"Rian? kenapa dia?"
"Dia, mau dijodohin"
Hanna membatu menatap Jason yang baru saja mengeluarkan kalimat yang singkat namun berdampak besar baginya. 'Perjodohan' kata yang membuat Hanna membatu menatap Jason.
"Han? kamu baik-baik aja kan? Han, sorry aku harus kasih tau ini, aku udah berusaha nahan buat gak ngasih tau tapi ternyata Rian belum juga ngasih tau kamu. Maaf, aku gak bermaksud ap-"
"Jadi? jadi kamu udah tau tentang perjodohan itu sejak lama?" Kata Hanna memotong perkataan Jason
"Jadi, kamu sengaja hah?" lanjut Hanna dengan suara yang meninggi
"Han, dengerin aku dulu"
"Apa? dengerin apa lagi?"
"Okey, aku minta maaf karena baru ngasih tau tentang ini, tapi jujur sebenernya aku mau kasih tau kamu sejak awal, tapi Hera ngelarang aku"
"Hera? Jadi Hera yang ngasih tau kamu? terus kenapa dia ngelarang kamu buat ngasih tau aku?"
"Iya, dia yang ngasih tau aku. Dia ngelarang aku katanya biar Rian sendiri yang ngomong ke kamu, kalo aku yang ngomong pasti kamu gak akan percaya buktinya aja tadi marah-marah"
"Ck, kalo kamu ngasih tau dari awal gak bakalan kaya gini jadinya" Hanna memutar bola matanya
"Emang siapa sih yang dijodohin sama dia?"
"Dia? Rian maksudnya?"
"Iyalah, emang siapa lagi?"
"eum.. aduh gimana ya ngomongnya" kata Jason sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Yaudah ngomong aja"
"eum ... sebenernya yang mau dijodohin sama Rian itu Hera"
"A-apa? aku gak salah dengerkan? Hera? sama Rian?"
Jason hanya menggelengkan kepalanya tanda bahwa yang didengar Hanna tidak salah, Hera memang akan di jodohkan dengan Rian.
Hanna terdiam sesaat, menatap mata Jason dengan sorot yang tajam. Jason hanya bisa menelan ludah melihat ekspresi Hanna. Mungkin Hanna akan mengamuk dan membantai seluruh orang yang ada di sini,
Namun dugaan Jason salah. Hanna menaikan salah satu sudut bibirnya membentuk senyuman, bukan senyuman manis tapi senyuman yang mengerikan "Oh, Bagus deh kalo gitu. Kalau ketemu mereka tolong sampaikan salamku untuk mereka"
Hanna bangkit dari kursinya dan meninggalkan Jason disana yang masih terbengong, entah apa yang ia pikirkan.
****
Hanna melangkahkan kakinya, mata hitamnya menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong, udara dingin malam hari yang menusuk kulitnya tidak ia hiraukan. Apa yang harus dilakukan setelah ini? pertanyaan itulah yang memenuhi otaknya hingga,
B R U K ...
Hanna menabrak seorang laki-laki bertubuh tinggi sehingga Hanna harus terjatuh dihadapan laki-laki itu karen keseimbangannya tidak terjaga. Hanna menggeram kesal dan mengumpat dirinya sendiri karena tidak memperhatikan jalannya.
"Maaf, aku gak sengaja. Sini aku bantu berdiri" Kata laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya
Hanna menatap tangan itu sebentar, lalu mengenggamnya.
"Loh, elo?" kata laki-laki itu dan Hanna bersamaan sambil saling menunjuk
"Eum ... Sorry ya, lagi-lagi gue nyelakain lo" kata Kevin-cowo yang ngelempar bola basket hingga mengenai kepala Hanna waktu itu
"Gak papa kok, seharusnya gue yang minta maaf. Lagian tadi bukan kecelakaan kok, lebay deh lo"
"Hehehe sorry"
"Ck, minta maaf mulu"
"Eh, ngomong-ngomong lo ngapain jalan-jalan sendirian disini? rumah lo deket sini?"
"Oh, enggak, gue tinggal di apartemen dan agak jauh dari sini."
"Lah, terus lo ngapain?"
"Gak papa, eum ... tadi abis dari rumah temen, lo sendiri ngapain?"
"Gue abis dari supermarket. Mau mampir ke rumah gue dulu gak?"
"Oh, eum ... Lain kali aja ya, ini udah malem, gak enak bertamu malem-malem"
"Yaelah, woles aja kali, pintu rumah gue selalu terbuka buat siapa pun, apa lagi buat lo, itu pintu terbuka 24 jam"
"Bisa aja lo. Gue gak bisa kalo sekarang, udah jam segini, gue mau balik aja"
"Oh yaudah, gue anterin aja ya"
"Anterin? eum ... gak usah deh, nanti ngerepotin"
"Enggak kok, tunggu disini ya"
Belum sempat Hanna melarangnya, Kevin sudah berlari ke sebuah rumah yang tidak jauh dari tempat ia berdiri sekarang. Kevin terlihat mengeluarkan motor berwarna merah dari dalam rumahnya.
"Ayo, gue anterin"
"Apartemen gue lumayan jauh loh"
"Gak papa, ayo gue anterin. Ini udah malem, gak baik cewe kaya lo jalan sendirian"
"Eum ... yaudah deh, makasih ya"
"Sip, sama-sama"
Dari kejauhan seorang perempuan menatap kepergian Hanna dengan tatapan penuh dengan amarah dan kebencian,
"Aku jamin kamu gak akan bisa tersenyum lagi setelah ini Hanna!" kata perempuan itu dengan senyuman menyeringgai
.
.
.
Please Leave your Votes or Comments, Thanks.
.
.
.
See You In Next Chapter . . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go
أدب المراهقين"Aku membutuhkanmu. Aku membutuhkanmu untuk menjagaku. Aku membutuhkanmu untuk menenangkanku. Aku membutuhkanmu lebih dari apapun." -Hanna "Aku menyayangimu, aku mencintaimu. Apapun yang terjadi akan tetap begitu" -Jason Don't Go © 2014 Putrinabila_h