"Oke, gue mau jadi pacar lo, tap..."
"Tapi apa lagi sih, Tuhan!" Dari tatapan matanya, Samuel nampak kesal. Kenapa berjuangannya harus sampai seperti ini? Inikah perjuangan yang sesungguhnya?
"Lo harus berhasil buat gue jatuh cinta sama lo dalam waktu 3 bulan. Gimana?" Ayumi menampilkan senyum miringnya.
"Lama banget, bahkan gue bisa buat lo falling in love sama gue dalam waktu 8 minggu," kata Samuel dengan percaya diri yang terpancar dari wajahnya.
"Oke, 8 minggu." Ayumi makin tertantang sekarang. Ayumi hendak melangkahkan kakinya, namun lengannya berhasil diraih oleh Samuel.
Samuel menggenggam lengan Ayumi begitu erat, Ayumi menatap genggaman lengan mereka, lalu menatap Samuel yang juga sedang menatapnya.
Mereka berjalan sambil bergenggaman tangan, tatapan nyalang dari para penggemar Samuel, Ayumi biarkan. Untuk apa mereka mengurus hidupnya? Toh, mereka bukan siapa - siapa Ayumi, kenal pun tidak, hanya sebatas tahu.
Suara riuh dari teman kelas Ayumi, begitu mereka melihat Ayumi dan Samuel memasuki kelas sambil bergenggaman tangan. Untung saja, di kelas ini tidak ada penggemar Samuel, jika ada bahaya.
Ayumi pun masih bingung, sebenarnya apa yang membuat mereka menggemari seorang Samuel, Keren? Tidak. Pintar? Samuel sangat jauh dari kata itu, tapi sekarang ia berubah setelah kejadian itu. Dulu, Samuel sering bolos sekolah, bolos pelajaran yang membuatnya bosan, bergabung bersama anak - anak nakal, ikut tawuran antar sekolah.
Tapi, pahatan wajah Samuel mungkin bisa dibuat sebagai alasannya, hidungnya mancung, alis tebal, mata bukat, bibir tipis. Sempurna. Mungkin itu alasannya, tapi apa cukup itu alasannya untuk mengagumi seseorang? Bukankah butuh banyak alasan jika kita mengagumi orang? Atau bahkan tidak perlu alasan?
←_←
Ayumi membuka pintu di rumahnya, ia menghela napas saat tahu bahwa rumahnya masih sepi, padahal ini sudah pukul delapan malam. Sesibuk itukah Papahnya?
Semenjak ibu dan kakak lelakinya pergi, semua kehidupan Ayumi berubah. Sangat berubah. Tapi, keputusan Papahnya benar, saat semuanya kembali tenang, penyakit Ayumi mereda dan bahkan sekarang, penyakitnya sudah hilang, mungkin.
Ayumi membulatkan mata dan menghentikan langkahnya saat membuka pintu kamarnya, ada seorang lelaki bertubuh jangkung yang sedang membenahkan kamarnya. Sosok itu, sosok yang membuat Ayumi rindu selama ini.
Ia berlari dan memeluknya dari belakang, terdengar kekehan dari mulutnya. Perlahan lengan Ayumi ia lepaskan lalu mereka saling berhadapan, Ayumi menatap mata coklat itu. Mata yang selalu tenang, mata yang membuat Ayumi hanyut.
Ayumi lagi - lagi berhambur ke dalam pelukannya. Ia membiarkan Ayumi memeluknya lebih lama, ia juga merindukan malaikat kecilnya.
"Kangen banget emang?" tanyanya lalu diakhiri tawa ringan.
"Banget," kata Ayumi masih dalam dekapannya.
"Kenapa Kakak gak bilang kalo Kakak mau kesini?" tanya Ayumi setelah melepas pelukannya dan menghadap lelaki yang baru saja ia sebut Kakak.
"Kejutan," jawabnya.
"Mamah?" Wajahnya berubah, tadi ia memasang wajah yang sangat ceria, begitu ceria, sekarang wajahnya malah berubah drastis, kini malah sendu. Seakan, ada sesuatu yang sangat membuatnya sedih.
Suara ketukan membuat keduanya menoleh pada sumber suara, lelaki bertubuh jangkung itu segera membukakan pintu kamar adiknya. Dan menampakkan seorang pria paruh baya mengenakan pakaian formal.
Yanto -papah Ayumi, terkejut bukan main saat melihat siapa yang membuka pintu, matanya nampak berkaca - kaca. Gejolak rindu yang selama bertahun - tahun akhirnya bisa terbayar hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Months [ E N D ]
AcakAku yakin, semua orang pasti pernah berada dalam fase dimana ia sangat mencintai seseorang. Seperti dimabuk asmara misalnya, ia sampai gila menghadapi semuanya. Menganggap dunia mati jika sehari saja tak berjumpa. Setiap orang juga pasti pernah bera...