-23- Terjebak

1.2K 173 14
                                    

Terjebak

Sebulan sudah berlalu sejak insiden di kamar Irina ketika gadis itu meneriakkan kebencinnya pada Saka. Selama sebulan itu, Irina selalu bersikap dingin pada Saka. Meski di kantor, dia tetap melakukan perannya sebagai kekasih Saka dengan makan siang bersama dan kencan –lembur, sepulang kerja, tapi hanya itu yang dia lakukan. Bahkan saking kesalnya, Irina tidak lagi berusaha mengusili Saka. Bagi Saka, itu jauh lebih baik. Rumah dan mobilnya jadi lebih tenang tanpa ocehan gadis itu.

Begitu pun Sabtu pagi itu. Ketika Saka dan Irina dalam perjalanan pulang untuk merayakan ulang tahun dengan keluarga masing-masing besok, gadis itu tak sekali pun mengajak Saka berbicara. Suasana mobilnya terasa lebih tenang dan ... sepi.

Saka mengusir pikiran terakhirnya. Justru Saka suka suasana sepi. Ia menikmati kesepiannya, kesendiriannya. Irina hanya pengacau yang membuat hidupnya kacau dan berisik. Saka mengangguk menyetujui pikirannya kali ini.

Saka menoleh ke arah Irina ketika sudut matanya menangkap gerakan di sebelahnya. Saka terkejut melihat kepala Irina tertekuk ke arahnyam sementara gadis itu tertidur. Saka mengernyit melihat tak nyamannya posisi tidur Irina. Ia menatap ke depan, berusaha mengabaikannya. Namun, ketika mobilnya berhenti di lampu merah, ia mengangkat tangan dan dengan hati-hati menahan kepala gadis itu dengan telapak tangannya.

Saka hanya bisa menghela napas ketika harus melanjutkan sisa perjalanan dengan posisi seperti itu; satu tangan menahan kepala Irina dan tangan satunya memegang roda kemudi.

***

Irina terbangun ketika merasakan kepalanya terayun jatuh ke sisi kanan. Ia gelagapan dan menatap ke depan hanya untuk menyadari jika ia sudah tiba di halaman rumahnya. Ketika menoleh ke samping, dilihatnya Saka dengan cuek keluar dari mobil. Irina mendengus kasar. Dasar titisan patung es. Apa susahnya membangunkan Irina?

Irina segera melepas seat belt dan turun dari mobil. Ia mengambil barang-barangnya di bagasi mobil dan pergi ke halaman rumah Saka. Irina sudah akan masuk ke rumah Saka ketika melihat Saka menekan bel rumah Irina. Irina mengerutkan kening. Apa orang tua Irina tak ada di rumah?

Saka akhirnya mengeluarkan kunci rumah dari tasnya dan membuka pintu rumah Irina. Irina melihat sekitar rumahnya yang semua jendela dan tirainya tertutup. Sepertinya memang tidak ada orang di rumah. Padahal orang tuanya tidak pernah meninggalkan Irina sendirian di hari ulang tahunnya sebelum ini.

Dengan tanya heran memenuhi kepalanya, Irina masuk ke rumah Saka. Seperti biasa, bunda Saka menyambutnya hangat, kali ini dari meja makan dan berkata,

"Ayo makan. Bunda udah masakin makanan kesukaan kamu."

Irina tersenyum. "Pas banget, aku udah lapar. Tadi pagi aku belum sempat sarapan, Bun."

"Kenapa?" tanya bunda Saka heran.

Pertama, Irina tidak mau makan sambil melihat wajah Saka di ruang makan. Selama sebulan terakhir, ia selalu sarapan di kantor dan memesan makan malam untuk dimakan sendiri di kamarnya. Kedua, ia tidak mungkin meminta Saka menghentikan mobil untuk membeli setidaknya roti di minimarket untuk sarapannya. Tak sudi ia meminta pada titisan patung es itu!

"Ya, tadi buru-buru aja," dusta Irina.

"Berarti Irina juga belum sarapan?" tanya bunda Saka lagi.

Irina mengedik. Seharusnya sih, sudah.

"Kamu antarin makanan ke rumah Irina, ya? Tadi Bunda lihat orang tua Irina pergi."

Irina mendecak pelan, menolak. "Paling juga udah disiapin makanan di rumahnya, Bun."

"Tadi kelihatannya orang tua Irina buru-buru perginya," tambah bunda Saka.

"Dia kan bukan anak kecil, pasti bisa cari makan sendiri, lah. Lagian, sekarang kan pesan makanan juga gampang, Bun."

Bunda Irina menatap Irina gemas. "Kalau kamu nggak mau, biar Bunda aja yang antar ke rumahnya."

Irina merengut. Pokoknya, ia tidak mau bermanis-manis pada manusia tak berperasaan itu. Ia sudah bertekad, ia akan memusuhi Saka selamanya!

***

Saka sedang membaca buku sendirian di kamarnya malam itu ketika mendengar suara ketukan pelan di pintu beranda kamarnya. Saka menutup bukunya dan mengecek jam. Jam sebelas malam. Saka memfokuskan pendengaran. Suara ketukan itu terdengar lagi.

"Siapa?" Saka memastikan.

Selama beberapa saat tak ada jawaban. Jangan-jangan, itu pencuri atau orang yang berniat jahat. Saka waspada dan mencari sesuatu untuk dijadikan senjata ketika mendengar suara,

"Aku."

Irina?

Saka bergegas ke pintu dan membukakan pintunya. Saka terbelalak tak percaya melihat Irina benar-benar ada di depan pintunya.

"Kamu ngapain ke sini jam segini?" Saka harus menahan untuk tidak meneriakkan tanyanya.

"Bundamu bilang, kamu sendirian di rumah karena mama sama papaku pergi dari tadi pagi dan belum pulang sampai sekarang," ucap Irina.

"Trus?"

Irina tak langsung menjawab dan malah mengedarkan pandang ke sembarang arah.

"Trus kenapa kalau aku sendirian di rumah?"

Irina menghela napas. "Besok kan, ulang tahunmu. Aku pikir, kamu pasti kesepian kalau di rumah sendiri pas malam ulang tahunmu."

Saka mengerjap. Apa ... katanya barusan?

Irina tiba-tiba menyodorkan sesuatu pada Saka. Saka menunduk dan melihat kotak makanan yang disodorkan Irina.

"Ini apa?"

"Makanan kesukaanmu. Siapa tahu kamu belum makan malam. Atau buat dimakan nanti jam dua belas. Ini masakan bundamu, anggap aja kamu ngerayain ulang tahun sama bundamu."

Saka kembali mengerjapkan mata merasakan matanya mendadak panas.

Irina memindahkan kotak makan di tangan Saka ketika Saka tak kunjung menerimanya.

"Aku ke sini buat ngantar itu aja," ucap gadis itu seraya berbalik, hendak pergi. Namun, Saka menahan tangannya.

Irina berbalik, tampak terkejut. Namun, detik berikutnya ganti Saka yang terkejut ketika mendengar suara dari belakangnya,

"Irina, kamu sama Saka ngapain di situ?"

Saka seketika berbalik dan terbelalak melihat orang tua Irina berdiri di pintu kamarnya yang sudah terbuka. Ketika tatapan mama Irina terarah ke tangannya, Saka refleks melepaskan tangan Irina.

Sekarang, Saka harus bagaimana menjelaskan situasi gila ini? Sial! Bagaimana pula ia bisa terjebak dalam situasi gila seperti ini dan tepergok orang tua Irina? Seorang Saka Renaldo memanjat pohon dan berada di beranda kamar seorang perempuan, itu pun menjelang tengah malam.

Oh, sampai sejauh mana Irina ingin menghancurkan dirinya?

***

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang