"Maaf, aku tadi sedikit mendengar pembicaraan kalian,"
Suara seseorang mengejutkan Afdi yang tengah menenggelamkan kepalanya diatas tangan, ia mendongak, memastikan siapa yang datang.
"Rossi?" Afdi yang merasa terpergok karena sedang murung merasa kikuk, "Ngapain disini?" Tanya Afdi penasaran.
Rossi hanya menampakkan senyum miris, ia merasa tak enak karena sudah menguping.
"Mau beli minum, tapi sudah tutup," ucap Rossi menjelaskan.
"Maksud gue, Lo ngapain masih di sekolah?" Tanya Afdi memperjelas.
"Tadi sudah latihan buat pemilihan nanti,"
Afdi hanya ber-oh-ria, ia tak tertarik untuk melanjutkan pembicaraannya dengan Rossi, mood nya sedang tak baik hari ini, bukan hari ini, tepatnya setelah ia selesai berbicara dengan Hailana.
Ia mulai menenteng tas sekolahnya lalu berdiri, "Gue duluan ya," ucap Afdi yang hendak beranjak namun tertahan saat Rossi kembali memanggilnya.
"Kenapa?"
"Sekali lagi aku minta maaf, aku gak ada maksud buat nguping pembicaraan kak Afdi sama kak Hailana tadi," ucap Rossi sedikit menundukkan pandangannya.
Afdi masih menatap Rossi datar, "Lo dengar bagian mana?" Tanya Afdi, entah apa maksudnya, ia hanya ingin tahu apa saja yang sudah didengar oleh adik kelasnya ini.
"Waktu kak Hailana udah mau pergi tapi kak Afdi nahan dia, dari sana," ucap Rossi ragu, ia takut kakak kelasnya ini marah karena sudah berani-beraninya menguping pembicaraan yang memang ini sangat pribadi.
Afdi tersenyum miris, ia tahu Rossi pasti mendengar saat ia mencoba memastikan perasaan Hailana padanya, namun jawaban Hailana cukup memukulnya.
"Gak usah minta maaf, gak sengaja bukan?" Ucap Afdi lalu setelahnya pergi keluar kantin meninggalkan Rossi disana.
Rossi masih berdiri di tempat, menatap kepergian Afdi dari hadapannya, perasaan bersalah masih menyelimuti hatinya. Ah, seandainya tadi ia memilih menerima ajakan Heisan untuk membeli minum diluar, tapi ia justru menolaknya dan lebih memilih untuk pergi ke kantin.
Bukankah tak ada gunanya menyesali perbuatan yang telah terjadi?
***
"Eh, itu Hailana bukan?" Rafa bertanya pada Zaskia yang kini sudah menoleh mengikuti arah pandang Rafa diluar sana.
"Iya," Zaskia mengangguk, sekilas Zaskia melihat Hailana yang mengenakan helm dibonceng seorang pria yang tak lain adalah sepupunya sendiri, Heisan.
"Cowok itu, siapa?" Tanya Rafa lagi karena memang dia belum pernah melihat Hailana dibonceng siapapun, apalagi dengan pria berhelm full face.
"Heisan,"
"Heisan kelas?" Tanya Rafa memastikan.
"Iyalah, emang Heisan mana lagi,"
Di depan sana Rafa manggut-manggut, "mereka sering pulang bareng?" Lagi-lagi Rafa bertanya.
"Ya gitu," jawab Zaskia mengendikkan bahu.
"Mereka, pac--,"
"Enggak, mereka gak pacaran, pasti Lo mau nanya itu kan?" Ucap Zaskia memotong.
Rafa mengangguk cepat sambil menyunggingkan senyumnya yang menurut Zaskia itu 'keren'.
