian lo ngapain sih nelpon gue, tau orang lagi sibuk ngerjain tugas," ucap Ayumi dengan nada bicara yang seperti biasanya.

"Ya udah, maaf ganggu, abis chat gue gak dibales. Semangat yah ngerjain tugasnya." Ayumi langsung mematikan sambungan telponnya.

Ia melempar penanya, menghempaskan tubuhnya pada punggung kursi. Ia memegang dadanya, jelas terdengar olehnya sendiri bahwa ada detakan jantung yang seharusnya tidak terjadi.

Ayumi menutup bukunya dan merapikannya, ia segera merebahkan dirinya di kasur. Tidak bisa seperti ini!

Apa benar jika Ayumi sudah jatuh pada pesona pria itu? Ayumi menggeleng kuat, ia menutup wajahnya menggunakan bantal.

Dia merasa ada sesuatu yang belum terselesaikan, Ayumi berjalan ke luar kamarnya. Namun netranya malah menangkap sosok yang selama ini hilang.

Raka berdiri di hadapannya sekarang, namun tanpa sepatah kata pun, ia berbalik lalu pergi menjauh.

"Jangan tinggalin gue, gue sayang sama lo!" teriak Ayumi dengan derai air mata.

Dia seperti orang tuli, terus berjalan tanpa melihat keadaan Ayumi yang seperti itu. Ayumi menatap nanar punggung yang perlahan menjauh dari pandangannya.

Egois.

Pergi tidak disetujui tapi tetap pergi, rasanya seakan hanya seperti permainan yang bisa dengan mudahnya berhenti begitu saja.

Air matanya terus terjun bebas, membasahi seluruh wajahnya bercampur dengan keringat yang juga keluar. Rasa sesaknya sekarang bahkan tak bisa tergambarkan oleh kata.

Sampai, Ayumi tidak mampu lagi menahan berat tubuhnya sendiri. Ia terduduk di lantai dingin, tangisnya semakin pecah, kala sosok itu sudah benar - benar menghilang dari pandangannya.

Seseorang perlahan menggenggam kedua bahu Ayumi dan mengangkat tubuh Ayumi hingga berdiri tegak, sekarang dihadapan Ayumi berdiri sosok Samuel.

Samuel tersenyum penuh arti pada Ayumi, jari jemarinya dengan lincah menghapus jejak air mata pada wajah Ayumi. Hingga Ayumi ikut tersenyum, dan memeluk sosok itu, meski air mata masih terus keluar dari sudut matanya.

Setitik air bening, mengenai lengannya, itu terasa dingin.

Ayumi langsung membuka matanya, ia menyentuh sudut matanya. Air mata. Ia mendudukan dirinya dan merebahkan punggungnya pada kepala ranjang.

Mimpinya terasa sangat nyata, Ayumi mengeluarkan air mata dalam mimpinya dan kenyataannya ia juga mengeluarkan air mata.

Ia menyugar rambutnya, apa maksud mimpinya itu? Kenapa harus memimpikan Raka dan Samuel? Ayumi hanya menghela napasnya lagi.

Two Months [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang