5. Lana Yang Malang

5.1K 522 39
                                    

Lana menunduk mendengar kata-kata ibunya. Hati kecilnya tetap menolak perjodohan itu.

"Lana."

Hamdhani menyapa puterinya dengan suara lembut.

"Apa alasanmu tidak menerima lamaran ibu Anisa?"

"Lana tidak mengenal Ivan Baratama, Pa."

"Mama mu bilang kalian akan saling dikenalkan. Hari Sabtu ibu Anisa dan Ivan akan datang ke sini."

Lana terdiam, tidak tahu harus bicara apalagi.

"Ivan sudah setuju dengan perjodohan ini. Anisa bilang Ivan begitu semangat ingin bertemu denganmu," ujar Cecilia.

"Lana tidak mau, Ma. Ya Tuhan, jangan paksa Lana, Ma."

"Apa maumu sebenarnya, Lana? Kau gadis yang tidak bersyukur!"kecam Cecilia gusar.

"Lia."

Hamdhani menegur isterinya, memberi peringatan dengan sorot matanya tapi Cecilia seakan tidak perduli.

"Alasanmu menolak lamaran itu tidak bisa mama terima. Ivan pria yang mapan, keluarga kaya, keluarga terhormat. Banyak gadis yang menginginkan menjadi bagian dari keluarga Baratama, menjadi isteri Ivan. Tapi kau... kau sudah dilamar langsung secara baik-baik malah dengan sombong menolak...."

Kalimat Cecilia terputus, wajahnya merah padam, nafasnya terengah. Lana dan Hamdhani tersentak, keduanya memegang lengan Cecilia.

"Ma?"teriak Lana cemas.

"Lia?"

Cecilia seakan tidak punya kekuatan untuk menjawab, Ia merintih kesakitan dan seketika tak sadarkan diri.

"Mama!"teriak Lana panik. 

"Ken!"teriak Hamdhani memanggil puteranya.

"Ken!"teriak Lana berlari ke kamar adiknya.  Pemuda berusia dua puluh tahun itu menoleh heran, mematikan headset bluetoothnya.

  Pemuda berusia dua puluh tahun itu menoleh heran, mematikan headset bluetoothnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama pingsan, cepat bantu papa,"ujar Lana nyaris histeris. 

Ken berlari keluar melihat ibunya terbaring di sofa.

"Ma!"teriaknya.

"Bantu papa angkat mama ke mobil, kita ke rumah sakit."

Lana menangis dalam diam melihat Ken mengangkat ibu mereka ke mobil. Ketiganya membawa Cecilia ke rumah sakit. Hamdhani menyetir mobil dengan kecepatan tinggi, tidak ada seorangpun yang bicara, sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam dengan perasaan tegang.

Lana dihantui perasaan bersalah, Ia tahu ibunya tidak bisa berada dalam kondisi tertekan, tidak bisa memiliki emosi yang berlebihan, apalagi marah dan sedih. Sejak tiga tahun yang lalu ibunya mengalami serangan jantung yang cukup parah dan sangat tergantung dengan obat-obatan. Lana tidak ingin menjadi anak durhaka. Tapi betapa sulit menerima keinginan mama tentang perjodohan ini. Apakah aku punya pilihan lain? Ya Tuhan, tolonglah, batin hati Lana yang begitu muram.

Fallin In 2UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang