Suara nyaring dari alarm membangunkan Hailana dari tidurnya, ia terkesiap langsung ke posisi duduk begitu semangat, menyambar ponselnya yang sedang di charger, setelah berhasil dicabut dari kabel data, jarinya langsung me non aktifkan alarmnya. Mengaktifkan data seluler, itulah yang pertama Hailana lakukan kemudian membuka aplikasi WhatsApp dan mulai ada pesan-pesan yang berdatangan, agak sedikit macet karena kebanyakan dari grup yang banyak berkoar, bilah status pun sama, banyak teman-teman kontaknya yang menambahkan status.
Hailana tak berani membuka status satu persatu, ia sudah tau jelas apa status yang kebanyakan dari mereka yang di kirim, Tik-tok, ah Hailana sungguh sangat suka pada Kreativitas teman-temannya, tapi ada juga yang Hailana tidak suka dari sebagian, misalnya yang memakai suara hantu atau soundtrack di film-film hantu, lengser wengi contohnya, di awal video mereka datar-datar saja, tapi pas diakhir video selalu ada yang memunculkan sosok yang menyeramkan dari wajah mereka. Hailana tak begitu suka dengan kehadiran hantu di ponselnya itu, memangnya siapa yang akan suka? Jangankan sosok hantu, mendengar suara musik yang menyeramkan saja Hailana sudah dibuat merinding, entahlah Hailana benar-benar penakut, jadi tak heran jika teman-temannya selalu mengirimkan pesan berupa voice note atau berupa GIF yang menyeramkan, dan itu membuat Hailana enggan untuk bergabung di grup jika memang tidak ada informasi yang benar-benar penting, teman-teman yang jahil.
Kembali pada menu pesan, jari-jarinya mulai mencari pesan dari seseorang yang dari semalam ia tunggu, masih tak ada, bahkan terakhir dilihatnya pun kemarin sore saat mengirim pesan pada Hailana.
Hailana tambah kesal saja, tak biasanya si misterius belum mengirimnya pesan, dari semalam, disatu sisi Hailana bingung kemana dia dan sedang dalam keadaan seperti apa, disisi lain sebenarnya siapa yang sedang ia khawatirkan.
"Lan, sini," terdengar suara Ihat setengah berteriak namun seperti sedang menahan sesuatu karena teriakannya yang tak lepas.
Hailana yang mendengar itu langsung turun dari ranjang dan berlari menemui sang empunya.
******
"Kia, gimana si Heisan di sekolah?" Tanya Wati yang tak lain ibunya Heisan ditengah-tengah sarapan pagi.
Sebelum menjawab pertanyaan, Zaskia melirik Heisan sekilas yang berada di seberangnya lalu tersenyum licik.
"Ya gitu Tan, lagi bucin-bucinnya," ujar Zaskia yang membuat Heisan melotot ke arahnya.
"Bucin? Apa itu?" Tanya seorang pria yang duduk di samping Heisan.
"Itu loh Om, budak cinta, yang lagi kasmaran banget sama cewe." Ucap Zaskia asal.
"Apaan, salah, pengertiannya gak gitu," sergah Heisan.
"Ya artinya bucin lagi cinta-cintaan kan? Sama aja kali," balas Zaskia tak mau kalah.
"Maksudnya gimana si?"
"Ih, Om Herman ternyata gak pandai ya dalam urusan percintaan, iya gak Bun?" Cibir Zaskia yang meminta persetujuan Uus.
Uus yang diminta persetujuan hanya mengangguk lalu terkekeh pelan.
"Jadi gini Om, Heisan di sekolah lagi suka sama cewe, pokoknya kalau Heisan tahun ini gak masuk 5 besar, marahin dia om, pasti gara-gara cewe tuh Om," cerocos Zaskia yang langsung dapat pelototan dari Heisan.
Wati dan Herman yang duduk di samping kanan dan kiri Heisan langsung menatapnya meminta persetujuan, telak, Heisan harus menjelaskan apa, dan, siapa yang dimaksud Zaskia bahwa ia sedang menyukai seseorang?