-15- A Warm Heart

1.2K 170 13
                                    

A Warm Heart

Begitu mereka tiba di kamar yang dipesan Irina, Saka langsung masuk ke kamar mandi membawa tasnya.

"Kamu butuh pembalut?" tanya Irina sebelum Saka menutup pintu kamar mandi.

"Aku udah bawa," jawab Saka dingin.

Irina hanya mengangguk-angguk. Untunglah Saka adalah orang yang penuh persiapan. Meski Irina yakin, pria itu tak menyiapkan diri untuk insiden seperti tadi.

Irina pergi ke pintu ketika terdengar suara bel. Irina keluar dan muncullah salah seorang temannya, Micky, membawa sebuah tas dengan logo toko pakaian.

"Sori, Bro. Lo nggak dimaki-maki Irina, kan?" tanya Micky khawatir.

Irina meringis. "Belum."

Micky tampak menyesal. "Padahal dulu dia nggak kayak gitu. Kenapa malah sifat kalian kayak kebalik gitu, sih?"

Irina berdehem. "Gue nggak pa-pa, kok. Thanks bajunya. Nanti gue ke bawah lagi kalau Irina udah selesai," beritahunya.

Micky mengangguk, menepuk bahu Irina sekali sebelum akhirnya pergi. Irina menghela napas lega dan menutup pintu. Ia mengecek isi tas yang dibawakan Micky, lalu mengambil satu stel pakaian wanita di sana. Pakaian yang nyaris mirip dengan yang dikenakan Saka tadi, blouse sifon dan celana bahan.

Irina mengetuk pintu kamar mandi. Ketika pintu terbuka sedikit, Irina menyelipkan pakaian ganti Saka. Ia merasakan sambaran kasar Saka dari dalam. Irina segera menarik keluar tangannya sebelum Saka menjepit tangannya di pintu kamar mandi.

Irina kemudian menunggu Saka dengan sabar sambil menonton televisi. Namun, beberapa saat kemudian, Irina mulai merasa kedinginan. Ia memeluk tubuhnya ketika mulai menggigil. Irina berdiri, hendak mencari remote AC ketika pintu kamar mandi terbuka dan Saka keluar. Pria itu menatap Irina tajam.

"Lain kali kamu bikin masalah kayak tadi, aku akan diam aja sampai kamu tenggelam beneran," desisnya kesal.

Irina berdehem. "Sori, sori. Tadi anak-anak tuh yang iseng, soalnya bulan depan ulang tahunku dan aku pasti susah diajak ketemu."

Saka tampak tak peduli. "Buruan mandi, trus kita pulang. Aku ada urusan habis ini," kata Saka dingin.

Irina mengangguk dan bergegas masuk ke kamar mandi dengan pakaian gantinya. Setidaknya, mandi air hangat akan membuatnya tidak kedinginan lagi.

***

Setelah kembali dari reuni tadi, Saka langsung mandi dan berganti pakaian, lalu pergi bersama mama dan papa Irina untuk menemui nenek Irina. Saka yang menyetir mobil menghela napas berat ketika mereka sudah hampir tiba di rumah sakit. Mama Irina yang duduk di belakang menepuk bahu Saka seolah menenangkannya.

Setelah perjalanan dua puluh menit, mereka tiba di rumah sakit. Langkah Saka terasa berat ketika menyusuri koridor rumah sakit. Seharusnya Irina yang ada di sini. Mau tak mau, Saka merasa bersalah pada Irina, juga pada keluarganya.

Ketika akhirnya mereka tiba di ruang rawat nenek Irina, langkah Saka terhenti di pintu. Dilihatnya wanita tua yang dulu selalu menyambutnya dengan senyum lebar, kini hanya terbaring di atas ranjang rumah sakit, matanya terpejam. Saka terakhir kali bertemu dengannya beberapa bulan lalu, nenek Irina datang ke rumah, mereka bahkan makan bersama dengan Irina. Saat itu, nenek Irina masih tampak kuat, sehat.

"Irina," panggil mama Irina pelan.

Saka tersadar, akhirnya melangkah masuk. Saat itulah, mata nenek Irina perlahan terbuka dan wanita itu menoleh pada Saka. Wanita itu tersenyum dan mengulurkan tangannya meminta Saka mendekat.

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang