"La, lo sendiri? Ayumi mana?" Syahla yang sedang memainkan ponselnya sambil mengunyah bakso menoleh ke arah Samuel yang entah dari kapan sudah ada di hadapannya.
"Barusan gue ajak kesini, tapi katanya dia mau ke toilet," jawab Syahla.
Samuel tidak mengucapkan terimakasih atau sebatas basa - basi, tapi ia langsung pergi begitu saja dan Syahla hanya menggelengkan kepalanya.
Ia berlari menuju toilet wanita, tidak mungkin ia masuk, sama saja masuk ke dalam kandang singa. Samuel memilih diam di depan toilet, sesekali ia sedikit mengintip ke lorong toilet. Kakinya mulai tak bisa bertahan karena menunggu Ayumi, ia memilih duduk dekat toilet.
Satu per satu siswi mulai keluar dari toilet, hingga yang terakhir masuk pun sudah keluar.
"Permisi, boleh tanya, di dalem masih ada orang gak?" tanya Samuel pada siswi yang baru saja keluar dari toilet.
"Engga ada tuh, kosong." Samuel hanya mengangguk dan tersenyum, lalu pergi begitu saja.
Kemana Ayumi, apa ia menghindari Samuel? Samuel kini sudah di ambang pintu kelas Ayumi, ia meyapu pandangannya ke seluruh sudut ruangan, tapi tak menemukan sosok yang dicarinya. Samuel memilih masuk dan berharap mendapat sebuah jawaban.
"Lo liat Ayumi gak?" tanya Samuel pada seorang siswi, dan siswi itu hanya menggeleng.
Bukan Samuel namanya jika ia menyerah begitu saja jika menyangkut tentang Ayumi. Ia berjalan ke arah siswa yang sedang berkumpul sambil mengobrol.
"Kalian ada yang liat Ayumi gak?" Semua mata kini menatap ke arah Samuel.
"Gue liat dia jalan ke arah taman belakang deh barusan," jawab salah satu siswa dengan suaranya yang khas.
"Makasi yah." Tanpa menunggu jawaban selanjutnya Samuel langsung melangkahkan kakinya ke arah taman belakang.
Sesampainya di sana, apa yang ia dapatkan? Hanya angin yang meneriaki dirinya, bahwa ia adalah lelaki yang lambat, dedaunan yang telah gugur seakan ikut tertawa. Samuel hanya menunduk.
Ia baru mau melangkahkan kakinya dan memilih untuk pergi dari sana, tapi tanpa sengaja ia melihat sebuah benda yang terletak di bangku kusam. Samuel berjalan ke arah sana dan mengambilnya. Ia seperti kenal dengan tulisan ini, ia menutupnya dan melihat nama yang terukir di halaman depan.
"Raka dan Ayumi," ujarnya sambil membaca, percayalah detik itu juga dunia seakan runtuh dan hatinya sangat perih, oksigen di sekitarnya tiba - tiba hilang.
Samuel membuka halaman per halaman tanpa ia baca, salah satu halaman menarik perhatiannya dan ia akan membaca kata demi kata yang terangkai di sana.
"Kamu lagi apa di sini?" Samuel menoleh pada seorang lelaki tua yang membawa sapu.
"Owh, engga Pak, tadi saya sedang mencari seseorang kesini, kalo gitu saya permisi," ucap Samuel lalu berlari dari sana.
Samuel memilih ke kelasnya, nanti pulang ia akan mencari Ayumi sambil mengembalikan buku ini. Sepertinya ini sangat penting untuknya.
Dengan keberanian yang Samuel buat, ia membuka halaman pertama dan mulai membacanya. Tulisan itu membuatnya tersenyum namun terasa sakit di waktu yang bersamaan, kalimat yang dirangkai terlalu rapi hanya untuk mendeskripsikan betapa sayangnya Ayumi pada Raka.
"Segitu sayangnya," ujarnya dalam hati.
Halaman berikutnya ia buka, lagi, kata - kata yang disusun sedemikian rupa membuatnya merasa iri pada seorang Raka yang begitu dicintai Ayumi.
"Lihat, apa yang lo harapkan dari Ayumi, dia bahkan masih menyayangi Raka, meski ia tak tau dimana pria itu berada." Iblis dalam hati Samuel seakan ikut berbicara dan menyuarakan pendapatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Months [ E N D ]
AléatoireAku yakin, semua orang pasti pernah berada dalam fase dimana ia sangat mencintai seseorang. Seperti dimabuk asmara misalnya, ia sampai gila menghadapi semuanya. Menganggap dunia mati jika sehari saja tak berjumpa. Setiap orang juga pasti pernah bera...