|•••|
Ternyata begitu banyak berkas yang harus Seojin tanda tangani dan itu membuat nya pulang sedikit terlambat. Pukul 8 malam tepat, Seojin baru saja selesai bekerja. Dirinya segera pergi keparkiran untuk mencari mobilnya.
Namun tiba-tiba ada tangan seseorang yang menahan nya untuk berjalan. Seojin menoleh dan ternyata Jennie pelakunya.
"J j j jen--mphhh" seketika Jennie membekapnya hingga Seojin pingsan, Setelah pingsan, gadis itu diseret oleh Jennie menuju gedung tua yang begitu gelap.
Jennie menduduki Seojin diatas kursi lalu mengikat tubuhnya dengan tali. Jennie pun menyalakan lilin agar tempat itu tidak begitu gelap dan Jennie masih bisa melihat wajah Seojin.
Jennie memainkan korek api yang ia pegang sambil menunggu Seojin tersadar dari pingsannya.
"Eunghhhh.." tak berapa lama gadis bernama Seojin pun menggeliat karna sudah sadarkan diri.
"Oh sudah sadar ya" ucap Jennie
"Dimana aku?!" Teriak Seojin lantang dan Jennie langsung tertawa puas mendengar pertanyaan itu
"Ga akan ada seseorang yang dapat menemukan kita disini. Hahaha"
"Jen plis, kenapa harus kamu sih?! Kenapa harus kamu yang membunuh keluarga aku dan menyandra aku kaya gini. Dulu kamu ga kaya gini, kita begitu dekat saat kecil"
"Dekat ya? Begitu? DAN BEGITU KITA SEMAKIN DEKAT MAKA LO JUGA SEMAKIN MENGHANCURKAN GUE! apa Lo tau apa yang orang-orang katakan ketika gue berjalan beriringan sama Lo dulu?"
"Aku ga tau, memang mereka mengatakan apa?"
"Mereka bilang bahwa gadis pembunuh dan miskin kaya gue ini ga cocok berteman dan bersepupu sama cewek baik dan kaya raya seperti Lo itu! GUE GA BISA MENTOLERIR ITU BODOH!"
"Tapi kenapa kamu ga bilang kalau kamu diomong seperti itu?"
"Percuma juga gue bilang! Lo ga akan peduli! Lo cuma mau cari muka orang-orang disekitar Lo dengan memanfaatkan gue yang buruk dan miskin. KETERLALUAN LO ITU TAU GA!"
"Jen aku ga pernah berniat buat cari muka. Mereka yang Mandang kalau aku bisa melakukan segala hal. Aku ga pernah berniat buat cari muka tapi mereka yang menganggap gue lebih dari kamu"
"Oh jadi Lo Sekarang mau Sombong karna Lo lebih dari gue?! Iya!"
"Bukan begitu maksud aku"
"UDAHLAH! sekarang akan gue hubungi seseorang" ucap Jennie lalu mengambil handphone Seojin yang berada didalam tas milik Seojin. Seojin membulatkan mata begitu Jennie berhasil membuka password layar kunci handphone milik Seojin.
"Bodoh. Password itu masih aja Lo pake" ucap Jennie sambil menyecroll kontak pada layar handphone milik Seojin.
Setelah membaca nama-nama dikontak Seojin, akhirnya Jennie memutuskan menelfon sama satu nomor pada kontak handphone milik Seojin.
"Halo Seojin. Ada apa?"
Seojin melotot mendengar suara yang muncul dari Handphone nya itu, itu suara Taehyung. Seojin langsung menggeleng pada Jennie untuk mengodenya agar berhenti menghubungi Taehyung.
"Akh!" Namun sayangnya Jennie langsung menjambak rambut Seojin hingga Seojin memekik kencang.
"Seojin?! Seojin apa yang terjadi?! Kamu dimana?!"
"Ngomong cepet!" Bisik Jennie pada Seojin, Seojin hampir menangis saat Jennie tadi menjambak rambutnya begitu kencang.
"Taehyung, gue--"
Tut!
Seketika sambungan telepon itu dimatikan oleh Jennie. Seojin langsung terkejut, ia belum memberitahu Taehyung apapun.
"Oups sorry ya, kepencet nih" ucap Jennie
"Kamu jahat Jen!"
"Memang! Terus kenapa?! Hah?! Masalah buat Lo?!"
Lalu setelah itu Jennie melempar handphone Seojin sembarang hingga terdengar bahwa handphone milik Seojin itu pecah berantakan, mungkin.
Tak lama setelah itu Jennie menarik sebuah troller meja yang diatasnya terdapat berbagai benda untuk membunuh.
"Jadi, Lo mau dibunuh pake apa? Pisau? Pistol? Belati? Katana? Pedang? Kapak? Oh atau sianida?" Tanya Jennie sambil menunjukkan satu-persatu alat yang ada diatas meja troller tersebut.
"Jangan lakukan itu Jennie, aku mohon"
"Unchhhhh sepupu gue terlihat begitu lemah. Tapi gapapa, gue jadi semakin semangat untuk mencincang daging lo"
"Jen gue mohon sekali lagi, jangan lakukan itu"
"Pilih alat mana yang boleh gue gunakan untuk membunuh Lo"
"Engga"
"PILIHLAH SEOJIN!"
"ga akan! Aku lebih suka kamu memukul kepala aku pakai boneka Barbie punyamu"
"JANGAN MENGUNGKIT MASA LALU!"
Wus!
crat!
|•••|