Sebelum Kyuhyun sempat menanyakan keadaan Sohee, sambungan telepon itu terputus. Kata-kata terakhir yang diingat Kyuhyun saat itu hanyalah tempat dimana dia harus mengambil kotak berwarna cokelat yang berisi instruksi selanjutnya serta alamat tempat dimana Sohee di sekap. Dia juga diharuskan membawa uang tunai sebesar lima ratus juta won sebagai uang tebusan atas nyawa Sohee. Kyuhyun berdiri, berjalan bolak-balik beberapa kali di depan Ho Jin yang kini tengah menatapnya dengan cemas.
"Aku harus segera kesana."
Ho Jin yang mendengar penuturan Kyuhyun tampak terkejut. "Jangan bodoh! Kau harus menyusun rencana."
"Tidak ada waktu lagi, mereka bilang akan menungguku selama dua belas jam."
"Apa yang kau pikirkan saat ini?" tanya Ho Jin lemah.
Secara mendadak Kyuhyun berbalik untuk menghadap Ho Jin. Dia langsung menghentikan langkahnya dan terdiam selama beberapa menit. Sambil menatap mata pria itu lurus-lurus, Kyuhyun berkata, "Hubungi polisi, tapi jangan gegabah. Aku akan menggunakan alat pelacak, ikuti aku tapi jangan terlalu dekat."
"Kau benar-benar akan membawa uang itu?"
Ho Jin menatap Kyuhyun dengan sungguh-sungguh, dan saat itu Kyuhyun hanya bisa mengangkat tangannya sebagai tanda menyerah.
"Tidak ada pilihan lain, saat ini bukan hanya nyawa Sohee yang ku pertaruhkan, tapi juga nyawa anakku."
"Jadi ini maksudmu menunda perceraian itu?" tanya Ho Jin menyelidik. Kyuhyun mengangguk dalam diam, dia langsung terduduk di kursinya sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
Malam itu Sohee dijebloskan ke sebuah ruangan gelap—mirip seperti penjara dan berada di bawah tanah, luasnya sekitar 3x3,5 meter. Kedua orang pria yang tadi membawanya, mengunci ruangan itu dan hanya membekali Sohee sebuah lentera kecil sebagai pencahayaan yang di pasang di sudut tepat di samping pintu masuk. Sohee berdiri tak bergerak melihat kedua pria yang menutupi wajah mereka dengan topeng ski itu beranjak pergi meninggalkannya. Dalam pencahayaan lentera yang lemah dia jatuh terduduk di lantai, seolah masih belum percaya dengan apa yang baru saja menimpanya.
Sohee mengingat dengan baik bagaimana dia bisa sampai ke tempat ini. Dia menyaksikan sendiri bagaimana dia di paksa masuk ke dalam sebuah van hitam yang berjalan mengebut di jalanan menanjak yang sempit. Kebanyakan orang mungkin tak akan tahu keberadaannya, lokasinya bukan di tengah kota. Rumah tempat dimana dia disekap berada di tepi hutan, sekadar menyerempet pinggiran peradaban. Jika saja dia bisa kabur dari tempat ini, mungkin akan membutuhkan waktu sekitar tiga jam menyusuri hutan untuk sampai di kota. Sayangnya ruangan yang dipagari tralis besi itu dikunci menggunakan gembok besar. Tidak ada yang bisa di lakukan seorang perempuan lemah seperti Sohee yang bahkan takut untuk membunuh seekor lalat. Tangan Sohee terkepal di sisi tubuh berusaha menguatkan dirinya sendiri, hanya ada satu hal yang menjadi harapannya saat ini yaitu kehadiran Kyuhyun—yang jelas pria itu tidak akan membiarkan dirinya dan juga calon anaknya berada dalam bahaya.
Pagi harinya pintu ruangan bawah tanah dibuka. Cahaya mentari pagi membanjiri ruangan, bersumber dari tangga sempit yang ada di hadapannya. Sohee buru-buru bangun, menanti seseorang dari balik tralis besi dengan penuh harapan. Tangannya kini terkepal kuat-kuat di jeruji besi dingin itu. Meskipun dia tidak bisa melihat wajah pria yang kini tampak sedang menunggu di puncak tangga, dari sudut matanya dia bisa melihat sebilah pisau besar di tangan pria tersebut.
"Jo Sohee..."
Suara itu—itu suara Kyuhyun. Itu adalah suara yang selama beberapa jam ini dia pikirkan terus-menerus. Ketika sosok Kyuhyun mulai menuruni tangga, Sohee refleks mendekat ke arah datangnya pria itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Pieces of You
FanfictionWarning 🔞 Diberi kesempatan kedua, Jo Sohee bertekad untuk lepas dari cengkraman Cho Kyuhyun, si pria berhati dingin yang begitu membencinya. Dia mencoba dan terus mencoba tapi hasilnya dia justru jatuh semakin dalam dan mustahil untuk keluar. Kini...