Bertanggung jawab

16 5 11
                                    

"Helma dan Andre, Ihab dan Faisal, Sanya dan Syahrul, dan yang terakhir Hailana sama Nisa," Ucap Indrianti, kali ini ia sedang memimpin rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota OSIS dari mulai kelas 10 sampai kelas 12.

"Saya harap, untuk seluruh kandidat yang terpilih agar bisa saling mendukung satu sama lain, dan untuk seluruh anggota yang memang belum terpilih begitu selesai wawancara oleh pembina Minggu kemarin, jangan sampai kalian merasa bahwa kalian tidak memiliki potensi, hanya saja dari pihak guru memang tidak hanya menilai dari satu sisi saja, namun, dari semuanya, baik itu dari perilaku di kelas maupun di organisasi, tata cara kita memimpin, keberanian kita, kesungguhan kita, bagaimana kita public speaking, lalu kamipun dari pihak kepemimpinan OSIS juga sangat betul-betul memperhatikan mana yang memang sudah bisa ditempatkan untuk memimpin organisasi ini kedepannya." Jelas Indrianti selaku ketua OSIS yang sebentar lagi akan segera menurunkan jabatannya pada kandidat-kandidat yang terpilih nantinya.

"Bagaimana? Ada yang ingin bertanya atau menambahkan?" Ucap Indrianti kepada seluruh anggota didepannya.

Ruangan OSIS kembali hening hanya terdengar desas-desus anggota-anggota yang terlihat sedang membicarakan sesuatu.

Indrianti yang cukup waktu menunggu kembali berbicara, "Jika memang tak ada yang ingin ditanyakan, kita ke pem--"

Ucapannya terhenti saat seseorang yang duduk di paling pojok mengacungkan tangannya, interupsi untuk izin berbicara.
"Ya, Hailana?"

"Izin berbicara kak!"

"Silakan,"

"Apakah ini sudah keputusan akhir? Bagaimana jika ada yang merasa keberatan untuk maju ke tahapan pemilihan?" Ucap Hailana ragu, ia tahu pertanyaan nya begitu konyol didengar.

"Saya rasa hanya kamu saja yang keberatan," ucap Indrianti.

Mendengar itu hati Hailana sedikit terkesiap, kenapa ia bisa tahu?

"Apa kamu keberatan?" Tanya Indrianti.

Hailana mulai mencerna pertanyaannya sendiri, ingin rasanya ia merutuki kebodohannya itu.

Zaskia yang duduk didepan Hailana menoleh lalu sedikit melotot, ia memang tidak setuju sejak beberapa hari lalu Hailana berencana untuk mengundurkan diri, bukan karena apa-apa tapi lihat saja? Dia fikir segampang itu? Apalagi ini sudah melalui tes wawancara bersama guru pembina dan seluruh jajaran kepemimpinan OSIS. Belum lagi dengan pasangan Hailana, siapa yang akan menggantikan Hailana nanti? Lalu, ini juga sudah dipasang-pasangkan sebaik mungkin.

"Tidak kak, hanya saja saya merasa belum siap untuk ikut serta dalam kepemimpinan, saya merasa saya lebih nyaman menjadi anggota," jelas Hailana

"Jika kita mengejar kesiapan dan kenyamanan, tak tahu seperti apa," ucap Indrianti, "Kalian fikir saya dulu siap saat ditunjuk dan terpilih menjadi ketua seperti saat ini? Kalian fikir saya nyaman menjadi pemimpin seperti saat ini? Kalian enak duduk sedangkan saya berdiri seperti saat ini? Kalian mendengarkan sedangkan saya harus berbicara seperti saat ini?" Indrianti berbicara sambil mengedarkan pandangan pada seluruh anggota yang ada lalu berhenti di Hailana.

"Apa ada alasan selain kamu belum siap dan tak nyaman? Hailana." Tanya Indrianti pada Hailana yang kini terlihat lebih kaku dari sebelum ia mengajukan pertanyaan tadi.

"Tidak ada kak, itu saja, mungkin juga karena saya merasa masih banyak anggota yang lebih baik dari saya," ucap Hailana sebelum ia kembali menundukkan pandangannya.

"Saya rasa semuanya juga seperti itu, hanya saja mereka tak berani mengungkapkan apa yang baru saja kamu kemukakan, bagus."  Terdengar sedikit pujian dari Indrianti, mungkin ini yang membuat Hailana terpilih, selalu berani mengeluarkan ungkapan saat yang lain lebih memilih menjadi pendiam, di waktu yang tak tepat.

Hailana (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang