03.

31.2K 1.2K 33
                                    

Sebuah mantel orangtua menutupi tubuh mungil Jimin yang hanya memakai kaos tipis.
Bibirnya terluka, begitu juga dengan pelipisnya.
Rambutnya sedikit acak-acakan, mungkin ada beberapa yang rontok karena di tarik terlalu kuat.

"Minum ini."

Jimin mendongak, menunjukan jejak airmata dan luka di wajahnya pada pria yang baru saja menyodorkannya minuman hangat, kopi cup.

"Kau siapa?"

"Kau yang memintaku datang, dan kau tidak tahu siapa aku?"

Jimin menggeleng, membuat pria yang sibuk membersihkan darah di lengannya sedikit terkejut. Dia tak menyangka, seseorang bisa melupakannya. Melupakan wajah tampan seorang, Min Yoongi.
Yoongi berhenti mendengus, kembali menatap Jimin yang terlihat menyedihkan dengan berjongkok di samping minimarket sembari memegang minuman.

"Siapa pria itu?"

"Minjae," gumam Jimin, menunduk memperhatikan lututnya yang berdarah.

"Pertama, kau harus membersihkan lukamu."

Jimin tidak menolak, ia bangkit dari jongkoknya di bantu oleh Yoongi.
Kemudian berjalan tertatih untuk masuk ke dalam mobil, yang akhirnya di bantu oleh sang pemilik mobil.

Sembari mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, Yoongi kembali memperhatikan beberapa luka di wajahnya melalui kaca spion yang berada tepat di atas kepalanya.
Yoongi benar-benar hampir tertidur tadi, sebuah panggilan dari kontak yang sudah lama tidak ia hubungi membuat ia kehilangan kantuknya.
Park Jimin, berteriak sembari menangis meminta pertolongan.
Lalu, yang ia temukan saat sampai di apartemen Jimin, pintu itu tidak terkunci dan gelap.
Dengan pemilik apartemen yang tengah menangis memohon ampun pada seseorang yang tengah berdiri di hadapannya.
Park Jimin, dengan pakaian yang terkoyak berlutut di hadapan Minjae.

"Apa tidak apa-ap jika ke rumahku?"

Jimin mengangguk, ia perlu perlindungan. Walaupun ia tak mengenal Yoongi, tapi setidaknya dia tak sejahat Minjae.

"Minum kopinya."

Jimin menggeleng, dia bilang bibirnya robek dan minum kopi panas hanya akan lebih menyakiti bibirnya.

"Minjae pacarmu?"

Jimin kembali menggeleng.

"Kau baik-baik saja?"

"Sakit~" Jimin akhirnya bersuara, hampir menangis.

----

Jungkook berjongkok di depan Taehyung yang tengah merasa menderita karena penisnya berdiri hanya dengan suara dan kalimat kotor dari Jimin.
Taehyung menunggu, membiarkan Jungkook bertindak sesuai yang ia mau.
Lagipula, Taehyung tidak begitu merasa sangat terangsang.

"Kau merasa canggung karena aku temanmu?"

Jungkook mendongak, dengan imutnya.

"Tidak, dulu kita pernah masturbasi bersama." Jungkook sangat polos, aib seperti itu harusnya dihapus dari ingatan.

"Kau lupa apa yang di ajarkan oleh Jimin?"

Jungkook mengangguk, kembali menunduk menatap gumpalan besar di selangkangan Taehyung yang terbungkus celana training.
Taehyung mulai mengantuk.

"Biar aku ajari, lebih detail." Taehyung kemudian mengambil tangan halus Jungkook, menempatkan telapak tangan itu pada penisnya.

Keduanya sama-sama membola, Taehyung yang terkejut oleh tangan Jungkook di penisnya  dan Jungkook yang terkejut dengan kerasnya penis Taehyung pada tangannya.
Lalu, detak jantung mereka berpacu dengan libido yang sepertinya sama-sama naik.

Slut's || Taekook x Yoonmin|| (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang