[Part 10 - Alasan]

36 3 0
                                    

"Sesayang itu Ayumi pada Raka?"

"Hingga ia tidak mau meninggalkannya?"

"Siapa lelaki tadi?"

"Pacarnya? Emang sudah move on?"

Kira - kira seperti itu berbagai pertanyaan yang muncul dalam otaknya.

Samuel mengingat sesuatu, ia mengambil tasnya yang tergeletak di bawah meja televisi. Ia mengambil sebuah buku lalu duduk di sofa. Mencari posisi yang bisa membuatnya nyaman.

Perlahan ia membuka lembar demi lembar buku itu. Membaca kata demi kata, memahami setiap arti kalimat yang tertulis dengan rapi di sana. Hingga lembar yang bertuliskan dengan tinta merah membuat Samuel penasaran.

Kini, orang yang berarti dalam hidupku telah pergi meninggalkan ku. Aku bahkan tidak tahu sekarang dia ada dimana, jejaknya sungguh hilang dengan sempurna.

Semuanya karena si brengsek sialan itu yang melaporkan semuanya pada guru, aku tahu, aku paham, bahwa ia bersalah atas itu. Tapi apa aku salah jika aku membenci orang yang telah membuat orang yang sangat berarti bagiku pergi?

Sepenting itu, keberadaan Raka di sisi Ayumi? Seberharga apa Raka, sampai Ayumi sangat membenci sosok yang membuat Raka pergi?

Samuel mengacak rambutnya frustasi.

≧ω≦

Hari ini Syahla berjalanan kaki sepulang dari sekolahnya, karena angkutan umum tidak juga datang dan Syahla lelah menunggunya, jadi ia memutuskan untuk berjalan kaki.

Syahla menghentikan langkahnya saat sebuah sepeda motor berhenti tepat di depannya, Syahla hanya tersenyum dalam hati, ia tau siapa itu.

"Ngapain?" kata Syahla saat sudah berdiri di hadapannya.

"Ke perpus yuk La!" ucap Alex sambil membuka kaca helm nya. Dan Syahla mengangguk setuju lalu naik ke kursi belakang motornya.

Sepanjang perjalan tidak ada yang membuka suara, hening teman mereka. Dan setelah beberapa menit, mereka sampai di perpustakaan umum. Syahla turun dan menatap bangunan bersejarah ini, sejarah kisahnya dengan Alex.

"Ayo masuk!" Alex menarik lengan Syahla yang hanya diam.

"Ngapain lu ngikutin gue?" tanya Syahla saat Alex terus membuntutinya dari belakang.

"Nyari buku."

"Kok ngikutin?"

"Mau jagain lu sih, nanti lu gak bisa ambil buku lagi kaya waktu itu, sampai mau jatuh dan harus gue yang bantu." Wajah Syahla memanas. Ia mencubit pinggang Alex dan ia sedikit menjerit.

Tatapan nyalang dari para pengunjung yang lain, membuat Syahla dan Alex berhenti bercanda.

Mereka memilih duduk di ujung ruangan yang hanya ada beberapa orang, sebenarnya ini bukan kemauan Syahla, tapi Alex yang memaksanya duduk di sana.

"Lex! Kerjain tugas lu, kenapa liatin gw mulu sih?" Bukannya mengerjakan tugas, justru Alex malah semakin lekat memperhatikan Syala.

"Kerjain Lex!"

"Iya, iya gue ngerjain." Alex memakai kacamatanya, dan kini malah Syahla yang memperhatikan Alex secara diam - diam.

"Barusan, nyuruh gue ngerjain tugasnya, tapi malah lu yang liatin gue sekarang." Syahla langsung mengarahkan pandangannya pada buku miliknya.

"La, gue boleh panggil lu Lala gak?" tanya Alex sambil menatap lekat Syahla, sementara Syahla masih sibuk berkutat dengan bukunya.

"Boleh, terserah lu panggil gue apa, seenaknya lu aja manggil gue apa," jawab Syahla tanpa mengarahkan pandangannya pada Alex.

Two Months [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang