Mendengar ucapan ketus dari Heisan yang menyuruhnya segera naik ke atas motor, akhirnya Hailana menurut saja meski sedikit kesusahan karena rok sekolahnya yang pendek sedangkan motor Heisan yang menurut Hailana terlalu ribet untuk dinaikinya.
Motor Heisan mulai melaju dengan kecepatan normal, dan itu memudahkan Hailana supaya tidak perlu berpegangan pada supirnya.
Jarak rumah Zaskia dengan rumah Hailana cukup jauh, harus kembali melewati sekolah, karena tempat tinggal mereka berbeda arah.
Tak ada percakapan sedikitpun diantara keduanya karena memang tak ada yang perlu diobrolkan, lagipula Heisan sedang menyetir jadi dia harus lebih fokus supaya perjalanan menuju rumah Hailana tetaplah aman dan tentram.
Heisan mulai kesal dengan keadaan dimana dia membonceng tetapi seperti hanya dia saja yang berada diatas motor itu, ide jailnya tiba-tiba muncul, dia sedikit menaikan kecepatan motornya tanpa aba-aba lalu menginjak rem tanpa aba-aba pula dan itu membuat Hailana terkesiap dan membuat kepalanya sedikit beradu dengan helm yang Heisan gunakan, tangan Hailana juga tanpa sadar meraup kedua sisi jaket Heisan karena terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, menyadari adanya kekehan, Hailana tahu bahwa Heisan sedang bercanda.
"Gak lucu San, kalo aku jatoh beneran gimana?" tanya Hailana sedikit ketus.
"Abisnya Lo gak ngomong-ngomong gue kira gak ada orang," ucap Heisan enteng.
Hailana yang kesal dengan jawaban Heisan langsung meneloyor kepala Heisan. "Dasar," gumam Hailana pelan, mungkin tidak terdengar oleh Heisan karena suara dari knalpot motornya yang bising.
"Lo laper gak?" tanya Heisan.
"Apa?" Respon Hailana malah balik bertanya karena tak terdengar jelas apa yang baru saja Heisan ucapkan.
"Lo laper gak? Gimana kalo kita makan dulu?" ulang Heisan kali ini lebih keras.
Hailana tampak berfikir sejenak, "Gak deh, nenek pasti udah masak, kita makan di rumah aja nanti," jawab Hailana langsung dibalas anggukan oleh Heisan.
Ini pertama kalinya Hailana dibonceng Heisan, pertama kali juga baginya menaiki motor seperti itu, mimpi apa dia semalam, sampai-sampai mendapat hukuman yang menguntungkan, setahu Hailana hukuman itu berat atau bahkan menakutkan, dia rasa Heisan jadi ikut-ikutan aneh seperti Zaskia, senyum Hailana mengembang, beruntung sekali dia bisa berteman dengan mereka berdua.
Jika Hailana tidak melihat Heisan sewaktu MPLS nya dulu, dia tidak akan mengenal Zaskia, dan mereka bertiga tidak akan sedekat ini.
Beruntung sore ini cuaca cerah, tidak hujan, jadi mereka tidak perlu berteduh lalu merasa kedinginan kemudian Heisan memberikan jaketnya pada Hailana, seperti di film-film romantis.
Laju motor Heisan berhenti tepat di depan pagar halaman rumah Hailana, ini kedua kalinya dia berkunjung ke rumah Hailana itupun sudah lama saat Hailana mengundang teman sekelasnya untuk mengadakan syukuran hari ulang tahunnya.
Hailana segera turun dengan mengambil ancang-ancang memegang kedua pundak Heisan, "Ayo," ucap Hailana, Heisan langsung turun dan menyimpan helm nya diatas motornya, lalu mengekor Hailana untuk ikut masuk juga.
"Nek, Assalamualaikum," Hailana setengah berteriak, lalu membuka sepatunya dan menyimpannya di rak sepatu yang berdiri di samping pintu rumahnya, diikuti Heisan yang melakukan hal yang sama.
"Wa'alaikumussalam," jawab Ihat dari dalam rumah, lalu Hailana masuk diikuti Heisan.
"Duduk San, aku ke dalam dulu," ujar Hailana, Heisan pun langsung mengucapkan terima kasih lalu duduk.
Heisan mengedarkan pandangannya ke seluruh bagian ruang tamu rumah Hailana, masih sama seperti dulu saat pertama kali ia berkunjung, namun bedanya sekarang ada foto Heisan, tapi tidak sendirian, melainkan ada Hailana dan Zaskia di sisi kanan dan kirinya, foto itu diambil saat acara Porseni waktu mereka masih duduk di kelas 10.
