|•••|
Seojin berhasil menusukan pisau kecil itu pada paha Jennie, kini paha itu langsung berlumuran darah, Jennie pun sekejap langsung terjatuh ke lantai.
"A a apa yang terjadi?! Kenapa badan gue ga bisa digerakin?!" Teriak Jennie lantang pada Seojin, Seojin pun mengambil pisau itu kembali lalu memasukkan nya kembali kedalam sakunya.
"Tunggu disini, aku akan panggil polisi untukmu Jennie" ucap Seojin lalu segera menuju mejanya untuk menelfon polisi.
Seojin menekan nomor polisinya lalu tersambung lah Seojin pada polisi setempat.
"Halo pak"
"Selamat siang nona, ada yang bisa kami bantu?"
"Ah iya dikantor saya ada--"
Eh? Kemana Jennie?! Sial! Dia berhasil kabur!. Batin Seojin sambil melihat sekeliling dan tidak menemukan keberadaan Jennie, dilain sisi ternyata Jennie bersembunyi didalam lemari kosong yang berada diruangan tersebut.
Meski Jennie bilang bahwa tubuhnya tidak bisa digerakkan, tangannya masih bisa ia gerakkan. Hanya kakinya saja yang terasa lumpuh, tentu karna pisau itu tertusuk pada paha Jennie bukan pada tangannya.
"Tidak jadi pak" ucap Seojin kemudian karna tidak menemukan Jennie di dalam ruangan. Seojin dibuat bingung karena nya.
Segera Seojin kabur dari ruangannya menuju cafetaria. Kaki Seojin tidak pernah berhenti mengayun sebelum sampai di cafetaria. Sesampainya Seojin di cafetaria, ia segera mengambil makan siangnya lalu mengambil tempat duduk dibagian pojok.
Tanpa basa-basi, ba-bi-bu ataupun aba-aba, Seojin langsung melahap makan siangnya segera, tak lupa melihat kanan kiri nya, takut-takut ada Jennie yang tiba-tiba muncul lalu langsung membunuh nya ditempat.
"Permisi nona, boleh saya duduk disini" laki-laki didepan Seojin meminta izin untuk ikut makan siang semeja dengannya, dan Seojin mengiyakan itu.
"Senang bisa semeja dengan nona" ucap laki-laki itu lagi
"Iya iya, cepat makanlah makanan mu" ucap Seojin padanya
"Apa nona sedang terburu-buru? Jam makan siang masih lama nona, anda bahkan baru Sampai disini"
"Bagaimana kamu tahu?"
"Saya memperhatikan nona:)"
"Oh begitu.. Choi Yeonjun"
"Iya nona, anda tahu nama saya?"
"Saya barusan baca nametag kamu jadi saya tahu"
"Ah saya kira benar-benar mengenal saya😅"
"Kamu terlalu geer jika saya benar-benar mengenal kamu. Saya saja baru masuk kekantor hari ini, tidak mungkin saya langsung hafal seluruh karyawan saya"
"Betul juga, nona ini pintar"
"Jika tidak pintar, saya tidak akan menjadi Nona Presdir disini"
":)"
•••
Seokjin segera pergi kekantor untuk menemui Seojin, ketika mendapat kabar jika Seojin didatangi Jennie lagi maka sebagai kakak, Seokjin segera menemui adiknya karna khawatir padanya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Seokjin begitu sampai diruangan Seojin yang ada dilantai paling atas.
"Jennie, dia kembali kesini. Dia mencekik ku namun gagal karena aku menusukkan pisau kecil yang waktu itu kak Yoongi kasih, begitu aku tusukkan pisau itu pada pahanya, dia langsung lemah dan jatuh. Disaat itu lah aku mencoba menghubungi polisi, namun sayang Jennie berhasil kabur. Entah kemana dia pergi" jelas Seojin
"Kamu bilang dia lumpuh bukan?"
"Iya"
"Dan dia tidak mungkin pergi jauh dari ruangan ini"
"Maksud kakak?"
"Ruangan ini hanya bisa dibuka menggunakan sidik jarimu, Jennie tidak mungkin bisa keluar dari sini tanpa sidik jarimu"
"Tapi dia bisa masuk begitu saja keruanganku, maka dia pun bisa keluar begitu saja dari ruangan ku"
"Tidak, ketika ingin keluar ruangan ini maka orang yang ingin keluar itu butuh suara mu untuk menyetujuinya"
"Jadi? Apa dia masih disini?"
"Iya, berhati-hati lah dan pasang matamu. Seperti nya seseorang mendengar pembicaraan kita ini"
Dug!
Bunyi benturan pada lemari kosong yang ada didalam ruangan Seojin seketika membuat Seokjin menatapnya tajam.
"Mundur Seojin" Seokjin pun melangkahkan kakinya maju untuk membuka lemari itu.
Langkah demi langkah Seokjin jalani secara hati-hati untuk sampai didepan lemari. Ketika Seokjin sudah berada didepan lemari itu, Seokjin bersiap-siap membuka lemarinya.
Brak!
|•••|