6 - Pertemuan Keluarga

5.3K 529 25
                                    

Rumah Hamdhani Himawan
Pukul 19.30 WIB

Suasana malam itu terlihat santai dan akrab. Anisa dan Ivan menikmati makan malam yang disajikan keluarga Hamdhani dengan lahap. Lana sama sekali tidak menyangka kalau ibu Anisa dan puteranya bersedia makan malam di rumah mereka yang serba sederhana, bagaimana bisa keluarga konglomerat kaya raya itu tanpa sungkan memakan masakan yang terhidang di atas meja.

Keduanya terlihat bersahaja dan mencoba berbaur dengan keluarga Lana, meskipun tetap saja Anisa dan Ivan terlihat jauh berbeda dari pakaian yang mereka kenakan dan mobil mewah yang saat ini parkir di jalan kompleks rumah Lana yang sempit. Lana yakin mobil hitam berkilau itu lebih mahal dibandingkan harga rumah yang ditempati Lana sekeluarga.

Diam-diam Lana mengamati Ivan Baratama. Saat berkenalan tadi Ia juga tidak menyangka kalau Ivan terlihat sangat ramah dan sopan. Ivan bukan pria sombong seperti kebanyakan pria kaya pada umumnya. Ivan juga tampan, sexy, tinggi atletis, terlihat begitu jantan dengan sepasang mata yang bersinar ramah dan rambut hitam yang tebal.

Lana belum pernah bertemu pria sesempurna Ivan, bahkan Bram yang dulu sangat dipujanya tidak segagah pria itu. Tapi Ia tidak merasakan debar jantung yang istimewa saat mereka bertatapan. Ia tidak merasa getaran hati atau perasaan yang berbunga-bunga. Ia hanya mengakui kalau Ivan tampan, hanya itu.

Tapi sepertinya, ibunya telah jatuh hati pada Ivan, Lana bisa melihat itu. Cecilia terlihat begitu bersemangat dan bahagia meskipun kondisi wanita itu masih lemah setelah serangan jantung kecil yang terjadi padanya karena pertengkaran dengan Lana beberapa hari lalu.

"Biarkan saja, Lana. Biar Ken yang bersihkan. Temani saja Ivan duduk di luar,"ujar Cecilia menegur Lana yang mengangkat piring ke pantry.

"Kali ini biar aku yang bereskan, mbak,"sela Ken sambil mengedipkan mata pada kakaknya. Lana melotot dengan wajah merona. Cecilia dan Anisa saling tersenyum dan melempar pandang.

"Temani Ivan di ruang tamu, Nak. Kalian bisa ngobrol dan saling mengenal lebih dekat,"ujar Anisa.

"Ya, Ma."

Lana mengangguk lalu melangkah ke ruang tamu, berusaha tersenyum saat matanya bertemu dengan mata Ivan yang menatapnya tajam.

"Masakanmu tadi enak, Lana,"puji Ivan, menilai dengan cermat gadis cantik dihadapannya. Well, Ilana Larasati Pratiwi memang sangat cantik, Ivan tidak meragukan itu, tapi bukan seleranya. Terlalu sederhana, terlalu polos, sehingga terkesan kaku dan sedikit kampungan. Ivan tidak pernah tertarik pada gadis yang kaku, tidak akan cocok mendampinginya, tidak akan bisa menjadi isteri pengusaha muda dan yang jelas tidak akan bisa mengimbangi gairahnya di ranjang.

"Terima kasih, aku tidak menyangka kau dan ibu Anisa menyukainya."

Ivan tertawa lirih, menatap Lana lembut. Ia harus membuat gadis itu percaya kalau Ia tertarik, kalau Ia bersedia menerima perjodohan ini dan membujuk Lana agar menerima juga. Tentu saja Ilana akan menerima lamaran Ivan Baratama, siapa yang tidak mau? batin Ivan.

"Aku menyukai masakan rumahan. Aku ingin punya isteri yang pintar memasak."

Lana menahan senyum.

"Kau ingin seorang isteri atau tukang masak?"

Ivan tertegun, melihat Lana yang sedang berusaha menahan senyum. Well, I got you, woman! Sepertinya Lana mulai masuk perangkapnya.

Ivan membandingkan Ilana dan Joana, dan tersenyum sinis dalam hati, benar-benar bagai langit dan bumi. Bagaimana mungkin Ilana menggantikan posisi Joana di hatinya. Bahkan gadis itu sama sekali tidak membuatnya bergairah.

"Tentu saja aku ingin keduanya menjadi satu paket lengkap,"katanya sambil tertawa.

"Paket lengkap?"

Fallin In 2UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang