3 - Awal Kegelisahan (2)

5.2K 618 40
                                    

Ivan menghela nafas, menahan diri untuk tidak berteriak, memaki dan membanting semua yang ada di hadapannya. Ia tidak bisa membayangkan reaksi Joana mendengar berita ini. Gadis pujaan hatinya itu akan marah, merajuk dan akan menolak jika disentuh. Dan Ivan tidak sanggup jika tidak menyentuh tubuh kekasihnya yang menggiurkan. Dia tergila-gila pada Joana Masayu hingga rasanya ingin mati jika dalam sehari tidak bertemu gadis itu, jika dalam sehari tidak bercinta dengannya.

Sekarang.....
Bagaimana caranyanya mengatakan ini pada Joana?

"Ivan?"

Ivan tersentak dari lamunannya, menatap mata ibunya yang masih terlihat berduka. Ibunya sakit parah sejak setahun yang lalu dan kondisinya semakin memburuk begitu cepat. Wajah cantik itu telah kehilangan cahaya karena penyakit mematikan yang dideritanya. Kini yang Ia lihat hanya wajah kurus dan pucat.

"Ivan?"panggil Anisa lagi.

"Ya, Ma."

"Kau mau ke kantor?"

"Ya. Mama tidak kemana-mana, kan?"

"Nanti siang ke rumah sakit."

"Ok, Ivan pergi dulu, Ma,"jawab Ivan sambil mencium kedua pipi Anisa lalu meninggalkan ruangan itu.

Anisa menghembuskan nafas, menatap punggung puteranya hingga menghilang dibalik pintu. Setidaknya Ia lega karena Ivan akhirnya bersedia menerima gadis pilihannya.

"Well, akhirnya Ivan mengalah?"

Sebuah suara serak membuat Anisa menoleh. Sandra melangkah mendekat dan duduk di depannya hanya mengenakan hot pants dan kaos dalam tipis berenda menempel bagai kulit kedua di tubuhnya yang indah. Anisa menghela nafas, satu lagi pekerjaan beratnya, puteri bungsunya yang bergaya hidup bebas dan semaunya. Ya Tuhan, Anisa benar-benar telah salah mendidik anak-anaknya selama ini.

"Kau tidak kuliah, Sandra?"

"Aku tidak ada mata kuliah lagi, Ma."

"Ok, kalau begitu kapan kuliahmu selesai?"

Sandra memutar bola matanya.

"Skripsiku tinggal sedikit lagi."

"Kau mengatakan itu sejak tiga bulan yang lalu."

Sandra menghentikan gerakannya yang sedang mengoles selai di atas roti.

"Ayolah, Ma. Bisakah kita tidak membicarakan itu sekali saja. Aku mau sarapan."

"Setidaknya selesaikan kuliahmu sebelum mama pergi meninggalkan kalian semua."

Sandra menghela nafas, mendadak perutnya mulas. Ia meletakkan roti, kehilangan selera. Menatap ibunya dengan tatapan sedih.

"Jangan katakan itu, please."

"Kalian tidak berubah menjadi lebih baik padahal kondisi mama sudah seperti ini. Rain bahkan jauh lebih memperdulikan mama, Dia menghormati dan menyayangi mama seperti ibu kandungnya sendiri."

"Ma!"

"Jangan membentak mama!"

Sandra kembali berdiri dengan gaya malas.

"Sandra!"

"Mama ingin aku menjadi gadis baik? Mama tahu apa yang kuinginkan, tapi mama sama sekali tidak mendukungku."

"Kita sudah membahas masalah ini berkali-kali, Sandra. Jawaban mama, tidak! Sekali lagi tidak!"

"Mama hanya belum mencoba membujuk Rain. Aku yakin dia pasti mau. Katakan padanya itu permintaan terakhir mama."

Fallin In 2UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang