Chapter 18

1.3K 37 0
                                    

'Mereka ... Gak mungkin. Aku pasti salah denger'

Hanna memberanikan dirinya untuk membalikan tubuhnya. Hanna memutar tubuhnya perlahan.

"Lihat wajahnya yang bodoh itu. Sudahlah, ayo kita pergi bersenang-senang." kata seorang perempuan berambut coklat disamping Rian

"Han," panggil Rian

"Maaf gue udah ganggu'Kegiatan' kalian. Gue cuman mau ambil buku gue doang, kalian boleh lanjutin kegiatan kalian lagi. Maaf menggangu"

"Nah, lo nyadar kalo lo tuh emang penganggu tau! pergi sana" kata perempuan itu

"Iya, gue pergi. Selamat  bersenang-senang--dengan pacar barumu" Hanna melirik Rian yang diam membatu

Hanna pergi meninggalkan kelasnya. Ia menutup pintu kelas itu dengan sedikit membantingnya. Air mata kembali mengalir melalui sudut matanya.

"Han, lo kenapa?" tanya Vania saat Hanna berjalan melewatinya

Hanna terus melangkahkan kakinya dan tidak memperdulikan pertanyaan Vania maupun Daffa.

Hanna berjalan melalui koridor kampus dan melewati lapangan basket. Saat melihat beberapa orang yang sedang bermain basket mengingatkan Hanna terhadap Rian. Air mata semakin mengalir di kedua pipinya.

"Ehhhh, awas" teriak salah satu orang yang sedang bermain basket

Hanna tersadar dari lamunannya. Namun terlambat, bola basket itu berhasil membentur kepala Hanna. Keseimbangan nya goyah, dan tiba-tiba pandangannya menjadi gelap.

"Eh, dia pingsan tuh. Bawa ke UKS" suara yang terakhir Hanna dengar sebelum kesadarannya hilang

15 menit berlalu. Hanna belum siuman dari pingsannya.

"Arghhh ... Kepalaku" Hanna memegangi kepalanya yang masih sedikit sakit

"Eh, lo udah sadar? masih sakit ya? sorry ya,"

"Lo siapa? kok gue bisa di UKS ini?"

"Lo gak amnesia kan? lo masih inget nama lo siapa kan?" Orang itu menyentuh dahi Hanna

"Ck ... Apaansi lo. Gue gak amnesia" Hanna menepis tangan yang menyentuh dahinya

"Sorry. Gue ketua klub basket. Gue mewakili temen gue yang udah ngelempar bola sampe kena kepala lo buat minta maaf. Tadi bener-bener gak sengaja"

"Kok bukan dia yang nolongin gue?"

"Dia tadi ada urusan penting jadi dia pergi sebelum lo sadar. Dia yang udah ngebawa lo ke sini"

"Oh, yaudah bilangin ketemen lo itu makasih"

"Sip nanti gue sampein ... btw kenalin gue Dion. Dan temen gue itu namanya Kevin" Dion menjulurkan tangannya

"Gue Hanna." Hanna menjabat tangan Dion

"Oiya,  kalo boleh tau, lo lagi ada masalah ya? soalnya tadi pipi lo kaya ada bekas air mata gitu"

"A-apa? E...enggak kok. Gue gak kenapa-napa"

"Oh, Okey"

"Hanna, lo kenapa? mana yang sakit? kok lo bisa kaya gini sih?" Jason tiba-tiba datang dan menyerang Hanna dengan berbagai pertanyaan

"Jason? kok kamu bisa tau aku disini?" Hanna balik bertanya

"Tadi aku menelfonmu tapi yang ngangkat bukan kamu, terus katanya kamu di UKS. Yaudah aku kesini" jelas Jason

"Ya, tadi gue yang ngangkat telfon dari eumm... Pacar lo. Dia nelfon berkali-kali, yaudah gue angkat aja, terus gue bilang lo lagi di UKS" Dion menambahkan

"Pacar? dia,"

"Maaf, bisa tinggalkan kami ber 2? terima kasih sudah menolong Hanna" Jason memotong perkataan Hanna

"Okey, gue balik dulu ya. Semoga cepet sembuh ya Han" Dion meninggalkan Hanna dan Jason ber 2 di dalam UKS

"Kamu kenapa Han?" tanya Jason setelah Dion pergi

"Kena bola basket tadi" jawab Hanna tanpa melihat Jason

"Kenapa bisa? melamun lagi hmm?" Jason mengelus kepala Hanna dengan lembut

"Ada masalah?" tanya Jason lagi

Hanna hanya menggelengkan kepalanya.

"Jangan bohong Hanna. Ada masalah apa? Rian?"

"hmm ..." Hanna menganggukan kepalanya

"Masalah apa?"

"Bisa kita bicarakan lain waktu?"

"Baiklah. Maaf"

"Jason? bisa antar aku pulang?"

"Mau pulang sekarang?"

"Iya,"

"Yaudah ayo"

Jason membantu Hanna berdiri dan membantunya berjalan menuju tempat mobil Jason di parkir kan.

***

"Tidurlah, aku akan buatkan makanan buat kamu makan malam"

Jason menyelimuti Hanna dan mengusap kepala Hanna.

Setelah memasak makan malam untuk Hanna, Jason keluar dari apartemen dan bergegas pulang. Namun, saat ia membuka pintu apartemen, Rian sudah berdiri didepan pintu apartemen itu dengan tampang yang sangat kacau.

"Jason?Ngapain lo kesini?"

"Seharusnya gue yang nanya, ngapain lo kesini? mau bikin kekacauan? atau mau bikin Hanna tambah sakit?" tanya Jason

"Gue pacarnya, terserah gue mau ngapain, lo gak berhak ikut campur." bentak Rian

"Oh ya? kalo lo pacarnya, kenapa lo gak ada disaat Hanna lagi sakit? kenapa lo malah bikin masalah sama Hanna sampe dia sakit? apa pantes lo jadi pacarnya?" kata Jason dengan santai namun tegas

"Hanna sakit? dia sakit apa?"

"Liat? kenapa lo yang pacar nya justru gak tau apa-apa. Udahlah mending lo pergi aja"

"Diem lo ya! Harusnya lo yang pergi"

"Emang gue mau pergi, lo yang ngalangin jalan gue"

Jason berjalan dengan santainya melewati Rian yang masih tersungut emosi. Rian mencoba membuka pintu apartemen itu namun sayangnya terkunci.

"Bodoh" gumam Jason

.

.

.

.

Gimana? gajelas ya? masih kependekan ya ceritanya? huhu maaf yaa :( aku bukan author yang pro banget kalo nulis cerita. Harap maklum dan tetap membaca ceritaku :)













See you in next Chapter .  .  .  .

Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang