Chapter 7 - Pernyataan

1.8K 69 8
                                    

Pagi hari yang cerah. Sinar mentari perlahan masuk melalui jendela kamar-kamar dan burung bernyanyi membangunkan orang-orang untuk memulai hari.

Hanna membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan matanya untuk membiasakan cahaya yang masuk kedalam mata coklat miliknya. Setelah membuka matanya dengan sempurna,  Hanna berjalan menuju kamar mandi.

Selesai mandi dan berpakaian, Hanna membuat Sandwhich lalu ia masukan ke dalam kotak makan siangnya. Setelah itu ia berangkat menuju kampus nya. menggunakan bus, seperti biasa.

Hanna duduk di dekat jendela sambil menatap jalanan melalui jendela. Pikirannya melayang memutar kejadian dimana ia pertama kali bertemu dengan Jason. Sekian lama Hanna melamun hingga tidak menyadari seseorang telah duduk di samping hanna sambil menatap gadis itu dengan mata phoenix miliknya.

Hanna merasa risih. ia seperti sedang diawasi. lebih tepatnya ditatap. akhirnya hanna menoleh kesamping. dan benar saja. ada seorang laki-laki bermata phoenix dan berambut ikal duduk disampingnya dan menatapnya sambil mengeluarkan senyum khas miliknya.

"Ri. . Rian? sejak kapan kamu duduk disitu?" tanyaku

"sejak kamu menatap keluar jendela terus menerus."

"ck.. pantas aja aku ngerasa ada yang ngawasin."

"kamu pikir aku penjahat yang sedang mengincar mangsanya huh?"

"aku tidak bilang begitu. ngomong ngomong kok tumben naik bus? biasanya naik motor"

"gak papa, lagi males bawa motor aja"

Hanna membulatkan bibirnya sepeti berkata 'oh' dan setelah itu ia kembali menatap keluar jendela

"kamu udah lama kenal sama Jason?" tanya Rian

Hanna dengan terpaksa kembali memutar kepalanya menghadap Rian.

"baru beberapa hari. kenapa?"

"gak papa. apa dia orang baik?"

"kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanyaku heran

"aku hanya bertanya" kata Rian

"dia orang yang baik. dia yang menolongku waktu aku sakit waktu itu"

"oh.. baguslah"

setelah Rian selesai bicara. Bus yang mengantarku berhenti di halte kampus ku. Rian menggenggam tangan Hanna dan berjalan didepannya.

sampai di depan kelas Hanna melepas tangannya dari genggaman tangan Rian lalu berjalan mendahuluinya menuju kelas.

****

setelah pelajaran selesai. Jason berjalan dengan malas menuju tempat parkir mobil. Hari ini jason sangat tidak semangat.

'apa Hanna akan menerimanya?' Batin Jason

Jason menghentikan langkah kakinya. Dan berpikir sejenak. ia kembali melangkahkan kakinya menuju taman belakang kampus.

Jason melihat gadis yang akhir-akhir ini menghantui pikirannya sedang duduk dengan manis di bangku taman dan sesekali gadis itu menghentakan kaki indahnya di rerumputan.

Jason memilih bersembunyi di balik pohon yang tidak jauh dari tempat gadis itu duduk.

Tidak berapa lama Rian datang menghampiri gadis itu dengan senyum khas miliknya.

"loh. . Rian? kok kamu yang dateng?" tanya hanna bingung

'maaf Han, aku harus bohong. aku mau kamu bahagia' Batin Jason

"Han?" tanya Rian

"apa?"  jawab Hanna ketus sambil memalingkan wajahnya

"sebenernya aku bersekongkol dengan Jason. aku menyuruhnya agar mengajakmu kesini. aku ingin bicara denganmu"

"kita bisa bicara dikelas kan? kenapa harus ke taman segala?" tanya Hanna sambil menatap Rian dengan kesal

"gak bisa Han. aku mau bicara penting"

"ya sudah cepat.  aku ga punya banyak waktu"

"Han. . kita kan udah temenan dari SMP. kita juga udah saling kenal satu sama lain. kamu. . ."

"jangan bertele-tele" kata hanna

"tatap aku Han"

"apa?" kata hanna sambil menatap tajam mata phoenix Rian

"aku ga bermaksud ngehancurin pertemanan kita. aku cuman mau nyatain perasaan aku dari 5 tahun yang lalu"

Rian memejamkan matanya sejenak lalu kembali menatap hanna

"Hanna Raina, aku suka sama kamu dari 5 tahun yang lalu and i want you to be mine"

Jason memperhatikan Rian dan Hanna dari balik pohon.  Ia mendengar semua percakapan mereka. Hatinya seperti di hujam batu yang sangat besar.

Hanna diam membatu mendengar pernyataan Rian. sahabatnya dari SMP. ternyata memiliki perasaan sejauh ini terhadap dirinya.

"a-aku. . ."

belum selesai Hanna berbicara,  Rian sudah memotong perkataannya

"kamu gak harua jawab sekarang kok Han. kamu boleh berpikir dulu. kamu boleh jawab kapan aja kamu kalau kamu udah siap"

"Rian. . ."

"aku mohon tolong kamu pikirin baik-baik ya Han"

"baiklah. aku akan pikirkan dengan matang" kata Hanna

"makasih ya Han" kata rian dengan senyumannya yang mengembang

"ya" Jawab Hanna singkat

"aku pulang duluan ya Han. aku mau jemput mama ku di bandara. kamu gak papa kan pulang sendiri?"

"hmm. ." gumam hanna sambil menganggukan kepalanya

perlahan tubuh Rian pergi menjauh hingga hilang dari pandangannya.

Hanna menundukan kepalanya. Hati dan pikiran nya berkecamuk hebat. hingga air mata berhasil lolos dari mata indahnya. tubuhnya bergetar dan sesekali terdengar isakan.


.

.

.

.

Haiii. .  Gimana chapter 7 nya? di review yaa bagus atau jeleknya, Kalau bisa kasih kritik atau saran.

kalau suka sama ceritanya tolong kasih Vote kalian untuk cerita ini yaa ^^

Terima kasih buat yang udah mau nge-vote atau comment di Chapter sebelum nya :)
dont be silent reader!


See you in next Chapter . . .

Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang