-14- Mendadak Reuni

1.3K 161 7
                                    

Mendadak Reuni

Saka merasa canggung ketika Minggu pagi itu bertemu dengan Irina. Semalam, Saka mendadak diseret ke grup SMA-nya. Itu perbuatan Irina. Semalam Irina beralasan jika salah satu teman SMA mereka menghubungi Irina dan memberitahu tentang reuni itu. Irina tak punya pilihan selain mengajak Saka juga. Toh, Saka juga akan marah jika Irina pergi tanpa Saka.

"Kenapa kamu nggak bilang aja kalau kita sibuk?" protes Saka ketika mereka bertemu di halaman rumah Irina. Bahkan kesalnya pun terasa canggung. Saka mengusap tengkuknya tak nyaman.

"Ya, mereka tahu kita lagi pulang ke sini," jawab Irina sembari menunduk menatap rumput di bawah mereka.

Saka menghela napas kesal.

"Trus, gimana? Kita nggak jadi pergi?" tanya gadis itu.

Irina perlahan mendongak dan tatapan mereka bertemu. Detik berikutnya, Saka memalingkan wajah sembari mengusap tengkuknya. Ugh, setiap menatap Irina, Saka kembali teringat tentang nenek Irina.

Saka berdehem. "Ya mau gimana lagi, udah telanjur juga," ketusnya. Saka masuk ke mobil lebih dulu. Sementara, Irina melirik Saka waspada ketika masuk ke mobil dan duduk di kursi sebelah Saka.

Perasaan Saka saja atau gadis ini tidak banyak membantah seperti biasanya?

Ah, masa bodoh!

Sepanjang jalan menuju hotel tempat reuni, mereka tak saling berbicara. Saka yang sudah merasa canggung, semakin mersa tak nyaman dengan diamnya Irina. Hingga akhirnya, ketika Saka memarkirkan mobil di basement parkir hotel, ia berbicara,

"Kamu jangan bikin masalah selama acara nanti."

Saka menoleh dan dilihatnya Irina tampak melamun menatap keluar jendela.

"Irina!" bentak Saka.

Irina tersentak kaget dan menoleh padanya. "Hah? Kamu ngomong sama aku?"

Saka mendengus sebal, mengulangi, "Jangan bikin masalah selama acara!"

"Iya, iya, aku nggak akan bikin tubuhmu yang berharga ini kenapa-napa," cibir Irina.

Saka sudah akan membalas ketika tatapan mereka bertemu. Seketika, Saka terdiam, sebelum ia memalingkan wajah dan segera turun dari mobil. Tak lama, Irina menyusul. Mereka berjalan ke lift untuk naik ke lobby, tanpa berbicara. Saka melirik Irina yang sibuk dengan ponselnya, mungkin menghubungi teman-teman mereka.

Begitu mereka masuk ke lift, Irina memberitahu, "Langsung ke kolam renang di samping restoran hotel."

Saka mengangguk dan menekan tombol lift. Mereka keluar di lobby, menanyakan arah restoran dan kolam renang pada staf hotel, lalu mereka pergi ke sana. Begitu mereka masuk ke area kolam renang, para pria langsung mendekati Irina dan menyapanya riang.

"Saka, Bro, lama nggak muncul lo!"

"Iya, nih. Kerja mulu dia, jarang pulang ke sini dan susah diajak main," sambung lainnya.

Sebenarnya, Saka yang melarang Irina untuk sering-sering bertemu dan menghubungi teman-teman SMA-nya. Sejak tubuh mereka tertukar, Irina yang berada di tubuh Saka jadi akrab dengan murid laki-laki di kelas mereka. Sementara, Saka di tubuh Irina justru berubah menjadi gadis jutek yang paling dihindari murid lain. Seperti saat ini. Tak ada seorang pun yang menyapa atau mendekatinya. Tentu saja Saka tak sedikit pun keberatan akan itu. Ia lebih menikmati kesendiriannya.

Itu jugalah alasan Saka pergi kuliah dan bekerja di luar kota. Untuk menghindari teman-teman SMA-nya. Terutama teman-teman pria yang dekat dengan Irina di tubuh Saka.

Maka, sementara Irina sibuk dengan para pria, Saka memilih duduk di kursi luar restoran dan mengawasi gadis itu. Gadis itu berbaur dengan sangat baik dengan para pria bodoh yang bahkan tak tahu jika jiwa yang ada di tubuh Saka itu adalah seorang gadis. Tanpa malu mereka melontarkan lelucon-lelucon khas pria yang membuat Saka memutar mata.

Saka memutuskan untuk masuk ke dalam restoran dan mencari makanan. Dilihatnya beberapa perempuan teman SMA-nya dulu juga ada di dalam dan mengobrol dengan tak kalah hebohnya. Menggosip, lebih tepatnya.

Saka melewati meja mereka dan pergi mengambil segelas kopi sembari melihat menu buffet-nya. Saka sudah memilih menunya saat menemukan garlic fried chicken ketika terdengar pekikan kaget perempuan di belakangnya. Saka menoleh untuk mengecek apa yang terjadi dan mengikuti arah pandang perempuan itu.

Saka terbelalak ketika melihat di kolam renang sana, seseorang sudah tercebur dan tangannya berusaha menggapai putus asa meminta bantuan. Namun, pria-pria lain di pinggir kolam renang hanya menertawakan. Sial, itu Irina!

Saka meletakkan gelas kopinya ke sembarang meja dengan kasar, lalu berlari ke arah kolam renang. Saka sudah akan melompat ke kolam renang ketika salah seorang pria menahan lengannya.

"Saka lagi nge-prank kita, tuh. Dia kan, jago renang."

Saka mengernyit. Masalahnya, saat ini yang ada di tubuh Saka itu Irina dan Irina tak bisa berenang.

Saka menghempas pegangan di tangannya dan melompat masuk ke air.

***

Irina sudah yakin, ia akan mati tenggelam tadi. Ketika teman-temannya iseng menyebutkan tentang ulang tahunnya bulan depan, Irina seharusnya waspada. Ia tak siap ketika mereka tiba-tiba mendorongnya ke kolam renang. Untungnya, Saka segera melompat dan membawanya ke tepi.

Dengan dibantu teman-teman mereka, Saka dan Irina naik ke tepi kolam renang. Baik Saka maupun Irina tersengal mengatur napas mereka. Teman-teman mereka menyarankan agar Saka dan Irina pergi ke kursi santai tak jauh dari situ, tapi Saka menolak.

"Ambilin handuk aja," pinta Saka dengan kedua lengan menutupi bagian depan tubuhnya. Saka juga tampak tak nyaman dengan duduknya. Irina seketika ingat jika Saka sedang mendapat tamu bulanannya.

Tak lama, salah seorang teman mereka membawa dua lembar handuk, memberikan masing-masing pada Irina dan Saka. Namun, alih-alih memakai handuknya, Irina justru memakaikannya di bahu Saka. Pria itu menoleh padanya dengan kening berkerut.

"Kamu di sini aja. Aku mau pesan kamar dulu buat kita ganti baju," ucap Irina.

Irina lalu berdiri dibantu salah satu temannya dan meminta mereka bubar, menjauh dari Saka, dengan dalih menyuruh mereka membelikan baju ganti untuk Saka dan Irina. Ia tahu, itu akan membuat Saka merasa lebih nyaman.

***

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang