-6- Rumor

1.3K 170 15
                                    

Rumor

Irina menguap lebar ketika masuk ke ruangannya, tapi kenikmatan menguap yang tak terkira itu terganggu senggolan keras Eky, membuat Irina oleng. Irina kontan menatap galak Eky.

"Wah, gila lo, Bro! Asli gila!" serbu Eky.

Hah? Irina gila? Apa ia tampak seperti itu sekarang?

Irina menarik-narik rambutnya, berusaha merapikan rambut pendek yang berantakan itu. Memang, tadi ia hanya menyisirnya sembarangan dengan tangan.

"Lo kenapa nggak bilang kalau lo pacaran sama Bu Irina?" gemas Eky.

Irina melotot kaget, sementara Eky tampak berbinar bersemangat.

"Lo kata siapa gue pacaran sama GM Lampir itu?" tuntut Irina.

Eky mencibir. "Nggak usah ngelak, deh. Gue ada buktinya, nih." Eky mengeluarkan ponsel dan menunjukkan sebuah foto di mana tampak Saka menyelimuti Irina dengan jasnya. Tidak, di gambar itu, tampak tubuh Irina menyelimuti tubuh Saka dengan jasnya.

Irina mengerjap, mengingat momen itu. Tidak ada. Semalam, yang ia ingat hanya dirinya tertidur dan dibangunkan dengan kasar oleh titisan patung es itu. Dia menendang kursi Irina hingga Irina hampir jatuh dari kursinya. Tidak ada adegan seperti dalam gambar itu. Setidaknya, tidak dalam sepengetahuan Irina.

"Lo ... dapat foto itu dari siapa?" tanya Irina.

"Dari Fifin, anak finance itu. Yang cantik, kurus, tinggi itu, kulitnya putih mulus kayak porselen."

Irina mengernyit, heran Eky selalu bisa mengingat seseorang dengan sedetail itu.

"Dia yang dulu pernah lo tolak pas nembak lo."

Irina seketika teringat. "Namanya Fifin?"

"Anjrit! Lo jingan level iblis emang, Ka!" Eky terbahak. "Udah nolak, eh, nggak ingat namanya lagi!"

Irina meringis. Itu terdengar seperti kelakuan Saka, tapi saat itu juga Irina terpaksa bertindak seperti Saka. Pertama, ia tidak menyukai siapa pun perempuan bernama Fifin itu karena ia masih perempuan normal. Kedua, Saka akan membunuhnya kalau sembarangan berkencan. Ketiga, Irina bahkan tak punya waktu untuk mengurusi hal seperti itu ketika ia terjebak di tubuh orang lain.

Seolah masalahnya belum cukup, sekarang ia harus dihadapkan dengan gosip menyebalkan seperti ini.

Irina seketika teringat Saka. Ia harus segera menemui Saka. Bisa-bisa ia dihujat habis-habisan oleh si GM Lampir itu. Irina bergegas keluar dari ruangannya dan pergi ke ruangan GM. Namun, di koridor samping ruangan GM, Irina menghentikan langkah ketika melihat Saka bersama seorang gadis yang cocok dengan deskripsi Eky akan Fifin.

Irina sengaja menguping pembicaraan itu sambil bersembunyi di sela tembok koridor.

"Kemarin, kamu lihat aku sama Saka dan ngelaporin ke Pak Tiyo, kan?" sebut Saka. "Semalam juga, kamu yang ambil foto itu dan sebarin ke anak-anak kantor, kan?"

Fifin tak menjawab.

"Kenapa? Karena kamu ditolak sama Saka, kamu gak terima dan mau balas dendam?" sinis Saka.

Irina mengerjap. Jadi, karena ditolak Irina yang berada di tubuh Saka, Fifin sampai melaporkan pada Pak Tiyo tentang kedekatan Irina dan Saka? Karena itu Pak Tiyo sampai menyiksanya dengan kerjaan, karena berpikir Irina yang melaporkannya pada Saka? Tak hanya itu, Fifin juga menyebarkan foto itu?

"Sekali lagi kamu ganggu Saka, aku nggak akan tinggal diam. Pak Tiyo aja bisa dapat SP 3 dari aku. Aku cuma perlu cari tahu sedikit dan aku bisa tahu masalah yang kamu sembunyiin," ucap Saka sarat ancaman.

Fifin tampak pucat, lalu tanpa mengatakan apa pun, ia berbalik dan buru-buru pergi. Gadis itu bahkan sampai tak menyadari keberadaan Irina ketika melewatinya.

"Dan ngapain kamu di situ?" Suara kesal itu membuat Irina keluar dari persembunyian.

Irina berdehem. "Jadi, bukan kamu yang ngaduin ke Pak Tiyo tentang aku?"

Saka memutar mata. "Kamu udah dengar sendiri tadi."

Saka kemudian berbalik dan masuk ke ruangannya. Irina bergegas menyusulnya.

"Kamu mau negasin rumor itu atau gimana?" ketus Saka.

Irina menatap pria itu bingung. "Hah?"

Saka mendesis kesal. "Sekarang, semua orang di kantor ini mikir kalau kita pacaran. Tapi, kenapa kamu malah ke sini?!" bentak pria itu.

Irina mengerjap. "Aku ... ya, aku tadinya mau tanya aja kenapa bisa ada gambar itu."

Saka mengerutkan kening.

Irina menunjuk jas longgar yang dikenakan Saka. "Itu, kenapa kamu pakaiin itu ke aku semalam?"

Hening. Lihat! Pria itu bahkan tak bisa menjawab.

Irina mendengus pelan dan menyilangkan lengan di dada. "Selama ini, kamu selalu bersikap sok kasar di depanku, tapi ternyata di belakangku, kamu malah ..."

"Langsung aja ke intinya, apa yang mau kamu omongin?" potong Saka jutek.

Irina tersenyum miring. "Kamu suka ya, sama aku?"

Irina memperhatikan ekspresi Saka. Datar. Dingin. Itu jelas bukan ekspresi orang yang menyukai seseorang. Irina sudah akan meminta Saka melupakan itu ketika Saka membalas,

"Apa aku udah gila?"

Irina mengernyit. Apa menyukai Irina menjadi hal yang gila?

"Kamu semalam tidur di ruangan ber-AC cuma makai kemeja tipis, itu pun dalam posisi duduk," sebut Saka. "Kamu nggak lupa kan, tubuh siapa yang kamu pakai sekarang?"

Irina merengut. "Iya, iya, ini tubuhmu yang lebih berharga dari apa pun di dunia ini."

"Kalau kamu udah tahu, harusnya kamu jaga itu baik-baik," tandas Saka. "Dan sekarang, mending kamu pergi sebelum ada lebih banyak gosip lagi tentang kita."

Irina mendecih kesal sebelum berbalik dan pergi dengan langkah kesal.

Dasar GM Lampir!

***

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang