Orang Baru

24 3 12
                                    

Selesai upacara seluruh siswa kembali memasuki ruang kelasnya masing-masing.

Jam pelajaran pertama habis, kini memasuki jam kedua masih dengan pelajaran yang sama, Bahasa Indonesia.

Ketukan pintu ruang kelas 11 IPA 3 terdengar, membuat seluruh mata yang berada di dalam segera menuju ke sumber suara.

"Assalamualaikum" suara salam terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu kelas.

Serempak seluruh penghuni kelas menjawabnya, setelah itu muncul seorang wanita yang tak lain ibu Ela, wali kelas 11 IPA 3, ia sedikit berbincang terlebih dahulu bersama guru pengajar di kelas itu, lalu ia kembali keluar dan masuk lagi bersama dengan seorang siswa di belakanganya.

"Semuanya mohon perhatian, hari ini kelas kita akan bertambah anggota, ini ada teman baru kalian, ibu harap kalian bisa berteman dengan baik," ujar Ela, "Silakan kamu perkenalkan diri," titahnya pada siswa yang kini berdiri di samping kanannya.

"Ehm--, perkenalkan nama saya Rafa Nurachman, saya pindahan dari Jakarta," ujarnya berkenalan.

"Kenapa pindah kesini?" Celetuk seorang siswa di pojokan.

"Orang tua saya memutuskan untuk pindah kota, jadi saya juga harus pindah sekolah."

"Kenapa sekolahnya disini, kan banyak juga sekolah yang lain?" Timpal seorang pria berambut keriting.

"Mungkin karena ini sekolah yang paling dekat dengan rumah,"

"Jenis kelamin?" Entah siapa yang menyuarakan itu, yang jelas sekarang dua guru di depan sana tengah menatap tajam pada pelaku yang memberi pertanyaan itu.

"Sudah-sudah, pertanyaan lainya bisa ditanyakan nanti saja," ucap Ela, "Rafa, sekarang kamu boleh duduk di belakang dua perempuan itu, sedangkan yang ditunjuk malah jadi grogi karena sesaat pandangan orang-orang di sekelilingnya tengah menatap ke arah mereka berdua.

"Yasudah, mungkin itu saja dari ibu, terima kasih atas perhatiannya," ujar Ela lalu keluar setelah mengucapkan terima kasih dan berpamitan pada pak Agus, guru yang tengah mengajar.

Rafa berjalan menuju tempat duduk yang tadi diintruksikan, matanya tak sengaja bertemu dengan tatapan Zaskia, lalu ia tersenyum tipis sebelum benar-benar menghampiri kursinya lalu duduk.

Tangan Zaskia menyikut sengaja tangan Hailana, Hailana yang kesakitan menoleh dengan tatapan sinis, "Rafa senyum sama aku, Lan," seru Zaskia namun begitu pelan, nyaris tak terdengar.

"Apa sih, senyum doang juga,"

"Hih, senyum dia tuh spesial Lan, beda dari cowok manapun," ucap Zaskia penuh antusias, jika saja tak ada guru disana, pasti teriakan khasnya sudah keluar dari tadi.

"Gak, usah, le-bay," eja Hailana kesal, Heran dengan teman sebangkunya yang masih sempat-sempatnya membahas senyuman di tengah jam pembelajaran berlangsung.

******

Ramai

Keadaan kantin sedang cukup penuh, untung saja Zaskia cukup gesit mencari tempat duduk yang kosong, jika tidak ia harus membawa makanannya menuju kelas dan memakannya di sana.

"Lan, mau apa?" Tanya Zaskia.

"Aku pesan sendiri deh," ucap Hailana lalu berdiri dan hendak berjalan menuju penjual.

"Duduk aja Lan, biar aku yang pesan,"

"Biasanya juga ogah-ogahan, kenapa?" Tanya Hailana menyelidik.

"Eh, kalo kita berdua kesana, nanti yang ada meja sama tempat duduk ini ada yang ngambil, mau duduk dimana?" Tanya Zaskia. "Udah, mending neng Hailana duduk manis aja disini, mau jajan apa?" Lanjutnya.

Hailana (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang