Bagian3:She Is Hot

3.2K 216 0
                                    

   Entah desahan keberapa kali yang mereka keluarkan. Sekarang sudah pukul 11 malam, namun kegiatan pangutan itu tidak lepas sama sekali. Bahkan semakin menjadi. Jimin tidak pernah menyangka Hakyung akan sangat luar biasa. Melihat istrinya orgasme sangat cantik baginya. Melengkungkan punggung, hingga ia ingin sekali meraup dua gundukkan kenyal itu.

    Bahkan ia tidak berhenti menggerakkan disana. Ia melakukan sesuai tempo yang beraturan. Hakyung sudah meracau tidak jelas. Berkali-kali memanggil namanya. Memang awal mereka melakukan, Hakyung nampak gemetar hebat. Namun saat ia mencoba dengan pelan dan lembut, tubuh wanita itu bisa menerimanya. Walaupun bukan yang pertama, tapi itu sangat sempit menurut Jimin. Bahkan sangat ketat saat meremas miliknya.

"Jim-ghh, aku sudagh..." Bukaan mulutnya terkunci karena Jimin menciumnya. Pelampiasan sakitnya adalah bahu sang suami. Mencengkram kuat hingga bekas kukunya nampak di kulit Jimin.

       Ini sudah pelepasan yang ke entah keberapa, Jimin masih setia diatas Hakyung. Membiarkan pusat tubuh mereka masih menyatu. Bahkan kembali mengeras kala melihat Hakyung yang menggigit bibirnya sendiri. Lagi lagi Jimin memenuhi Hakyung, dan itu dapat dirasakan oleh Hakyung.

     Keesokan harinya Hakyung masih tidur diatas ranjang bersama Jimin. Dilihatnya Jimin yang masih setia memeluknya, ia menatap pahatan tuhan yang ada dihadapannya.

"Sudah puas menatapku, Nyonya Park?" Matanya membulat kala mendengar suara Jimin. Pria itu sudah bangun rupanya. Jimin membuka mata pelan, menatapnya penuh.

  Jimin menatap wajah Hakyung dari mata, hidung, sampai bibir wanita itu. Hakyung menutupi wajah dengan kedua tangannya. Merasa malu karena ditatap oleh Jimin.

"Terimakasih." Ucap Jimin membuat wanita itu membuka kedua tangannya.

  "Terimakasih telah memberikannya padaku." Ujar Jimin kembali memeluk tubuh wanita itu. Mau tidak mau kulit keduanya bersentuhan. Hakyung sedikit risih karena bersentuhan langsung dengan milik Jimin.

Jimin mengecup dahi wanita itu berkali-kali. Merasa bahagia telah memiliki Hakyung seutuhnya.

  "Tak akan ku biarkan pria brengsek itu menyentuhmu untuk yang terakhir kalinya, Kyung-a." Batinnya berkemuruh.

  Hari ini Hakyung dan Jimin berkunjung kerumah orang tua. Hakyung disambut antusias oleh ibu mertuanya.

  "Kau baik-baik saja, Kyung-a?" Ibu mertuanya meneliti dirinya dari atas hingga kebawah.

  "Iya, aku baik-baik saja bu, ada apa?"

  Pandangan Jimin dan sang ibu bertemu. Wanita paruh baya itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Hakyung hanya diam dan membalas senyuman sang ibu mertua.

  "Aku berangkat dulu. Setelah pulang kerja aku akan menjemputmu." Ujar Jimin sebelum mengecup dahinya. Spontan ia membulatkan mata. Nyonya Park tersenyum menatap mereka berdua dari kejauhan.

  Jimin memasuki kantornya. Hari ini ia ada meeting dengan beberapa client. Jimin cukup terkenal dikalangan pengusaha muda mauapun tua. Dia adalah salah satu pengusaha yang cukup berjaya di Seoul. Terlebih rekan bisnis atau yang ia ajak kerjasama adalah jajaran orang terpandang.

  Setelah melakukan rapat, ia memutuskan untuk datang ke rumah abu mantan kekasihnya 5 tahun lalu. Namun saat menginjak lantai depan pintu. Ia melihat seseorang disana.

         Kim Taehyung, ia melihat seorang Kim Taehyung berada disana. Membelai pelan kaca yang menutupi guci abu mantan kekasihnya. Bukan masalah jika pria itu disana, yang jadi masalah adalah untuk apa. Setahu Jimin, Taehyung adalah orang yang enggan dekat dengan mantan kekasihnya.

        Jimin sempat bersembunyi kala Taehyung melangkah keluar dari dalam rumah abu. Pandangan Jimin tertuju pada gelang yang sempat ia berikan kepada mantan kekasihnya 5 tahun lalu yang kini di kenakan Taehyung.

 
"Sejeong-a. Apa kabar mu? Kau baik-baik saja bukan? Maaf aku tidak menempati janjiku 5 tahun lalu. Aku sudah menikah." bibirnya melengkung membentuk senyum kecil seorang Park Jimin. "Dia cantik, baik dan pandai memasak. Terima kasih kau telah memberikannya padaku. Aku berjanji akan menjaganya." Lanjutnya seraya menahan airmata.

  Pukul 5 sore, Jimin pulang kerumah ibunya. Ia berencana menjemput Hakyung, namun sesampainya disana Hakyung tidak ada. Ibunya mengatakan bahwa istrinya pergi bersama Taehyung.

"Sial." Umpatnya lantas kembali memasuki mobilnya.

  Jimin melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh. Ia berencana mengunjungi resto yang dimaksud oleh ibunya. Entah kenapa perasaan Jimin menjadi tidak karuan. Mengingat kejadian 2 minggu lalu yang menimpa wanita itu.

  Setelah setengah Jam di perjalanan. Ia sampai di resto tersebut. Ia menuju meja bar dan bertanya. Hakyung dan Taehyung berada di ruang privasi. Seketika, Jimin menendang pintu dan mendapati Hakyung yang sudah ketakutan dengan Taehyung yang sudah membuka dua kancing baju istrinya.

  "Keparat! Apa yang kau lakukan pada istriku?!" Jimin menghajar Taehyung .

  Saat akan melayangkan pukulan yang ke 5, ia dilerai oleh pelayan resto. Taehyung lantas dibawa keluar oleh mereka. Ia segera menghampiri Hakyung dan memeluknya. Wanita itu benar-benar ketakutan. Hakyung hanya bisa menangis didalam pelukan Jimin.

     Tepat pukul 9 malam, keduanya sampai dirumah. Hakyung sudah duduk diatas ranjang dengan pakaian yang belum diganti. Jimin menatap kearah Hakyung yang ketakutan. Helaan nafasnya seiring dengan didudukannya bantalan duduk diatas ranjang. Di raihnya tangan Hakyung dan mengusap punggung tangan.

  "Kenapa kau mengikutinya?" Suara Jimin memecah rungunnya.

  Wanita itu menatap, dengan bola mata yang membesar dan penuh dengan genangan airmata. Hakyung merasa ia sangat ceroboh, mengiyakan permintaan Taehyung disaat Jimin tidak ada.

  "Maafkan aku." Ucapnya lirih.

  Jimin memejamkan mata. Ia lantas memeluk Hakyung, guna memberi ketenangan dan kehangatan. Ia tahu Hakyung sangat trauma. Satu satunya jalan agar wanita itu lupa adalah kembali melakukannya namun dengan cara yang lebih lembut.

Diusapnya airmata Hakyung dengan pelan. Seolah kulit wanita itu mudah mengelupas dengan cepat. Ia menyusuri setia lekukan wajah istrinya. Mulai mata, pipi, hidung, dan bersingggahlah di birahi milik sang istri. Bibir tipis dengan warna merah darah, entah kenapa itu menarik perhatiannya.

"Lain kali gunakan lipstick ini saat dirumah. Jangan saat bertemu dengan orang lain."

  Setelah mengatakan hal itu, Jimin mengecup pelan bibir Hakyung. Memanggut bibir atas bawah milik wanita itu. Menggigit pelan, guna dapat memasukkan lidahnya kedalam rongga mulut Hakyung. Mengabsem satu persatu gigi Hakyung dan bertukar saliva. Bahkan tangan yang semula diam kini mengangkat tubuh wanita itu keatas pangkuannya. Reflek, Hakyung mengaitkan kedua lengannya dibelakang leher Jimin. Menikmati setiap permainan pria itu. Bahkan tangan Jimin yang semula berada pada pinggang wanita itu kini sudah meremas kuat dua gundukan kenyal itu.

  Jimin melucuti satu persatu pakaian Hakyung. Hingga wanita itu sudah tidak mengenakan sehelai benanga barang sedikitpun. Bahkan Hakyung menutupi area sensitif itu dengan mengapitkan kedua kakinya. Namun Jimin kembali membuka dan melebarkan kakinya.

  "Aku sudah pernah melihatnya." Seringaian Jimin muncul kala berucap didepan sana. Menghembuskan nafas hingga mengenai belahan itu. Hakyung menggigit bibir bawahnya. Jimin dengan nafsu yang sudah membawa lantas merangkak naik dan langsung meraup bibir Hakyung.

"Sampai kapanpun, yang akan kau ingat adalah saat melakukannya denganku." Setelah mengucapkan hal itu Jimin kembali mencium Hakyung namun kali ini berada di ceruk leher wanita itu.







































Maafkan aku.....

Hwaaaa triple update
..

Setelah ini bakal slow update 😁

From me

AstariRestina aka Reni

See you in the next chapter....

💜💜💜💜💜

Hologram [호로그람] || Ji-Hope Fanfiction(Belum Revisi) || LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang