A Pieces of You

11. Haneul's Obsession

Jo Haneul menghentikan langkahnya tepat di depan pintu masuk rumah Sohee dan Kyuhyun. Dia menghembuskan napasnya perlahan dan mengerutkan kening. Dia mengira mudah untuknya datang kesini lagi. Kenyataannya, kakinya saat ini sangatlah kaku, dan dia kini hanya bisa berdiri di pinggir teras, bertanya-tanya keadaan Kyuhyun pada dirinya sendiri. Dia tidak bisa tidur semalaman, apalagi jika mengingat bagaimana Kyuhyun pulang dengan Jung Soo malam itu. Meskipun tahu sepupunya pasti akan merawatnya dengan baik, tapi tetap saja dia tidak bisa menghilangkan rasa khawatirnya.

Jika bicara tentang sepupunya—Jo Sohee, kepala Haneul selalu saja terasa sakit. Apalagi jika dia harus kembali mengingat pernikahan sepupunya itu dengan Kyuhyun. Dia seperti di berikan sebuah pukulan di kepalanya yang menyuruhnya untuk sadar diri. Dia harusnya bersyukur sudah dibiarkan tumbuh oleh neneknya dengan sangat baik di keluarga Jo meskipun tanpa seorang ayah. Ayahnya—Jo Gi Cheol meninggal ketika dia berusia tiga tahun sedangkan Ibunya yang merupakan mantan aktris terkenal—Ham In Jeong, kini hidup sebagai janda anak konglomerat yang begitu menyedihkan. Tidak ada yang bisa di lakukan ibunya selain mengikuti kemanapun neneknya pergi. Lebih seperti seorang pesuruh. Melihat semua yang dirasakan ibunya, Haneul bertekat pada dirinya sendiri bahwa dia akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari pada ibunya.

Berandalkan dengan paras cantiknya yang dia dapatkan dari sang ibu, Haneul memulai karir sebagai seorang model pakaian. Diawal tahun kemunculannya, Haneul sudah membuat heboh karena proporsi wajahnya yang hampir sempurna. Alisnya tipis, dan matanya yang sangat besar membingkai bola mata berwarna hitam yang begitu cerah. Dengan hidung mungil dan dagu kecil yang lancip—dia tampak seperti boneka hidup dengan bibir merah muda dan mata yang tersenyum. Bukan hanya dunia modeling yang gempar karena keberadaannya, perempuan berusia dua puluhan itu bahkan berhasil menjuarai kontes kecantikan di tahun debutnya.

Pertemuannya dengan Kyuhyun di acara Seoul Fashion Week lima tahun silam membuatnya sadar. Menjadi seseorang yang terkenal saja belum cukup untuk mencapai kebahagiaannya. Dia butuh seseorang yang kuat yang bisa menopangnya lebih dari pada yang keluarga besarnya sendiri lakukan. Dia menemukan jawabannya dari dalam diri Cho Kyuhyun. Pertama kali dalam hidupnya, Haneul bisa bertemu dengan sosok pengusaha muda yang begitu sukses. Tidak hanya bergelimpangan harta, wajah Cho Kyuhyun yang begitu tampan juga membuat Haneul semakin yakin dengan keputusannya. Butuh waktu sekitar lima sampai enam bulan sampai Haneul bisa bertemu langsung dengan Kyuhyun, dan butuh waktu yang cukup lama sampai akhirnya mereka berdua bisa berkencan. Semua perjuangannya itu terbayarkan dengan akhir yang bahagia.

Sayangnya hidup tak selamanya indah. Roda selalu berputar. Enam bulan yang lalu, dia mendapatkan kabar yang sangat mengejutkan. Cho Kyuhyun—pria yang tengah menjalin hubungan dengannya itu dijodohkan oleh keluarganya dengan sepupunya sendiri, Jo Sohee. Bukan dengan dirinya tapi dengan Jo Sohee. Hidupnya hancur seketika, saat mendengar bahwa Kyuhyun bahkan tidak menolak perjodohan itu. Ibu Kyuhyun yang notabenenya sudah mengetahui hubungan Haneul dan Kyuhyun pun hanya diam. Alasannya adalah karena perjanjian yang dilakukan kedua keluarga mereka tidak bisa dibatalkan begitu saja. Saat itu Jo Haneul berpikir untuk memberitahukan hubungannya dengan Kyuhyun pada keluarganya sendiri, akan tetapi pria itu menghentikannya. Dengan kata-kata yang begitu menyakitkan Kyuhyun justru mencampakkan Haneul.

"Aku tidak mencintaimu, kita sudahi saja semua ini."

Dunianya, semua impiannya. Dia merasa seperti seekor burung yang dipatahkan sayapnya, tak mampu lagi terbang tinggi untuk mencapai seluruh cita-citanya. Sejak saat itu, Haneul merasa dia harus melakukan sesuatu. Dia tidak bisa menyerah begitu saja pada takdirnya, dia ingin bahagia. Meskipun dia harus berjuang untuk mendapatkannya kembali. Merupakan tujuan Haneul untuk merebut Kyuhyun kembali, dan dia sama sekali tidak pernah berpikir untuk mundur lagi.