-9- Family

1.2K 161 20
                                    

Family

Terima kasih pada absennya Saka hari itu di kantor, hari Irina berjalan dengan mulus. Mungkin juga karena kemarin dia sudah mengancam beberapa orang, jadi hari ini tak ada satu pun gosip tentang itu. Bahkan meski Saka tidak masuk kantor karena sedang bergulat dengan kram karena tamu bulanannya, tak ada satu orang pun yang berani membicarakan tentang gosip itu. Hanya Eky yang menyinggung tentang betapa mengerikannya Irina. Maksudnya, Saka di tubuh Irina. Irina sendiri hanya menanggapinya cuek.

Ketika Irina pulang kerja sore itu, dilihatnya Saka sedang bersantai di sofa ruang tengah sambil menonton televisi. Sepertinya badai tamu bulanannya sudah berakhir. Pria itu hanya melirik Irina sekilas dan berkaata,

"Shower kamar mandimu udah dibenerin."

Irina langsung pergi ke kamarnya dan mengecek sendiri. Baru setelahnya ia kembali ke ruang tengah dan langsung menghempaskan tubuh di sofa ruang tengah. Irina mengangat kakinya ke sandaran sofa, lalu tangannya meraih ke arah meja untuk mengambil remote, tapi Saka sudah lebih dulu mengambil remote-nya.

Irina mendesis kesal. "Aku mau nonton!"

"Mandi dulu sana," usir Saka.

"Nanti aja, kalau mau tidur. Aku capek, tahu! Mau istirahat dulu. Siniin remote-nya!" bentak Irina.

"Kamu tuh, jangan jorok-jorok jadi cewek bisa nggak, sih? Itu tubuhku yang kamu pakai!" balas Saka.

"Kalau kamu sekhawatir itu sama badanmu, kenapa nggak kamu mandiin aja sendiri badanmu ini?" ledek Irina.

Wajah Saka memerah, marah. Pria itu menuding wajah Irina. "Ini pelecehan, tahu!"

"Apa?" Irina melongo. Ia seringnya tak bisa mengikuti jalan pikiran Saka yang super duper rumit untuk ukuran seorang pria. "Pelecehan gimana, sih?"

Saka mendengus kasar. "Kamu nyuruh aku lihat tubuhmu, itu pelecehan, tahu!"

"Ini tubuhmu, dasar Cowok PMS," desis Irina.

"Sekali lagi kamu ngomong kayak gitu, aku laporin kamu, dasar mesum!" sengit Saka.

Irina tertawa kering. "Kalau aja kamu sekarang nggak di tubuhku, pasti udah aku ajak baku hantam."

Saka melotot marah. "Kamu ..."

"Hoaaam ..." Irina sok menguap sambil merentangkan lengan. "Aku ngantuk, mau tidur dulu. Jangan berisik."

Irina menautkan kedua tangan di perutnya dan memejamkan mata. Tak ada suara selain suara televisi. Saka memang baru diam jika Irina berhenti melawan. Irina sudah mulai lelap ketika Saka kembali berbicara,

"Besok jadwal pulang, jangan lupa."

Irina seketika membuka mata. "Oh, ya?" Memang, selama sebulan sekali, mereka selalu menjadwalkan untuk pulang ke rumah orang tua mereka.

Saka mendengus. "Besok pastiin kamu makai ..."

"Kemeja yang terakhir dibeliin bundamu, iya, aku tahu. Aku udah sepuluh tahun jadi anaknya bundamu," potong Irina. "Mama nggak minta apa-apa, kan?"

Saka menatap Irina sesaat. "Nggak."

"Kok tumben? Biasa minta dibeliin aneh-aneh. Bulan kemarin kan, minta apa, tuh? Kebaya? Buat apa, sih?" tanya Irina.

Saka mengedik cuek. Pria itu sudah kembali fokus menonton televisi. Dasar titisan patung es.

***

Saka melirik Irina yang sudah tidur di sofa dan menghela napas berat. Sebenarnya, ada yang diminta mama Irina bulan kemarin. Namun, itu bukan hal yang bisa Saka berikan.

Kekasih. Pacar. Calon suami.

Bagaimana bisa Saka mencari itu ketika ia bukan Irina?

Saka kembali menghela napas berat. Bagaimana jika selamanya ia terjebak di tubuh ini? Meski ia berada di tubuh Irina, tapi ia tetap seorang pria. Tak mungkin ia menikah dengan pria. Membayangkannya saja membuat Saka mual.

Saka harus mencari cara untuk kembali ke tubuhnya, tapi bagaimana? Ia sudah mencoba segala cara, pergi ke orang pintar, paranormal, bahkan ke rumah sakit. Namun, semua itu sia-sia. Saka pikir, seiring berjalannya waktu, jika Saka bekerja keras di tubuh Irina, mungkin ia bisa kembali ke tubuhnya. Namun, sudah sepuluh tahun dan tak ada yang terjadi. Ia tetap terjebak di tubuh ini.

Ia bahkan sudah menonton banyak film, membaca banyak buku, tentang jiwa yang tertukar. Namun, ia tetap tak menemukan cara untuk kembali. Ia sempat bertanya-tanya, apa mungkin jika Saka dan Irina jatuh cinta dan menemukan cinta sejati, maka mereka akan kembali ke tubuh masing-masing? Saka seputus asa itu sampai ia memikirkan dongeng seperti itu mungkin bisa menjadi jalan keluar. Bisa saja. Ia hanya ingin mencoba semua cara.

Namun, dengan cinta sejati itu ... bagaimana caranya? Apa ia seharusnya jatuh cinta pada Irina dan juga sebaliknya, lalu mereka berciuman dan jiwa mereka akan kembali?

Saka nyaris tertawa karena pikiran gila dan bodohnya barusan.

Saka jatuh cinta pada Irina? Tidak mungkin! Seumur hidupnya, Saka belum pernah bertemu dengan gadis sejorok, sebodoh, seceroboh dan segila Irina. Saka bergidik kecil. Jika sampai ia jatuh cinta pada Irina, ia harus langsung pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan otaknya.

Saka terlonjak kecil, kaget, ketika mendengar suara mengorok keras dari Irina. Saka ternganga tak percaya melihat Irina tidur dengan mulut terbuka dan suara dengkur keras.

Saka menggeleng mantap. Ia tidak mungkin jatuh cinta pada Irina. Sungguh, ia tak perlu mengkhawatirkan itu karena itu benar-benar tidak mungkin.

***

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang