20. RIP Anisa

5.3K 711 68
                                    

Lana membuka pintu besar yang terlihat kokoh dan megah dihadapannya. Jantungnya berdebar. Suasana di lantai itu sepi tapi Ia mendengar suara-suara aneh dari balik pintu yang tertutup. Suara itu terdengar makin keras saat Ia mendekat. Suara desahan dan rintihan pria dan wanita yang saling berkejaran di sela-sela irama benturan dua tubuh yang sedang melakukan aktifitas mesum.

"Yeah, babe. Ini nikmat, sangat nik..maat."

"Lagi, Van. Lebih cepat..ya..ya.. lagi..lagi..ooucch."

Lana terbelalak melihat pemandangan di depannya. Matanya berkunang-kunang, perutnya mual melihat Ivan tengah bergerak cepat memompa tubuhnya keluar masuk tubuh Joana yang terbaring telanjang di atas meja kerjanya yang besar.

Satu tangan Ivan meremas payudara Joana yang besar bulat seperti jeruk bali, tangan yang lain mencengkram pinggul wanita itu, menahan hentakannya yang cepat dan kasar bahkan meja kerja yang kokoh itu seakan tak mampu menahan gerakan tubuh keduanya yang terlihat begitu penuh nafsu.

Ia melihat Ivan menyeringai ke arahnya, Ia mendengar Joana tertawa binal mengejeknya.

Tidak....

Tidak mungkin....

Ya Tuhan, TIDAAAAAAKKKK.....

"Lana!"

Lana tersentak bangun dengan nafas sesak dan bermandi keringat. Ia bermimpi... mimpi yang sangat buruk dan menjijikkan, mimpi yang sama persis dengan kejadian nyata yang tadi sore Ia saksikan di kantor Ivan

"Lana..."

Tangis Lana pecah tak tertahankan.

"Lana, please don't cry."

Tubuh Lana menegang mendengar suara lembut di telinganya. Ia sadar sedang menangis di dada seseorang, dalam pelukan seseorang, di sebuah tempat tidur yang besar dan kamar yang indah...

Ya Tuhan, dimana ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya Tuhan, dimana ini?

Ia tersentak, melepaskan diri dan bergeser menjauh. Mendongak, menatap sosok pria yang duduk tak jauh darinya.

Rainhart Baratama?

"Lana, tenanglah."

"Jangan sentuh aku,"desis Lana panik, menghindari Rain yang ingin mendekat. Ia menatap sekeliling kamar, menatap pakaian yang dikenakannya. Ya Tuhan, Ia hanya mengenakan lingerie tipis berwarna nude, tanpa apapun dibaliknya. Lana menyambar selimut di kakinya, menutupi tubuhnya.

"Bunda Yoga yang mengganti bajumu."

Lana tak bergeming mendengar penjelasan Rain. Ia bergerak turun dari tempat tidur sambil mencekal selimut di dadanya. Mati-matian menahan airmata yang ingin keluar. Ia tidak ingin menangis di depan siapapun, terutama tidak di depan Rain. Hatinya benar-benar terasa kebas, dingin dan mati.

Fallin In 2UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang