Awal

76 11 24
                                    

Alarm berbunyi dengan suara yang sangat nyaring, menembus udara untuk sampai pada pendengaran Hailana.

tangannya menelusuri sumber suara yang menganggunya itu 'Handphone' ya, Hailana masih belum sadarkan diri, dia terus menggerakan tanganya menelusuri tempat tidur nya, setelah menemukan barang yang di maksud, ia langsung me non-aktifkan alarm yang sudah mengganggu tidur cantiknya itu.

"Hmmm," Hailana sedikit bergumam, dia mengucek-ngucek matanya supaya rasa kantuk yang masih betah di dalam tubuhnya itu cepat menghilang.

Ini hari Senin, Hailana berusaha untuk semangat, lagipula Minggu ini dia akan menjadi petugas upacara jadi tak ada alasan baginya untuk bermalas-malasan.

****

Selesai bersiap-siap Hailana sedikit melenggak-lenggok dan sesekali berputar dihadapan cermin kebanggaannya itu, dengan cermin itu Hailana merasa dirinya sudah perfect, bagaimanapun penampilannya, kini ia tampil dengan balutan seragam putih abu, lengkap dengan atribut sekolahnya yang lain, ditambah rambutnya yang rapih terikat, tas ransel biru langit dengan motif flora yang sudah digendong dan jam cantik yang melingkar di pergelangan tangannya.

Hailana segera beranjak ke dapur untuk mengambil bekal yang sudah disiapkan neneknya.

"Nek, Lana berangkat ya," Hailana menghampiri Ihat yang sudah berada di ruang jahit untuk beres-beres.

"Loh, kok nggak sarapan dulu?" Tanya Ihat yang terlihat sedang menyapu kolong mesin.

"Enggak nek, takut kesiangan soalnya mau upacara, tapi Lana bawa sarapannya ke sekolah, nanti sehabis upacara Lana langsung makan," tutur Hailana yang langsung menjulurkan tangannya untuk salim.

"Yasudah, kamu hati-hati di jalan, jangan lupa dimakan itu sarapannya," Ihat mengingatkan.

"Iya, Assalamualaikum," pamit Hailana lalu segera berangkat setelah mendengar jawaban salam dari neneknya itu.

Hari ini Hailana akan jadi petugas upacara, langkahnya sedikit dipercepat untuk sampai di persimpangan jalan yang akan angkot lewati.
Perjalanan ke sekolah dari rumah Hailana lumayan jauh, sekitar 25 menit jika angkot terus berjalan.

Begitu angkot yang di tumpangi Hailana sampai di depan gerbang dia segera turun lalu membayarnya, "makasih mang," ucap Hailana sambil sedikit berteriak dan langsung dibalas anggukan oleh supir angkotnya.

Dari luar, sekolahnya masih terlihat sepi, mungkin hanya ada segelintir anak OSIS yang akan mempersiapkan peralatan untuk upacara nanti, Hailana langsung segera melewati gerbang namun urung saat notifikasi dari ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk dari WhatsApp.

Siapa?
Selamat pagi :)

Ck, Hailana berdecak kesal saat orang misterius itu mengirimnya pesan kembali. Hampir setiap hari Hailana mendapatkan pesan dari orang itu, sampai-sampai dia sering dibuat 'badmood' gara-gara penasaran siapa sebenarnya pengirim pesan yang masih betah selama hampir 2 tahun selalu mengirimnya pesan-pesan yang menurut Hailana 'aneh'.

"Woy Lana, mau ambil posisi pak Wahab kau, berdiri terus di gerbang kau," tegur
Bintang yang baru saja memarkirkan motornya di parkiran sekolah dekat gerbang.

Hailana memutar bola matanya kesal, "iya, mau apa kau, huh?" Jawab Hailana ikut berteriak dan juga meniru gaya bicara dari Bintang 'teman sekelas Hialana'.

Setelah itu perbincangan ringan antara Bintang dan Hailana berlanjut sampai kelas, lalu Hailana segera menuju ke Lapangan untuk ikut mempersiapkan upacara bersama anak-anak OSIS yang lainya.

Hailana (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang