"Duh, rame banget sih, si Hanna dimana ya?" gerutu Vannia sambil mencari-cari sosok Hanna
"Coba lo telfon, tanya dia dimana?" kata Daffa mencoba menenangkan kekasihnya
"Udah dari tadi, tapi gak diangkat."
"Vannia! Daffa!" teriakan nyaring seseorang dari arah belakang mereka
"Hanna! Lo darimana aja? gue nungguin lo disini, katanya lo mau nunggu kita disini. Sorry ya gue kelamaan."
"Iya gak papa Van. Gue juga ditemenin Jason kok disini."
"Han, lo kenapa pindah ke Jerman sih? emang disini kenapa? lo udah bosen sama gue?"
"Iya gue bosen sama lo Van, lo terlalu bawel sih.."
"Apaansi Han, gue serius nih."
"Gak kenapa-napa kok, cuman gue pengen ngelanjutin kuliah gue disana aja, terus gue juga pengen tinggal bareng sama mama dan nenek gue juga."
"Yahh, Hannaaa, nanti gue ga ada temen curhat lagi dong."
"Kan ada Daffa, ya gak Daf?" kata Hanna sambil menaikan alisnya
"Ishh, lo beneran udah yakin Han?"
"Iya Vannia."
Diantara obrolan Vannia, Hanna dan Daffa yang terkadang ikut menimpali Jason hanya menatap Hanna dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Tidak ada satu patah kata yang keluar dari mulut Jason.
"Guys, gue harus ke pesawat sekarang kayanya. hmm, gue mau minta maaf ya sama kalian semua kalo gue suka ngerepotin kalian. Sering-sering kabarin gue ya"
"Iya Han. Tapi lo balik lagi kan kesini?" tanya Vannia sambil memeluk sahabatnya itu
"Insyaallah Van. Gue bakal balik lagi kok kesini. Gue bakal kangen sama kalian semua."
"Hati-hati ya Han, baik-baik lo disana." seru Daffa sambil mengacak-acak rambut Hanna
"Ck, iya iya. Lo juga jangan macem-macem sama Vannia, lo harus janji sama gue lo bakalan jagain Vania dan gak akan pernah bikin dia nangis. Bisa?"
"Siap!"
"Yaudah gue-"
"Han, Gue mau ngomong sama lo bentar."
"oh, ngomong apa?"
"Daf, Van gue mau ngomong sama Hanna berdua boleh kan?"
"Oh okey, gue kesana ya sama Daffa" kata Vannia
"Han, lo beneran yakin mau pergi?"
"E-engga kok, kenapa?"
Grep.
Jason menarik Hanna kedalam pelukannya. Berusaha menyalurkan apa yang dirasakannya, berharap Hanna juga merasakan apa yang dirasakan nya juga.
"Jason?" panggil Hanna
"Biarkan seperti ini sebentar." kata Jason sambil mempererat dekapannya
"Jason, a-aku. Maaf,"
Tanpa sadar, setetes air mata mengalir di kedua pipi Hanna.
"Sstt."
Jason pun melepaskan dekapannya. Ia merogoh sesuatu dari kantong jaket nya dan memberikannya pada Hanna.
"Apa ini?"
"Itu gantungan berbentuk Panda, aku mau kamu nyimpen itu. Bisa kan?"
"Baiklah. Eumm, Jason, aku harus berangkat sekarang. Sekali lagi maaf ya."
"Aku gak akan pernah maafin kamu Han. Hehehe yaudah sana, hati-hati ya. Hubungi aku kalau sudah sampai sana."
"Ishh, iya. Aku pergi ya" Hanna melambaikan tangannya dan kembali mengukir senyum manisnya
Jason hanya bisa menatap kepergian Hanna. Gadis yang hampir 1 tahun ini menghiasi hari-harinya. Teriakannya, gelak tawanya, candaannya, suaranya, wajahnya saat cemas, semua itu yang menghiasi haari-hari Jason belakangan ini. Namun hari ini Penghias hidupnya pergi, Jason akan kembali menjalankan hari-harinya yang seperti dulu seperti saat ia belum bertemu Hanna, mungkin.
See you in last chapter. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go
Teen Fiction"Aku membutuhkanmu. Aku membutuhkanmu untuk menjagaku. Aku membutuhkanmu untuk menenangkanku. Aku membutuhkanmu lebih dari apapun." -Hanna "Aku menyayangimu, aku mencintaimu. Apapun yang terjadi akan tetap begitu" -Jason Don't Go © 2014 Putrinabila_h