Sohee duduk sejenak di sofa ruang perawatannya, matanya menerawang jauh lagi-lagi menatap pohon mapel di luar jendela, berusaha menenangkan pikirannya sementara seorang perawat kini tengah mengganti infusannya yang telah habis. Kemarin, sewaktu Haneul dan ibu mertuanya datang kemari, dia sama sekali tidak membayangkan bahwa sepupunya itu akan melakukan hal yang sama seperti yang pernah terjadi dalam kehidupan sebelumnya—menjadi sekertaris Kyuhyun. Meskipun kelihatannya Sohee menerima hal itu dengan lapang dada, pada kenyataannya tidak demikian, dia nyaris saja mengeluarkan sumpah serapah untuk mengutuk Haneul dan bahkan berniat menarik rambutnya. Beruntung sepuluh menit kemudian, Sohee yang pikirannya mulai membaik memutuskan untuk tersenyum dan mengangguk pelan pada Haneul. Dia merasa jauh lebih percaya diri saat matanya menangkap bayangan dirinya sendiri di cermin dan percaya bahwa dia bisa melewati masalah kali ini dengan baik.
"Sudah selesai Nyonya."
"Terima kasih!"
Sohee melemaskan tangan kirinya yang terhubung dengan selang infus. Cincin berliannya yang tersemat di jari manis terlihat berkilauan di terpa sinar matahari. Tiba-tiba geletar semangat menjalari Sohee, seperti biasanya rasa itu hadir setiap kali dia berpikir tentang Kyuhyun ataupun pernikahannya. Dan cincin itu kembali mengingatkan dirinya pada masalah perceraiannya. Jika waktu itu alasan Kyuhyun membatalkan perceraian karena kehadiran tiba-tiba calon anak mereka, kali ini tidak ada alasan lagi bagi Kyuhyun untuk membatalkannya. Sebenarnya masalah perceraian ini lebih mudah diatasi jika saja Kyuhyun setuju menerima keputusan Sohee, tapi pria itu terlalu keras kepala untuk sekadar membubuhkan tanda tangannya di atas dokumen perceraian. Padahal diantara mereka berdua sama sekali tidak ada getaran cinta yang fungsinya dalam pernikahan adalah tali kuat untuk mengikat satu sama lain. Tapi kenapa Kyuhyun tetap bersikukuh mempertahankan pernikahannya meskipun dia tahu betul kenyataan itu?
Sohee tidak bisa menahan senyum lebar di wajahnya. Rasanya benar-benar tidak masuk diakal dan betapa gembiranya dia saat ini. Dia memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangan yang di silangkan di pinggangnya dan berkata, "Meskipun kedengarannya konyol, tapi aku benar-benar senang."
"Senyum mu itu menakutkan!" celetuk seorang perempuan paruh baya yang sebenarnya sudah lebih dari setengah jam yang lalu duduk di samping Sohee. Sohee yang hampir saja melupakan kehadiran orang itu karena lamunan panjangnya tampak mengembangkan senyumnya.
"Eomma!"
Sohee menyambar tangan perempuan itu dan menariknya mendekat, berhenti sejenak untuk menarik napas lalu menenggelamkan wajahnya dalam pelukan hangat perempuan yang merupakan ibu kandungnya itu.
"Kau baru saja kehilangan bayimu, tapi senyum apa itu? Kelihatannya kau sudah lebih baik ya?"
Kalau saja ibu Sohee berpihak sedikit saja padanya, Sohee mungkin sudah menceritakan segudang rencana yang tengah berputar di otaknya untuk menceraikan Kyuhyun. Tapi kenyataannya ibunya tidak seperti itu. Dia tahu persis apa yang akan dikatakan ibunya jika Sohee mengatakan padanya bahwa dia berencana menceraikan Kyuhyun lagi. Bahkan kata "lagi" disini akan langsung membawanya otomatis pada pinggir tebing curam dan hanya tinggal menunggu sampai ibunya mendorong dirinya jatuh ke bawah. Membayangkan semua hal itu membuat Sohee menampakkan senyum gugupnya sekilas, menampilkan gigi depan putih ciri khasnya yang begitu manis.
"Apa Menantu Cho mengatakan sesuatu padamu?" tanya ibu Sohee lagi.
"Mengatakan apa?"
"Seperti bulan madu kedua? Apa dia mengajakmu ke suatu tempat saat kau sembuh nan—" ibunya tiba-tiba terdiam, tatapannya tampak menerawang jauh. Sedangkan Sohee buru-buru melepaskan pelukannya.
"Apa?" tanya Sohee.
"Ahh tidak, lupakan saja apa yang baru saja ibu katakan." tukas ibunya—berusaha menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pieces of You
Fiksi PenggemarWarning 🔞 Diberi kesempatan kedua, Jo Sohee bertekad untuk lepas dari cengkraman Cho Kyuhyun, si pria berhati dingin yang begitu membencinya. Dia mencoba dan terus mencoba tapi hasilnya dia justru jatuh semakin dalam dan mustahil untuk keluar. Kini...