Fallin In 2U

18. Siasat Licik Joana

Jefri Lambe, manajernya, kemarin siang membisikkan beberapa kata yang membuat Joana terbangun dari mimpi indahnya.

"Dia Rainhart Baratama, kakak tiri Ivan. Selama ini dia menetap di California. Sebenarnya dia lah Sang Pewaris Gavin Baratama. Dia yang memiliki semua kekayaan dan kekuasaan. Sedangkan Ivan, ibunya dan adiknya bisa hidup mewah seperti saat ini hanya karena belas kasihan Rain."

Joana mengepalkan tangan hingga memutih, nafasnya sesak menyadari satu hal kalau Ia telah salah tangkap. Salah besar, benar-benar salah!

"Ivan menelponku tadi sore dan mengatakan kalau Rain tidak menyetujui adanya program promosi di Spring Holliday dan hotel lain yang dimiliki Ivan, sehingga rencanaku terancam gagal total."

"Ivan pemilik hotel, mengapa kakaknya bisa mengatur sampai sejauh itu?"

Joana mendengus gusar.

"Ivan tidak berkutik. Rain memiliki kekuasaan yang sangat besar. Jefri mengatakan padaku kalau dia adalah pewaris utama yang menguasai semua harta Baratama dan dia juga yang selama ini mengatur kehidupan Ivan dan keluarganya. Sepertinya pernikahan Ivan dengan wanita kampungan itu juga atas perintah Rain. Ivan sama sekali tidak berani menentangnya."

"Brengsek!"

"Selama ini Ivan tidak pernah membicarakan Rainhart. Aku pikir Ivan akan menerima warisan dari Anisa Baratama, rupanya aku salah."

Nate menatap Joana tajam.

"Dan kau menjadi sangat bergairah pada pria penguasa itu?"tuduhnya.

Joana memucat, gugup.

"Aku..aku..."

"Oh My God.! Kau bermain hati, Jo!"geram Nate marah.

Nate sangat mengenal Joana. Mereka telah bersahabat sejak tiga tahun yang lalu, sama-sama mengawali karir dari dunia modelling dan berlanjut ke ranjang yang panas tanpa komitmen, just fun. Joana memiliki libido yang tinggi, sex adalah kebutuhan primernya setiap hari, seperti layaknya makanan.

Dia juga gadis yang sangat berambisi dan materialistis. Hidupnya semata-mata hanya ingin mengejar kemewahan dan akan melakukan segala cara untuk mendapatkan semua itu.  Puncak ambisinya ketika bertemu Ivan Baratama. Nate pikir Joana akan berhenti setelah mendapatkan Ivan, tapi sepertinya dugaannya salah.

"Aku marah karena Ivan mengabaikanku sejak kemarin siang. Kami bahkan belum bertemu hari ini alasannya Ia harus menjaga ibunya di rumah sakit. Aku tidak suka dinomorduakan. Ditambah lagi rencana untuk program promosi itu gagal total!"

Joana melempar bantal di pangkuannya dengan kesal.

"Kau bohong, Jo."

"Apanya?"

"Kau marah bukan karena Ivan tapi karena kau bergairah setelah bertemu Rain, kau mulai terobsesi padanya sama seperti saat kau mengenal Ivan dulu. Bedanya sekarang Rain sepertinya tidak menoleh padamu,"tukas Nate dengan kata-kata yang begitu telak.

"Sialan!"teriak Joana memukul dada bidang Nate membabi buta. Keduanya bergulingan tanpa busana di atas ranjang kusut, lembab dan beraroma gairah.

Nate mencekal tangan Joana, menindih tubuh wanita itu, menekan pinggulnya dan dalam satu kali hentakan kejantanannya melesak masuk ke celah intim tubuh Joana yang licin berdenyut. Keduanya meraung keras merasakan sensasi nikmat luarbiasa yang menggetarkan sekujur tubuh.

"Lebih cepat, brengsek!"bentak Joana dengan nafas berpacu, Pinggulnya bergoyang seirama gerakan Nate di atas tubuhnya. Suara benturan tubuh keduanya terdengar keras dan mesum. Nate mempercepat temponya, memberikan apa yang diinginkan Joana, kali ini lebih kasar dibandingkan tiga ronde sebelumnya.